Akhir tahun ini akan disambut dengan gegap gempita keriaan, dan tangan-tangan yang sibuk menjamah di bawah meja atau didalam gelap. Jangan mau, ya.
Kalau katanya setan ada di dalam gelap, mungkin benar ya. Saat malam semakin larut, pikiran semakin sulit berkonsentrasi. Keriaan yang liar pun menurunkan keraguan dan kejernihan kita dalam mengambil keputusan. Belum lagi segala rayuan dan bisikan, "Kamu nggak sayang aku, ya..?"
"Makanya jangan pergi malam. Jangan merayakan Tahun Baru. Jangan pergi sama lelaki. Kalau kamu kenapa-kenapa salahmu sendiri." Humm… nggak juga sih. Nggak ada salahnya ingin merayakan keriaan. Perempuan jaga diri pun kalau lelaki nggak mau jaga konak ya susah.
Sebagai perempuan kita wajib jaga diri. Sebagai lelaki juga sih. Kita jelas nggak akan santai-santai lewat kawasan rawan garong di larut malam, atau pergi pas hujan tanpa payung/jas hujan. Jadi pas kita keluar main pun penting memastikan sekitar kita aman. Common sense alias masuk akal, kan?
Kalau saya biasanya:
- Mau pakai baju apapun, pastikan bisa gampang bergerak dalam baju tersebut.
- Pastikan hape dalam kondisi tercharge penuh dan ada batre cadangan.
- Cek daerah sekitar, lihat-lihat 'tempat aman' seperti minimarket atau bahkan pos polisi
- Uber/nomor kontak darurat sudah ada di posisi gampang terpanggil
- Informasikan teman terdekat daerah tujuan dan pergi sama siapa. Kalau perlu kirim screenshot nomor telepon/ percakapan dengan orang tersebut dan suruh teman hubungi polisi bila hingga jam sekian saya belum kontak teman saya balik
Tapi bagaimana saat kita merasa aman, dan justru si serigala datang memangsa? Ya kita mangsa balik hahahahaha.
Selaku perempuan yang punya pilihan (nyaris) tak terbatas untuk teman kencan disini (yang mana semuanya lumayan cakep), saya bisa berkata dengan yakin: orang baik-baik nggak bakalan 'minta'. Percaya deh.
Jangan ditanya ya baju saya disini (maaph ya Mak). Pergi keluar main sampai jauh larut malam pun sudah biasa. Berdansa dekat nan panas menggoda yuk mari. Saling merayu seolah siap lanjut ke tempat tidur juga normal. Tapi pada akhirnya, jangankan ke tempat tidur, saling bersentuhan tangan pun kalau bukan saya yang memulai mereka nggak akan berani.
Ibarat anjing kampung dan anjing ras yang terlatih sih. Disini walau saya tahu mereka sudah siap 'menerkam', mereka nggak akan maju. Terdidik dengan baik, euy. Bukan berarti mereka nggak akan mencoba ya, baik lewat kata-kata ("Mungkin kita bisa istirahat sebentar di tempatmu?") atau mendadak duduk nempel-nempel saya.
Nggak semua orang seperti ini, tentunya. Ada orang-orang yang nggak perduli dan nggak punya rasa hormat pada wanita. Ya seperti anjing kampung tadi, melihat mangsa langsung digasak. Tapi orang-orang yang berkelas ya nggak bakal begitu.
Saya pernah punya teman kencan yang harus setengah mati saya kasi kode agar dia berani pegang tangan saya. Ada yang sama sekali nggak menyentuh saya saat kencan walau saya tahu dia terus melirik saya. Bahkan yang jelas-jelas playboy pun dengan tulus memperlakukan saya seperti putri.
Itu sih kuncinya, bagaimana kita diperlakukan. Apakah kita diperlakukan karena mereka sayang, atau sekedar nafsu? Lihat dari ekspresi muka mereka saat mengucap segala rayuan, dan saat kita menolak. Orang yang menganggap kita berharga bahkan nggak akan mau meminta keintiman. Kalaupun mereka memberanikan diri mengajak, mereka akan mengerti saat kita menolak.
Kalau saat ini ada pembaca yang bilang: "Wajar mereka minta atau marah saat kita tolak. Namanya juga lelaki, birahi mereka tingggi". Mari saya infokan kalau itu mitos ya bapak-bapak dan ibu-ibu. Saya membuktikan kok. Nafsu besar tenaga kurang itu sangat umum sebenarnya, dan saya nggak akan heran kalau banyak wanita Indonesia di malam pertama berujar: "Hah? Udah, segini doang?"
Kita wanita juga berhak menikmati keriaan dan bukan hanya terkurung di rumah. Tapi kita tetap harus waspada dan menjaga keselamatan kita. Bukan hanya secara jasmaniah, namun juga secara mental dan emosi. Kita harus cerdas menilai apakah pasangan kita 'aman' (dalam artian tidak akan melakukan kekerasan/pemaksaan baik secara fisik ataupun mental), dan apakah ia benar-benar menganggap kita berharga.
Karena yang menganggap kita berharga nggak akan merusak kita. Karena yang menganggap kita sempurna nggak akan menghempaskan kita. Karena yang menganggap kita penting nggak akan membuat kita menangis. Jadi saat dia berkata "Kamu nggak sayang ya sama aku…" anda sudah tahu jawabannya.
Have a safe festivities, girls. Semoga keriaan anda para wanita berjalan dengan aman. Salam sayang dari Los Angeles.