AdSense Page Ads

Saturday, December 8, 2018

Foto Impian



Mungkin pelajaran paling berharga dalam hidup itu saya dapatkan saat 5 tahun bekerja jadi sales untuk wedding/event photography di Bali. Saya diajar untuk melihat cerita dibalik sebuah foto sempurna.

Saat teman saya mengirimkan video pernikahan Priyanka Chopra, yang saya bayangkan ribetnya kru kamera dan foto plus kru WO/EO yang harus memastikan semuanya serba sempurna. Lalu setelahnya para editor yang harus membuat foto dan film terlihat ciamik dan dramatis.

Dari pihak mempelai pun, nggak kebayang pressure untuk memastikan semua seperti di jadwal/script. Asal tahu saja, satu wedding foto 'natural/alami' itu bisa entah berapa kali diambil dan diulang gayanya agar bisa dapat yang pas.

Dan setelahnya, masih ada mempelai yang tidak bahagia dengan hasil fotonya walau bagus banget. Atau yang fotonya sebenarnya biasa saja tapi si editor mampu memilih dan menempatkan foto-foto yang tepat di wedding albumnya sehingga terlihat wah.

Saya belajar nggak semua yang terlihat sempurna itu benar-benar sempurna. Saya belajar kalau foto impian nan menawan itu hasil kerja keras dan modal yang nggak sedikit.   Saya jadi nggak bisa merasa sirik pada orang yang terlihat lebih sempurna dari saya. Ya udah sih, belum tentu saya mau bekerja sekeras dia.

Foto IG misalnya. Foto bagus perlu kamera/hape bagus. Perlu makeup/prop yang bagus. Perlu diambil berkali-kali sampai dapat yang pas. Perlu nenteng orang lain sebagai fotografer terpercaya. Perlu diedit dan diberi tagar yang tepat.

Saya melihat foto IG yang sempurna malah pegal karena tahu saya nggak bisa investasi waktu, tenaga, dan uang sampai sebegitunya. Realistis sih. Saya suka lihatnya tapi saya tahu saya nggak akan sanggup, jadi saya nggak bisa sirik. Kagum iya, sirik nggak.

Di era dimana semua diedit untuk terlihat wah dan sempurna, bagi saya ini pelajaran tak ternilai. Saya seolah mampu melihat dibalik topeng yang dikenakan orang-orang. Dan disaat orang lain terjual impian diatas awan, saya bisa tetap menginjak bumi.

Karena dibalik indahnya suara seruling bambu ada tangisan bambu yang disayat, dan sekian tahun latihan si pemain seruling. Karena dibalik halusnya batik sutra ada sekian ulat sutra yang mati, dan sekian lama waktu menenun dan membatik.

Hidup ini nggak seindah dan sesempurna foto impian, jadi nggak perlu kita merasa kurang atau sirik melihat sekilas kesempurnaan orang lain. Kita nggak tahu cerita mereka. Bukan berarti lalu kita sibuk sensi ya. Nggak ada salahnya ber-Wow ria dan menghargai gegap gempita hidup.

Karena manusia begitu indah. Bahkan dikala mereka terpuruk pun ada keindahan yang bisa kita lihat, dalam kedukaan nan tragis sekalipun.  Lihat segalanya lebih dekat dan penuh rasa cinta, tanpa rasa cemburu dan keserakahan. Kita manusia itu hebat lho.

No comments:

Post a Comment

Search This Blog