AdSense Page Ads

Monday, December 26, 2011

Jangan Nyisain Makanan Dong....

Kalau anda seperti saya, pasti saat ini anda sedang asyik bertualang kuliner di masa liburan ini. Natal, Tahun Baru, dan pokoknya liburan panjang, apalagi alasan yang anda perlukan untuk duduk manis sambil bereksperimen di dapur atau mencoba satu stand/restoran ke stand/restoran lainya di tempat wisata anda? Cuma satu titipan saya (andai anda berkenan): Jangan nyisain makanan dong...

Buat saya, nyisain makanan itu adalah a big no-no, sesuatu yang tabu banget. Mungkin karena saya doyan makan, mungkin karena saya masih tercuci otak oleh film Unyil dulu yang nasinya menangis saat disisakan, atau mungkin hanya rasanya tidak benar membuang makanan.



Yeah, kita semua tahu argumennya, begitu banyak orang kelaparan sehingga tak baik kita membuang-buang makanan (apalagi makan berlebihan). Ini, buat beberapa orang, terdengar lumayan ga valid. Ayolah, apa artinya sisa nasi 3 sendok lagi dan ayam 2 gigit lagi di piring kita untuk anak Ethiopia, benar?? Salah. Sebagaimana diilustrasikan dengan indah oleh Matador network (read it here), sebagian besar produksi makanan didunia ditujukan untuk memenuhi permintaan para negara maju, yang mana jumlah penduduknya lebih sedikit dari negara berkembang. Jadi bila anda (dan orang-orang mampu lainnya, termasuk saya) mampu mengerem nafsu makan kita dan makan sewajarnya produksi pangan tersebut bisa dialokasikan untuk negara tidak mampu. Beberapa sendok dan beberapa potong daging anda bila dihitung-hitung jadi lumayan berharga, bukan?

Satu sisi lagi tentang membuang makanan (dan ini agak berat): hargai nyawa mereka. "Mereka" disini adalah tanaman dan hewan yang diolah menjadi menu anda. Saya bukan vegetarian (saya cenderung karnivor sebenarnya, i.love.meat), tapi bukan berarti saya ga menghargai nyawa mahluk hidup seperti yang dituduhkan oleh banyak orang pemakan-sayur-saja (dan yang mana ditolak oleh beberapa pemakan-sayur-saja lainnya). Terkadang saya ga bisa mengerti argumen beberapa vegetarian bahwa mereka mengasihani binatang, itulah kenapa mereka menolak makan daging. Tapi tumbuhan juga hidup, jamur pengikat ragi tempe juga hidup, semua yang kita makan berasal dari mahluk hidup. Dan saya menghargai itu sepenuhnya, dengan makan secukupnya dan tidak menyisakan makanan. Setiap makanan yang kita buang berarti beberapa nyawa yang terbuang sia-sia (beras, kol, ayam, etc). Agak ekstrim memang, tapi itu kenyataannya. Dan kalau, kalau anda benar-benar tidak bisa menghabiskannya (siapa tahu anda diundang dinner dan diberikan porsi yang luar biasa besar), alangkah eloknya bila anda bisa menberikan sisa makanan anda ke mahluk hidup lainnya atau memastikan diubah menjadi kompos. Ga akan selalu bisa, tetapi bila anda bisa selalu mencoba alangkah baiknya.

Saya harap tulisan saya ini ga bikin anda kehilangan selera makan. Sebaliknya, makanlah seperti biasa, dan hargailah tiap suapan yang masuk. Itu rejeki anda toh? Happy Holiday!


Photo taken from: http://littlemissredhead.wordpress.com/2010/11/03/reduce-reuse-leftovers/

Monday, December 19, 2011

Ooopsie, Bad Joke!

Dari infojakarta: Kami mohon maaf untuk sensitifitas feedback yg muncul dari tweet #jktketawa kami. terlepas dari kesalahan personal admin, management...

Well, that settles it :)

@infojakarta adalah salah satu akun twitter favorit saya yg selalu nge share info-info menarik tentang Jakarta, dan seringkali joke-joke yang bikin saya ngakak sendiri. Sayangnya salah satu joke nya kemarin kurang tepat dan (seolah) mengolok penderita bibir sumbing. Reaksi follower nya beragam: ada yang keras menegur, ada yang sinis (menyarankan buka akun baru khusus joke. Please deh oom), ada yang ekstrim dan langsung unfollow. Anyway, reaksinya beragam.

Kapan joke itu dibilang gagal/menyinggung? Saya ga terhibur dengan joke yang main fisik/ras/agama etc, namun bila kita aware itu yang selalu terjadi. Film warkop, iklan-iklan yang menegaskan kalau perempuan tidak kurus/putih maka ia tidak akan dapat pasangan, tweet-tweet agamis yang menghujat pemeluk agama lain, komentar-komentar tidak beradab di berita online, acara (ala) ketoprak di salah satu tv swasta yang penuh joke fisik dan kekerasan (saya masih ingat saat salah satu personelnya merusak simbol agama, dan jujur saat mereka minta maaf kelihatan banget mereka ga rela). Semua ini juga menyinggung orang lain yang "berbeda".

Saya menghargai para mas dan mbak yang sudah menegur akun yang menyinggung orang lain, semoga para mas dan mbak yth tersebut juga peka terhadap joke-joke atau berita miring/diskriminatif yang menyinggung orang lain. Kalau anda bisa dengan tegas membela penderita bibir sumbing atau autisme, maka anda juga bisa dengan tegas membela pemeluk agama lain yang dihujat atau gadis berkulit gelap yang digambarkan sulit dapat pasangan. Just try to be easy saat negur, siapa tahu mereka ga bermaksud jahat dan cuma ga peka atau kepleset :)

Saturday, December 10, 2011

Disentri Menular, Ke-bule-an Tidak

Malam ini saat berjalan-jalan di Facebook teman, mari kita sebut dia mr.X, saya jadi tersadar: ada hal hal yang menular, dan ada yang tidak. Disentri jelas menular, tapi ketenaran dan kebulean tidak.

Dasar pemikirannya: seorang teman FB mr.X yang bergaya sok bule berat krn berada di negeri bule. Hohoho. Saya jadi bertanya-tanya, mereka pada ngeh ga sih kalau ke-bule-an itu kodrat lahir/hasil didikan, dan ga bisa menular secepat virus flu atau kuman disentri? Anda mungkin menuduh saya sentimen, tapi bila anda membaca orang dengan baik anda akan bisa membedakan orang yang memang bule alias asli atau ori (terlahir/terdidik ala bule) dan yang sok bule alias fake alias KW (ahem, cintya loora anyone?).

Hal yang sama berlaku untuk ketenaran, juga kekayaan. Seseorang bisa nempel dengan orang tenar atau orang kaya, tapi ketenaran dan kekayaan tersebut ga akan menempel secara permanen. Herannya fakta ini tidak menghentikan orang-orang berusaha tertular tenar, tertular kaya, tertular bule (yang ini so inlander deh bo'. Menyedihkan.).

Saya pernah menulis status di FB: "Yang membedakan orang yang unik dan pengikut adalah ke-originalitas-an kami.". Saya percaya setiap orang unik, namun tergantung kita sendiri untuk menonjolkannya. Ga perlu repot-repot nebeng dan berharap tertular kelebihan orang, jadilah diri sendiri ;). Lagipula, cuma disentri, flu, dan sakit mata yg menular secepat itu :p.

Search This Blog