"Hi Ms. Ida," begitu pembukaan si oom dari kantor cabang Filipina di Skype, yang dilanjutkan dengan penjelasan berbunga. Kepala saya langsung pening membacanya. Formal to the max.
Dengan kisruh Bahasa Inggris ala anak Jaksel (padahal yang di pelosok juga suka gitu hahaha), Bahasa Inggris seolah menjadi momok, menjadi simbol penindasan dan pengerdilan masyarakat yang status social rendah (*uhuk uhuk* pakde *uhuk uhuk*). Bahasa Inggris juga jadi tolok ukur ke hebring-an seseorang. Yang bisa Bahasa Inggris lebih berkelas, konon.
Kalau saya bisa ya, semua orang yang saya kenal akan saya wajibkan becus berbahasa Inggris. Saat kita bicara soal kesempatan kerja dan penjejakan karir, kemampuan berkomunikasi itu asset yang luar biasa. Tambah lagi, penerjemah baik yang manusia maupun mesin nggak selalu benar/bisa menyampaikan apa yang dimaksud.
Bahasa Inggris juga melatih pikiran kita dan membiasakan kita mengekspresikan diri kita. Konon ada hampir satu juta kosakata Bahasa Inggris. Ada yang bilang *hanya* sekitar 750 ribu, tapi tetap lebih banyak dari Bahasa Perancis, misalnya, yang hanya 100 ribu kata.
Contoh lain: padanan kata 'Happy' itu ada 48 lho, dengan berbagai tingkat ke-hepi-an. Sebagai penulis, walau grammar saya belepotan saya tetap suka menulis dalam Bahasa Inggris karena saya bisa bercerita dengan lebih tepat. Perasaan dan pemikiran saya bisa sampai dan lebih 'kena' ke pangsa pasar saya.
Dan tentunya yang paling penting: Bahasa Inggris nggak ada hierarki. Nggak seperti Bahasa Indonesia atau kebanyakan Bahasa Asia lainnya, nggak ada kosakata khusus yang ditujukan untuk orang yang lebih terpandang/dihormati. Kita bisa memilih kosakata berbunga, seperti oom Filipina itu, tapi itu lebih ke cara kita merangkai kalimat dan bukan kosakatanya sendiri.
Sebagai contoh, professor saya saat kuliah yang menatap saya dengan bete saat saya menggunakan 'Aku' saat berbicara dengannya dan bukan 'Saya'. Dalam Bahasa Inggris hanya ada 'I'. Ketiadaan hierarki ini membantu membuka pikiran dan bukannya selalu diingatkan bahwa saya bukan siapa-siapa.
Bukan berarti kalau belajar Bahasa Inggris lalu jadi kurang ajar ya. Karena fleksibilitasnya, Bahasa Inggris bisa lho dipakai untuk merangkai kalimat yang menghormati tapi nggak menghamba. Bisa juga dipakai untuk merangkai kalimat yang kurang ajar tapi kedengarannya terhormat.
"We would like to invite the Honorable XYZ to come on stage to accept the award." Sudah, begini saja. Respectful/sopan dan hormat tapi nggak seperti ala Indonesia yang "Kami memohon dengan sangat Yang Terhormat Bapak XYZ dari ABC untuk berkenan adanya naik ke panggung sederhana ini untuk menerima lalalalala".
[Sebaliknya bisa juga: "Please be encouraged to depart and proceed with self-help copulation". Terjemahannya: Go f*ck yourself.]
"Baeklah! Semua harus sepik-sepik Inglis kalau begitu!" Ya nggak juga kali. Saya kalau pulang dan ngobrol bareng mama dan saudara-saudara perempuan saya tetap lho Bahasa Indonesia logat Betawi. Kadang malah kita pakai Bahasa Inggris buat nyindir/ngetawain orang. Bahasa Indonesia itu Bahasa kita, jangan sampai lupa.
Kita bisa memaksimalkan Bahasa Inggris dengan cara lain: rajin membaca artikel berbahasa Inggris, atau melatih diri untuk berbicara/menulis dalam Bahasa Inggris. Nggak ada salahnya berusaha bisa berbahasa Inggris dengan baik dan benar, apalagi demi masa depan. Nggak perlu malu kalau belepotan.
Yang jangan sih menggunakan Bahasa Inggris untuk berasa eksis dan merendahkan yang nggak bisa. Buat saya, Bahasa Inggris belepotan atau beraksen kental itu jadi bermasalah hanya kalau si pelaku dengan ga sopan menghina orang lain yang lebih nggak bisa. Tapi yang Bahasa Inggris lancar kalau menghina yang nggak bisa juga tetap saya lihat dengan hina: Jelek banget sih hati loe.
Intinya sih itu ya. Kelakuan. Nggak perduli bahasa apapun yang dipakai, kalau hati nya jelek ya tercermin dari omongan dan sikap kita. Beda lho yang sibuk membumbui pake Bahasa Inggris biar kelihatan 'beradab' dan yang memang nyangkut/terbiasa karena sehari-hari bilingual. Kitanya juga jangan asal emosi jiwa karena diam-diam sirik tanda tak mampu.
Asal tahu ya, Bahasa Indonesia yang beradab tanpa menghamba itu lebih susah dari Bahasa Inggris hahaha. Jadi yang bisa membawa diri dengan sempurna dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu emejing banget deh…. Luar biasa. Maksud saya, Luar biasa. Bahasa nista apa itu Emejing? :p
Hidup Indonesia lah pokoknya. Yuk kita maju tanpa melupakan siapa kita. Karena, ehem, kita keren banget lho.
No comments:
Post a Comment