AdSense Page Ads

Wednesday, June 22, 2022

Warna-warni Pelangi



Bolak-balik saya melihat orang lebih fokus soal anak Elon Musk yang transisi jenis kelamin daripada fakta bahwa dia sebegitu enegnya dengan bapaknya ia memutuskan hubungan. Seorang Elon Musk gitu lho, yang konon Tony Stark versi KW. 

Dari dulu saya nggak ngerti ya. Bukan urusan saya siapa doyan sama siapa, kecuali kalau doyannya sama pasangan saya. Tinggal di LA membuat saya tambah yakin. Baik sesama jenis maupun lawan jenis, saya tetap sirik melihat orang berpasangan saat saya jomblo.

Seperti agama, sebenarnya sulit tahu apakah seseorang LGBTQ atau bukan karena tidak terlihat kecuali dia memperlihatkan. Nggak semua orang yang konon 'melambai' itu gay, atau yang terlihat anak sholehah ternyata lesbian. Kemajuan medis pun sudah sangat pesat sehingga transgender bisa transisi tanpa jejak.

Tapi entah kenapa ini diperjuangkan sekali bagi banyak orang. Gini gini, diri sendiri sudah beres belom sih? Sudah menolong dan mengasihi orang sebagaimana Tuhan menolong dan mengasihi? Atau merasa ini cara membuktikan kesetiaan pada Tuhan? Memang Tuhan nggak bisa ngurus ini sendiri?

Orang-orang LGBTQ nggak bangkit dan tetanda akhir dunia. Mereka lebih terlihat sekarang karena sebagai manusia kita belajar untuk lebih mengerti. Perasaan dan preferensi nggak bisa diubah. Sekarang saja pria di Indonesia dominan masih butuh yang putih mungil. Bule masih bikin deg deg serr.

Soal akhir dunia? Perubahan iklim. Bom bunuh diri. Perang. Main hakim sendiri. Inflasi global. Ketiadaan tempat tinggal. Perbudakan buruh. Kelaparan global. Mau saya teruskan? Semua ini bisa diatasi tanpa berurusan dengan jenis kelamin dan preferensi seksual orang lho.

Saya merasakan 'asiknya' jadi minoritas akan sesuatu yang mana tidak bisa saya ubah (Hindu, kulit gelap, non Jawa). Saya tidak menginginkan orang lain merasakan ini. Tapi kalaupun saya bukan minoritas, sewajarnya saya akan ikut merasa terluka akan perlakuan buruk terhadap sesama manusia. Saat melihat orang digampar, kita ikut sakit kan?Bukannya kita tanya agama etc baru kita memutuskan merasa nyes atau tidak. Sudah segampang itu. Titik.

Search This Blog