AdSense Page Ads

Thursday, October 24, 2019

Cita-cita: Jadi Menteri!



Salah satu yang bikin orang deg-deg ser adalah Nadiem Makarim yang diangkat jadi Menteri Pendidikan. 35 tahun. Awardsnya segambreng. Pendiri Gojek. Sekarang Menteri Pendidikan. Wih… Langsung semua orang bercita-cita pengen sehebat oom ganteng ini.

Tapi apa iya segampang itu? Doi lahir di Singapore bo'. Kita ke Singapore aja nyari tiket diskonan. [Kita?? Mungkin saya aja bahahhaha #missqueen ]. Kuliah di Singapore dan Amerika, MBA di Harvard. Loe pikir itu semua pake daun bayarnya? Dapat kerja di tempat elit dan startup gede juga butuh modal.

Makanya sekali lagi ya mbak tante ibu sekalian, para perempuan di luar sana. Sekali lagi saya ingatkan: jangan mau hidup susah. Kalau bukan demi diri anda sendiri, demi anak-anak anda yang berhak jadi Nadiem Makarim berikutnya. 

Karena pendidikan yang bagus itu perlu duit. Karena untuk bisa belajar dan berkembang maksimal anak butuh lingkungan yang maksimal juga. Semakin banyak tekanan atau faktor pengganggu, semakin sulit anak berkembang. Gimana mau fokus UMPTN kalau uang sekolah telat 4 bulan? Atau sudah sejak kapan hanya makan nasi sayur?

Ini juga kenapa kita perempuan harus berusaha mengejar pendidikan dan karir setinggi mungkin. Mengharapkan duit suami sih bisa ya, tapi bagaimana bila tetiba suami berpulang? Baik berpulang ke rahmat Ilahi maupun berpulang ke rumah orang lain? Anak tetap harus kita urus kan?

Bukan berarti kita nggak bisa mengharapkan suami. Justru wajib kita punya suami yang akan mampu menafkahi anak kita kedepannya. Cinta itu bagus, tapi bayar kontrakan nggak bisa pakai cinta aja. Masak tiap pemilik kontrakan mau dipacarin?

Satu-satunya cara dapat suami bermodal ya kitanya juga mesti bermodal. Coba lihat pasangan berkuasa seperti Melinda-Bill Gates, atau Hillary-Bill Clinton. Semakin tinggi posisi seseorang, mereka butuh pasangan yang mampu membantu mereka maju dan bukannya malah memberatkan. 

Kebayang nggak kita mau curhat soal bisnis sementara pasangan cuma bisa ngomongin soal drakor. Atau pas dibawa formal dinner yang keselek minum wine karena pahit dan asam. Pasangan kan sekaligus aksesoris kita. Mana yang bikin kita disenyumin di kondangan? Tas Coach atau sendal jepit sw@ll0w?

Ini kenapa penting banget bagi kita wanita untuk mengejar pendidikan dan karir. Ibaratnya gini deh, mau nyari sepatu Jimmy Choo kan nggak ada di ITC Mangga Dua, kecuali yang KW. Ya kita mesti sanggup berkibar di dunia horang kaya kalau mau dapat horang kaya. Kalo kebetulan nggak punya ortu yang sanggup ngemodalin ala Nia Ramadhani-Bakrie, kita sendiri yang mesti usaha.

Kalau para pria diluar sana menganggap ini nggak bener dan wanita nggak perlu sekolah dan karir tinggi-tinggi, nggak kenapa. Beneran nggak kenapa selama Kangmas sanggup sediain deposito atas nama si anak untuk memastikan si anak bisa mendapat pendidikan setinggi dan sebaik mungkin mulai dari pre-school sampai lulus kuliah. S1 aja deh, ga usah Harvard MBA ala Nadiem Makarim. 

Sori dori stroberi ya, buah Rahim saya berhak mendapat yang terbaik. Buah Rahim saya berhak mendapat kesempatan menjadi Nadiem Makarim berikutnya. Titipan Tuhan lho, kita wajib merawat sebaik mungkin. Kalo situ ga bisa mengusahakan, saya yang akan mengusahakan sendiri.

Benar kan bu ibu?

Monday, October 7, 2019

Affordability



It's ok to not afford things. Or choose to not afford certain things. 

I realized this when I went for my Disney weekend. Was it expensive? Terribly. I was only allowed to pay a portion of it and it is still not cheap. Yet even after the damage was done the numbers on my credit card statement hardly scares me.

Five years ago I would be miserable. I remember going to Knott's the day after I was married and I keep asking him, "Is it ok? Can we afford this?" I wasn't working then, but even after I was working I was still pinching pennies.

For what, you asked. I dunno. Maybe it's the partner I have then. It's a constant feeling of we don't have enough. That we could use the money somewhere else. It was bitterness all around. Fear and uncertainty, too. Lots of it.

The biggest victory for me was gaining my financial freedom. In a crumbling marriage, tinkering with my bank accounts provide me with the feeling of control I so desperately needed. I can't fix my marriage, but holy hell buying jewelry and adult toys feels good.

I made the conscious decision to not afford certain things. I stay in my miniscule apartment. I don't have a car. I eat the same meal for lunch for a full work week. I budget for things I want and if I can get it cheaper I squirrel away the rest.

It's a sad life of extremely long commute. Of Whole Foods dinner date and budgeted groceries. Of an apartment so small and messy that when I took a man home most of the time it's only because I already know I don't want to keep him.

Yet it's also signing off the receipt for your boyfriend's souvenir glass as he argued "I can pay for this" while you smirked and said "I can, too." Because words can't fully explain the gratitude for the way he choose to love you.

It's the ease of getting two opera tickets instead of one, albeit only in an affordable section. Or to finally get that new bedframe so it doesn't creak as much when I am being 'active'. Or just to go eat wherever I feel like to.

By choosing to not afford certain things, I give myself a chance to afford other things. By choosing to not sweat on things I can't get, the peace of mind I feel only gets sweeter. The freedom is mine.

Life is a game of choices. I am grateful for where my choices brought me.

Search This Blog