"Mama bangs*t!" Keluar lagi deh postingan itu, yang mengingatkan wanita agar selalu ada buat anak agar anak nggak durhaka.
Nggak banyak yang mengingatkan si lelaki jangan kurang ajar pada wanita, karena anak kan menggugu dan meniru. Dilihat bapak/paman/kakek/sosok lelaki di keluarga mengkasari wanita, ya dianggap normal.
Nggak banyak yang mengingatkan si lelaki kalo kawin bukan cuma modal kont*l saja. Bahwa kont*l nggak cukup buat bayar kontrakan atau beli beras kecuali itu kont*l diberdayakan via jual diri.
Nggak banyak yang mengingatkan si lelaki kalo punya anak itu tanggung jawab dia juga. Bukan cuma sekedar materi, tapi juga iman dan takwa dan pembawaan secara sosial. Jadi kalo anak bertingkah ya cerminan bapaknya juga.
Nggak banyak yang mengingatkan si lelaki kalau melanggar janji suci yang dibuat di hadapan Tuhan itu berat. Setia sehidup semati sampai ada cewek cantik yang jadi pengganti. Loe pikir Tuhan produser serial tv The Bachelor?
Tetap lho, apapun yang terjadi si Emak yang salah. Padahal bikin anak kan kudu pake lelaki, bukan kayak stek mangga yang tinggal tanam potongan batang. Terus faedah lelaki apa dong? Cuma nyumbang sesendok teh sperma aja kok lebay banget.
Jujur aja sih kalo nggak sanggup menafkahi lahir (baca: materi) dan batin (baca: perasaan). Bilang aja "Eh gue pengen ngewe tanpa ada ikatan dan gue ga akan mau ngebiayain anak tapi gue mau ngewe tanpa kondom dan keluar di dalam."
Gue akan tersenyum penuh gairah dan menyodorkan kartu nama dokter vasektomi.
Lah iya dong. Kalo elu ga mau tanggung jawab ya elu vasektomi lah, sama gue mau lihat hasil tes penyakit seksual loe. Kalo elu nikahin gue mesti sanggup support finansial dan perasaan, kalo nggak rate perek berlaku tiap kita main. Enak aja mau gratisan.
Kita perempuan juga mesti mikir. Pilih suami karena yakin bisa jadi pasangan yang setara dengan kita dan jadi ayah yang mampu memgayomi dan membesarkan anak kita. Dan yang bisa dipegang sampe akhir nanti.
Tapi kita pilih suami karena takut dicap nggak laku. Kita pilih suami yang bisa dipamerin di sosmed. Kita pilih suami yang konon bisa mendekatkan kita ke surga. Kita nggak mikirin nasib anak dan keluarga kita.
Padahal kalau kita miskin, anak kita pun akan tambah miskin karena nggak mendapat kesempatan untuk memperbaiki hidupnya lewat pendidikan atau kecerdasan/kearifan sosial pergaulan.
Padahal kalau anak besar melihat kekerasan (yang seringkali dampak stres karena kekurangan finansial) maka dia besarnya juga kasar atau merasa kekerasan itu wajar, baik sebagai yang melakukan atau sebagai korban.
Tapi gpp lah anak kehilangan masa depan karena terjebak lingkaran kekerasan dan kemiskinan. Yang penting kan mama+papa sekarang eksis dan bakal masuk surga. Nanti tinggal drama dan sharing artikel "Mama bangs*t" sambil ngetag pasangan untuk saling mengingatkan.
Enak ya hidup tanpa tanggung jawab.
No comments:
Post a Comment