AdSense Page Ads

Monday, September 21, 2009

Love and Other Disaster

I just read a bridal magazine a few minutes ago, and got rather overwhelmed with it. The magazine is filled with fancy details which we hardly need and I positively snuff during my relationship period (yet secretly longing for it and will perhaps beg and try my best to get it), which of course, exactly what good bridal magazine do for you. Yet during this post break-up period, the longing hit me like a tidal wave. Yes, the ring, the gown, the dinner setting, even the fancy cocktail (which, as Balinese, i wouldn't need anyway LOL).

It takes me quite a while to realize that i don't want any of those actually. what i really yearn for is someone to plan those stupid helpless pathetic stuff with me. And even if he doesn't care about that, I still need him to tell me that he doesn't care. Oh Hell, i need a husband to-be :D. And a damn good one :))

Although books and doctors and psychologists and Agatha Christie (mm, she's not in the league, but I love her :p) stated that humans are so predictable and they never change, I found that it is not entirely true. Some people change, some people don't. Especially in relationship (any relationship be it friendship, working, whatever!) when one of you do change, adjustment will be needed and if you can't fine-tune the relationship and adjust each other it will simply go BOOM. I lost more friends that way :( Being in wedding industry, I know that couples do separate from each other. A marriage can last 5 year or more, but also a year or less. Really encouraging, ha? Makes you think twice to get a life-long partner, yet I want it anyway.

I guess the puzzle piece theory is right. You'll need the right puzzle piece (a.k.a husband, work, etc) to completed the jigsaw (a.k.a. your life). Yet if you decided to change into a different jigsaw, your pieces may not fit the game anymore. It's either back to the old game, or start completing the jigsaw from scratch (which you may unable to find ALL the pieces). I stupidly (some say) choose from scratch. I know that I may not be able to completed this new game, but at least I know that now everyone have a fair chance to complete their jigsaw and be happy, because I have change and I can't go back.

"Will I change again? Can I find someone that willing to make the adjustment together? Can it last?" So many negatives thinking twirls in my head and the bridal magazine only emphasize my fear and longing (lesson of the day: stay AWAY from bride magz during post-breakup period lol). Yet with all the gloomy prediction, I'm still hoping I can completed my Jigsaw. I might be lucky enough to find that last piece of jigsaw, I might be fortunate enough to make this game as my last game, I might be blessed enough to have a happily ever-after story. Who knows? Love can be a real disaster in your life, all those pain, longing, tears, and inefficient time spend for it. But you know what? Disasters, like other things in life, can have happy endings, and I'm gonna find mine. With luck, i might even find someone that will listen to my whim for a white floating wedding gown (hardly, especially if he's Balinese hehehehe). Wish me luck, fellas!

Sunday, September 13, 2009

Forward-an dari someone's e-mail:Cara mengubah sudut pandang

Jejak Sepatu di Karpet (A True Story)


Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan
belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya
dengan baik. Rumah tampak selalu rapih dan bersih dan teratur, suami serta
anak2nya sangat menghargai pengabdiannya itu.

Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet
di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya
gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan
berlangsung seharian. padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini
mudah sekali terjadi dan menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia
Satir dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu
dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu
: 'Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan' Ibu
itu kemudian menutup matanya.

'Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak
ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?'
Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung
berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; 'Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah
ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa
ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu
kasihi'. Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung
menghilang, nafasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya
langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan
anak-anaknya.

'Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu meli hat jejak sepatu & kotoran
disana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu
cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu'. Ibu
itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.

'Sekarang bukalah mata ibu' Ibu itu membuka matanya 'Bagaimana, apakah
karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?' Ibu itu tersenyum dan
menggelengkan kepalanya. 'Aku tahu maksud anda' ujar sang ibu, 'Jika kita
melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat
dilihat secara positif'.

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang
kotor, karena setiap meli hat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg
dikasihinya ada di rumah.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog
terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP
(Neurolinguistic Programming) . Teknik yang dipakainya di atas disebut
Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita
sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu
caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

Saya BERSYUKUR;

1. Untuk
istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu
artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain.

2. Untuk
suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia
berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.

3. Untuk
anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya
mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan

4. Untuk
Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan
digaji tinggi

5. Untuk
sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu
artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman

6. Untuk
pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan

7. Untuk rasa
lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih
mampu bekerja keras

8. Untuk
semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih
ada kebebasan berpendapat

9. Untuk
bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya, karena itu artinya saya
masih bisa terbangun, masih hidup

10. Untuk setiap
permasalahan hidup yang saya hadapi, karena itu artinya Tuhan sedang
membentuk dan menempa saya untuk menjadi lebih baik lagi

Search This Blog