Saya dulu kerja jadi sales wedding photography di Bali. Ingat banget pernah dapat klien dari Huntington Beach, California. Iseng nge-google dan tempat itu terlihat indah banget. Laut biru, cowok ganteng surfing, semua terlihat sempurna.
Dua tahun kemudian saya tiba di Amerika dan ternyata tinggal di Huntington Beach dong. Nyampenya tengah malam, jadi nggak bisa lihat apa-apa. Paginya saya dengan semangat menuju pantai dan ternyata tertutup kabut.
Serius lho, itu sudah jam 8an dan masih tertutup kabut. Mana pernah pula kita orang tropis lihat kabut di pantai. Jadilah saya sibuk meratap: "Ini apaan siiiih???" Bahkan setelah matahari bersinar pun tetap lho suhunya dingin.
Weekend kemarin saya main kepantai, dan teringat saat pertama itu. Venice Beach, Santa Monica Beach, dan Sunset Beach yang saya datangi semua dingin. Jangan harap bisa berenang, seperti masuk ke air dari kulkas.
Tapi saya yang dulu nggak tahu. Kalau saya nggak kesini mengalami sendiri mungkin saya nggak akan tahu. Kalau anda nggak rajin banget baca tulisan saya (#terimakasih) anda mungkin nggak tahu dan terus berpikir lagu Katy Perry soal California Girls itu benar. Padahal nggak.
Kata orang jangan sampai kurang piknik, kata orang banyak travelling agar tambah wawasan. Tapi piknik dan travelling itu kan nggak harus secara fisik. Bisa kok jalan-jalan secara online agar tahu lebih banyak hal. Dunia bisa lho cuma selebar layar henpon.
Tapi seperti travelling dan piknik secara fisik, via henpon pun terbatasi oleh apa yang kita pilih untuk nikmati. Kalau yang kita rajin baca tentang gossip artis, ya gossip artis terus yang keluar di pilihan berita atau linimasa kita.
Terkadang ini bukan pilihan kita pribadi, terkadang ini algoritma/komputasi komputer berdasarkan berita yang pernah kita baca. Semua social media dan situs berita mengandalkan ini, karena kalau anda cocok dengan kontennya anda akan terus memakai akun/situs tersebut.
Makanya bagi yang membaca tentang Indonesia bubar, terus mendapat berita baru tentang Indonesia bubar. Sebaliknya yang membaca tentang Indonesia maju, terus mendapat tentang Indonesia maju. Kita ya apa yang kita pilih.
Nggak hanya situs berita/social media, siapa kita juga ditentukan oleh siapa teman kita. Gencaran broadcast via Whatsapp dan Line, misalnya. Jadilah yang negatif makin negatif, dan yang positif nggak bisa melihat kenyataan.
Padahal ternyata salju di Gaza itu fenomena biasa. Ternyata pantai di barat Amerika (Los Angeles dan sekitarnya) terlalu dingin untuk direnangi. Ternyata banyak juga California Girls yang nggak ala supermodel.
Satu-satunya cara agar travelling dan piknik itu bermanfaat adalah dengan mencoba sesuatu yang nggak umum. "Off the beaten path" kalau istilah sini. Diperlukan keberanian dan kelapangan hati untuk menemukan dan mengakui sesuatu yang berbeda.
Kelapangan hati? Oh iya. Nggak akan ada yang berubah dari cara pikir anda bila anda tidak mau merubahnya. Bila anda percaya seseorang jelek dan tidak baik, misalnya, anda akan terus berpikir seperti itu walau seribu bukti menyatakan sebaliknya.
Hasil akhir? "Gila, gue baru tahu lho!" Dan anda pun mendapat pengetahuan baru, anda lebih bijak daripada waktu anda memulai petualangan tersebut. Padahal anda hanya memilih main ke warteg dibelakang hotel, misalnya, dan bukan duduk aman dan nyaman di restoran hotel.
Di dunia maya pun seperti itu. Diperlukan keberanian, keingintahuan, dan kelapangan untuk tahu lebih banyak tentang dunia kita. Kalau tidak, anda akan terus berpikir unta memiliki satu punuk, padahal ada jenis unta yang punya dua punuk.
Melangkah dari jalur yang sudah ada, dari rasa aman itu sangat menakutkan. Ngapain sih? Toh kita sudah nyaman disini. Tapi keingintahuan itulah yang membawa manusia ke dunia sekarang ini, dengan berbagai inovasi manusia.
Jadi jangan takut ya untuk ingin tahu, jangan takut untuk ingin melihat lebih banyak, jangan takut menantang diri untuk melihat dari sudut yang berbeda. Karena dunia tidak hanya selebar layar handphone, dan jelas tidak hanya sebesar grup Whatsapp alumni SMA.
No comments:
Post a Comment