Kemarins ga sengaja nemu CD koleksi Slank saat makan di tempat favorit.
Really reminds me of the past! Saat-saat gila banget sama Slank di SMA (sekarang juga suka, sayang mereka dah tobat :p ), sampe kabur dari sekolah untuk nonton konsernya, dikejar2 guru karena SEMUA seragam sekolah ada logo Slanknya, dan tentunya karya tulis terhebat yang mana separuhnya berisi penjelasan tentang asma dan separuhnya lagi chord lagu Slank....
Sigh... It's good to be young yach.... :)
A little bit of this, a little bit of that, and all the things the cat sees along her way
AdSense Page Ads
Monday, May 31, 2010
Thursday, May 27, 2010
Di kala hujan...
Tuesday, May 25, 2010
Kucing Hitam "Jahat mode" on... :p
Saya lagi jahat....
Gatal banget kalau ngeliat orang yang lagi pacaran, pengen ngegangguin rasanya!
Efek lama jomblo? mungkin....
Efek lagi PMS? LEBIH mungkin....
Rasanya saya pengen nyanyiiin lagu ini untuk semua org yg lagi in love di dunia ini.....
So for at least until tomorrow
I'll never fall in love again
Peace guys and girls... :D
Gatal banget kalau ngeliat orang yang lagi pacaran, pengen ngegangguin rasanya!
Efek lama jomblo? mungkin....
Efek lagi PMS? LEBIH mungkin....
Rasanya saya pengen nyanyiiin lagu ini untuk semua org yg lagi in love di dunia ini.....
Dionne Warwick - I'll Never Fall in Love Again .mp3 | ||
Found at bee mp3 search engine |
So for at least until tomorrow
I'll never fall in love again
Peace guys and girls... :D
Sunday, May 23, 2010
To lie, or not to Lie??
"Pokoknya, dalam hubungan bohong itu nomor satu! Jangan pernah tunjukin sisi asli mu, selalu tunjukkan sisi yang baik dan perhatian saja, paling nggak sampai kamu dapatkan cowok itu!" Heeeee?????
Kalimat diatas hanyalah sepenggal dari "briefing pagi" teman saya yang jengkel saya curhat susah banget cari teman (dan/atau pasangan). Reaksi saya awalnya cuma "Heeeee???" seperti diatas, tapi semakin saya mencoba menjelaskan pandangan saya semakin semangat teman saya menjelaskan. Duh, kok jadi aneh gini seh..?!
Sebenarnya bohong ga sepenuhnya buruk seh. Menurut saya memang ada beberapa hal yang (calon) pasangan ga perlu tahu, dan selama hal tersebut ga menganggu hubungan mereka, ga diketahui selamanya juga gpp sih harusnya. For instance: seorang cowok ga perlu tahu obsesi pacarnya terhadap high heels merah, kecuali kalau obsesinya tersebut bikin dia menyeret2 cowoknya keliling mall saat sale sepatu, no matter what he thinks or feel, atau kalau duit belanja jadi tekor karena dia belanja sepatu. Tapi apakah pasangan perlu tahu seluruh flirting-an saat SMA? Kyanya nggak kan. Atau buku yang dibeliin mantan? Selama ga ganggu hubungan, jelas ga usah dibilang. Kecuali ditanya hehehe…
Tapi kalau sampai "mengubah" citra diri? Teman saya suggest agar saya tampil sebagai wanita baik-baik manis dan penuh kelemahlembutan agar kaum adam tertarik (paling ga sebagai teman), instead of funky-sexy bohemian yang bikin mereka kabur. Hmm, bukannya ntar jadi masalah?? Saya jelas bakalan shock dan bete kalau (calon) pasangan ngakunya cowok baik-baik tapi ternyata jackass. Bukannya saya jackass lho, saya anak baik-baik kok, cuma sedikit "unik" :)
Back to the topic, logikanya kan kalau mereka ga mau terima kita apa adanya, trus gimana mau menjalin hubungan kedepan? Berapa banyak kata-kata klise itu terucap dari orang-orang yang saya kenal, "Duh, kalau tau begini aslinya aku ga akan hubungan sama dia!". Jadi yeah, menurut saya keterbukaan itu penting. And if I love you (and you love me) enough, I'm not gonna lie to you.
Nevertheless, point taken. Lain padang lain belalang, dan citra diri yang saya tampilkan mungkin memang kurang sesuai dengan culture masyarakat di tempat saya tinggal sekarang. Jadi… saya akan berusaha menjadi anak baik walaupun tetap sedikit "unik" . Hopefully saya bisa mendapatkan lebih banyak teman bila saya terlihat "jinak", but inside I'll still be my unique self :). I love who I am and wouldn't change it for the world!
Kalimat diatas hanyalah sepenggal dari "briefing pagi" teman saya yang jengkel saya curhat susah banget cari teman (dan/atau pasangan). Reaksi saya awalnya cuma "Heeeee???" seperti diatas, tapi semakin saya mencoba menjelaskan pandangan saya semakin semangat teman saya menjelaskan. Duh, kok jadi aneh gini seh..?!
Sebenarnya bohong ga sepenuhnya buruk seh. Menurut saya memang ada beberapa hal yang (calon) pasangan ga perlu tahu, dan selama hal tersebut ga menganggu hubungan mereka, ga diketahui selamanya juga gpp sih harusnya. For instance: seorang cowok ga perlu tahu obsesi pacarnya terhadap high heels merah, kecuali kalau obsesinya tersebut bikin dia menyeret2 cowoknya keliling mall saat sale sepatu, no matter what he thinks or feel, atau kalau duit belanja jadi tekor karena dia belanja sepatu. Tapi apakah pasangan perlu tahu seluruh flirting-an saat SMA? Kyanya nggak kan. Atau buku yang dibeliin mantan? Selama ga ganggu hubungan, jelas ga usah dibilang. Kecuali ditanya hehehe…
Tapi kalau sampai "mengubah" citra diri? Teman saya suggest agar saya tampil sebagai wanita baik-baik manis dan penuh kelemahlembutan agar kaum adam tertarik (paling ga sebagai teman), instead of funky-sexy bohemian yang bikin mereka kabur. Hmm, bukannya ntar jadi masalah?? Saya jelas bakalan shock dan bete kalau (calon) pasangan ngakunya cowok baik-baik tapi ternyata jackass. Bukannya saya jackass lho, saya anak baik-baik kok, cuma sedikit "unik" :)
Back to the topic, logikanya kan kalau mereka ga mau terima kita apa adanya, trus gimana mau menjalin hubungan kedepan? Berapa banyak kata-kata klise itu terucap dari orang-orang yang saya kenal, "Duh, kalau tau begini aslinya aku ga akan hubungan sama dia!". Jadi yeah, menurut saya keterbukaan itu penting. And if I love you (and you love me) enough, I'm not gonna lie to you.
Nevertheless, point taken. Lain padang lain belalang, dan citra diri yang saya tampilkan mungkin memang kurang sesuai dengan culture masyarakat di tempat saya tinggal sekarang. Jadi… saya akan berusaha menjadi anak baik walaupun tetap sedikit "unik" . Hopefully saya bisa mendapatkan lebih banyak teman bila saya terlihat "jinak", but inside I'll still be my unique self :). I love who I am and wouldn't change it for the world!
Friday, May 21, 2010
Rahajeng Nyangra Rahinan Kuningan
Hari ini hari raya Kuningan, and it's time to celebrate! Oops…salah ya?
Ga (terlalu) salah juga sih, karena bagi Umat Hindu Bali Kuningan merupakan rangkaian terakhir dari upacara Galungan, yang intinya adalah kemenangan Dharma (Kebaikan) melawan Adharma (Kejahatan). Saya ga akan menjelaskan secara mendetail tentang apa sih sebenarnya (dan maknanya) Galungan dan Kuningan. (Pembaca yang berminat bisa membaca disini, they did a good job of explaining it!). Saya cuma ingin share apa sih arti hari raya ini buat saya :)
Satu kata mengenai hari raya ini: Bahagia! Saya bahagia bisa cuti panjang (3 hari berturut2 bo'! Plus weekend libur!), saya bahagia bisa mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, saya bahagia persembahannya masih within budget (ga berlebihan, tapi ga pelit juga, just right ;) ), dan yang jelas, saya bahagia bisa berkumpul bersama mama dan saudara-saudara saya saat membuat banten dan penjor. Karena kesibukan, kapan lagi bisa kumpul dan bercanda bersenda gurau dengan riang gembira (lebay mode on) kecuali saat hari raya? Rasanya jadi pengen nyanyi: " 'Tis is the time to be jolly, fa la la la…" (ini definitely salah lagu!)
Saya yakin banyak orang yang berpikir saya aneh, dan memang bagi beberapa teman saya hari raya menjadi suatu "momok": harus pulang kampung, keluar uang untuk beli banten, jatah cuti habis, etc etc etc… Kenyataannya juga, ga selalu setiap hari raya seindah yang saya ceritakan diatas. Kadang-kadang kalau Bhutakala (setan) yang sukses menggoda, jadinya bisa hari raya yang penuh tekanan dan bete ga karuan. Tapi saya tetap suka hari raya, apapun itu :) Dan rasanya puaaaaas banget kalau apapun yang terjadi kita berhasil melewati hari raya itu dengan senyuman sehari penuh, kyanya afdol banget deh!
Mungkin ini semua karena saya tidak dibesarkan di Bali, dan baru beberapa tahun ini pulang kembali ke Bali, jadi saya masih punya "romantic point of view" (atau tepatnya "tourist point of view") terhadap hal-hal seperti ini. Apa yang orang asli Bali anggap suatu hal yang biasa, buat saya masih "luar biasa". Sebelum di protes, saya ingin bilang saya justru berterimakasih pada Tuhan karena saya diberikan pola pikir seperti itu. Saya tahu kewajiban saya, dan saya bisa menjalaninya dengan penuh semangat.
Munafik dan sok baik? Ga juga. Saya masih banyak harus belajar soal hari raya- banten makna etc. - karena saat ini masih nyaris ga bisa apa-apa T.T. Saya juga sadar kalau kedepan pola pikir saya bisa berubah, dan saya bisa saja ga hepi lagi. Tapi, saya benar-benar berdoa Tuhan memberikan jalan dan keluarga yang baik, dimana saya akan bisa terus tersenyum gembira bersama orang yang saya sayang dan berkata "Ini kan hari raya!"
Rahajeng nyangra rahinan Kuningan :)
Ga (terlalu) salah juga sih, karena bagi Umat Hindu Bali Kuningan merupakan rangkaian terakhir dari upacara Galungan, yang intinya adalah kemenangan Dharma (Kebaikan) melawan Adharma (Kejahatan). Saya ga akan menjelaskan secara mendetail tentang apa sih sebenarnya (dan maknanya) Galungan dan Kuningan. (Pembaca yang berminat bisa membaca disini, they did a good job of explaining it!). Saya cuma ingin share apa sih arti hari raya ini buat saya :)
Satu kata mengenai hari raya ini: Bahagia! Saya bahagia bisa cuti panjang (3 hari berturut2 bo'! Plus weekend libur!), saya bahagia bisa mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, saya bahagia persembahannya masih within budget (ga berlebihan, tapi ga pelit juga, just right ;) ), dan yang jelas, saya bahagia bisa berkumpul bersama mama dan saudara-saudara saya saat membuat banten dan penjor. Karena kesibukan, kapan lagi bisa kumpul dan bercanda bersenda gurau dengan riang gembira (lebay mode on) kecuali saat hari raya? Rasanya jadi pengen nyanyi: " 'Tis is the time to be jolly, fa la la la…" (ini definitely salah lagu!)
Saya yakin banyak orang yang berpikir saya aneh, dan memang bagi beberapa teman saya hari raya menjadi suatu "momok": harus pulang kampung, keluar uang untuk beli banten, jatah cuti habis, etc etc etc… Kenyataannya juga, ga selalu setiap hari raya seindah yang saya ceritakan diatas. Kadang-kadang kalau Bhutakala (setan) yang sukses menggoda, jadinya bisa hari raya yang penuh tekanan dan bete ga karuan. Tapi saya tetap suka hari raya, apapun itu :) Dan rasanya puaaaaas banget kalau apapun yang terjadi kita berhasil melewati hari raya itu dengan senyuman sehari penuh, kyanya afdol banget deh!
Mungkin ini semua karena saya tidak dibesarkan di Bali, dan baru beberapa tahun ini pulang kembali ke Bali, jadi saya masih punya "romantic point of view" (atau tepatnya "tourist point of view") terhadap hal-hal seperti ini. Apa yang orang asli Bali anggap suatu hal yang biasa, buat saya masih "luar biasa". Sebelum di protes, saya ingin bilang saya justru berterimakasih pada Tuhan karena saya diberikan pola pikir seperti itu. Saya tahu kewajiban saya, dan saya bisa menjalaninya dengan penuh semangat.
Munafik dan sok baik? Ga juga. Saya masih banyak harus belajar soal hari raya- banten makna etc. - karena saat ini masih nyaris ga bisa apa-apa T.T. Saya juga sadar kalau kedepan pola pikir saya bisa berubah, dan saya bisa saja ga hepi lagi. Tapi, saya benar-benar berdoa Tuhan memberikan jalan dan keluarga yang baik, dimana saya akan bisa terus tersenyum gembira bersama orang yang saya sayang dan berkata "Ini kan hari raya!"
Rahajeng nyangra rahinan Kuningan :)
Wednesday, May 19, 2010
Cuma pengen bilang: Thanks for smiling at me :)
Saat sesi jalan santai (yang sehat) di taman dekat kantor, ktmu orang yang sama dua kali dan dua kali juga dia senyum saat melihat saya. Yeah, call me pathetic, tapi itu bener-bener make my day. Literally. Terdengar menyedihkan dan geer mampus? Nggak juga sih. Ga ada acara kenalan etc, just a simple smile, but by God it means a lot.
Mungkin saya terdengar gila, tapi menurut saya Jakarta adalah kota yang JAUH lebih ramah dibandingkan kota saya sekarang. So many smiles everywhere. Satpam yang jaga di gedung perkantoran, security di mall, orang-orang di jalan, kemanapun kita menoleh paling nggak ada seseorang yang tersenyum. Senyuman mereka palsu? Sangat mungkin sih, tapi seperti kata teman saya "Even though your lying by pretending to be happy when you're sad, in the end you'll be happy :) "
Senyum menurut saya adalah obat yang terbaik, paling efektif dan paling cepat bereaksi untuk menyembuhkan segala penyakit (jiwa). Senyum tuh mungkin bisa diibaratkan kortikosteroid untuk hati dan pikiran kita. Itulah kenapa sebenarnya makeup adalah obat bagi wanita, karena saat kita memakai makeup (especially blush on) kita dipaksa untuk tersenyum, dan itu benar-benar menolong perasaan kita, entah kita menyadarinya atau tidak. Tapi banyak, sungguh banyak sekali yang bisa kita lakukan untuk bisa tersenyum. Basically anything that wil make you happy can induce that long awaited smile.
Contoh hal-hal yang bisa membuat saya tersenyum:
- anjing/kucing yang bermain dengan gembira dan dengan lucunya
- anak kecil yang bermain dengan sesamanya (tapi yang mainnya lucu ya, ga pukul-pukulan atau maki-makian)
- majikan dari hewan peliharaan tersebut/orang tua dari anak2 tersebut yang tersenyum balik ke saya, appreciate "kepositifan" saya terhadap yang mereka kasihi
- Orang-orang yang sedang latihan (capoeira, juggling, silat, etc) - saya kagum dengan orang-orang yang tekun!
- (Lirik) lagu yang sedang saya dengarkan
- baca garfield atau brewster rockit
- Mampu kelarin satu putaran jalan sehat tepat sebelum sunset
- Sunset itu sendiri
Basically, saya berusaha appreciate semua yang terjadi, dan tersenyum :). Hal tersebut membuat saya lebih loose dalam menghadapi hidup, lebih santai dan ga terlalu terbebani dengan segala masalah hidup (yang memang akan selalu ada). Ada yang bilang sama saya bahwa saya ga punya masalah, karena saya terus tersenyum dan terlihat bahagia. Well, got my own problem as well, tapi saya berusaha untuk bahagia aja. Hidup cuma sekali ini kok, jangan dibikin susah lah...
Lagipula kita ga tersenyum untuk kita sendiri. Seperti yang saya bilang di atas, senyuman kita bisa membantu orang lain, menularkan kebahagiaan buat mereka. Saat seseorang tersenyum kepada saya, saya merasa dihargai, ada maknanya, dan jelas, bahagia. Hari saya yang buruk bisa berubah jadi lebih baik, dan saya ngerasa dunia ga jelek-jelek amat kok, karena masih ada yang care dan peduli. Berlebihan? Mungkin aja hehehe... Tapi kita ga akan bisa senyum tulus ke orang lain kecuali kita memang care dan peduli sama mereka. Sekedar note, semua "senyuman" yang saya sebut di artikel ini maksudnya senyuman tulus ya, bukan senyuman tebar pesona ga jelas...
Kesimpulannya: saya ga peduli klo orang pikir saya aneh karena sering tersenyum. It makes me happy, and it can make other people happy, jadi.... Let's keep on smiling, shall we?!
Mungkin saya terdengar gila, tapi menurut saya Jakarta adalah kota yang JAUH lebih ramah dibandingkan kota saya sekarang. So many smiles everywhere. Satpam yang jaga di gedung perkantoran, security di mall, orang-orang di jalan, kemanapun kita menoleh paling nggak ada seseorang yang tersenyum. Senyuman mereka palsu? Sangat mungkin sih, tapi seperti kata teman saya "Even though your lying by pretending to be happy when you're sad, in the end you'll be happy :) "
Senyum menurut saya adalah obat yang terbaik, paling efektif dan paling cepat bereaksi untuk menyembuhkan segala penyakit (jiwa). Senyum tuh mungkin bisa diibaratkan kortikosteroid untuk hati dan pikiran kita. Itulah kenapa sebenarnya makeup adalah obat bagi wanita, karena saat kita memakai makeup (especially blush on) kita dipaksa untuk tersenyum, dan itu benar-benar menolong perasaan kita, entah kita menyadarinya atau tidak. Tapi banyak, sungguh banyak sekali yang bisa kita lakukan untuk bisa tersenyum. Basically anything that wil make you happy can induce that long awaited smile.
Contoh hal-hal yang bisa membuat saya tersenyum:
- anjing/kucing yang bermain dengan gembira dan dengan lucunya
- anak kecil yang bermain dengan sesamanya (tapi yang mainnya lucu ya, ga pukul-pukulan atau maki-makian)
- majikan dari hewan peliharaan tersebut/orang tua dari anak2 tersebut yang tersenyum balik ke saya, appreciate "kepositifan" saya terhadap yang mereka kasihi
- Orang-orang yang sedang latihan (capoeira, juggling, silat, etc) - saya kagum dengan orang-orang yang tekun!
- (Lirik) lagu yang sedang saya dengarkan
- baca garfield atau brewster rockit
- Mampu kelarin satu putaran jalan sehat tepat sebelum sunset
- Sunset itu sendiri
Basically, saya berusaha appreciate semua yang terjadi, dan tersenyum :). Hal tersebut membuat saya lebih loose dalam menghadapi hidup, lebih santai dan ga terlalu terbebani dengan segala masalah hidup (yang memang akan selalu ada). Ada yang bilang sama saya bahwa saya ga punya masalah, karena saya terus tersenyum dan terlihat bahagia. Well, got my own problem as well, tapi saya berusaha untuk bahagia aja. Hidup cuma sekali ini kok, jangan dibikin susah lah...
Lagipula kita ga tersenyum untuk kita sendiri. Seperti yang saya bilang di atas, senyuman kita bisa membantu orang lain, menularkan kebahagiaan buat mereka. Saat seseorang tersenyum kepada saya, saya merasa dihargai, ada maknanya, dan jelas, bahagia. Hari saya yang buruk bisa berubah jadi lebih baik, dan saya ngerasa dunia ga jelek-jelek amat kok, karena masih ada yang care dan peduli. Berlebihan? Mungkin aja hehehe... Tapi kita ga akan bisa senyum tulus ke orang lain kecuali kita memang care dan peduli sama mereka. Sekedar note, semua "senyuman" yang saya sebut di artikel ini maksudnya senyuman tulus ya, bukan senyuman tebar pesona ga jelas...
Kesimpulannya: saya ga peduli klo orang pikir saya aneh karena sering tersenyum. It makes me happy, and it can make other people happy, jadi.... Let's keep on smiling, shall we?!
Sunday, May 16, 2010
The Hatred
I hate him. I hate him with all my might. For what kind of person would purposely driven his own children against each other, turning mother and daughter into bitter enemy, and condemned his wife to eternal shame and grief?
All the psychology theory, psychiatry lecture and information have been applied to him, all the excuses and reasons to make him less evil than he is, but in the end, he's just plain evil, period. No one with conscience can do what he have done, and all the hideous deed was done only for his pleasure, for the sheer purpose of pointing all attention to him, for (in his mind) if everyone is against each other, he will be the sole winner and all attention will be drawn to him. And to think I love him once.
I have read several books in which the killer/victim was in joy upon knowing that the hated one has been eliminated. I used to think that it must be horrible to think like that, but today I share the sentiment. I love him so and I know I won't be able bring myself to hurt him, but nothing can be more relieving than to know that he has gone forever from me, from people he has hurt.
I know, my action and thoughts today are against what I have wrote in this blog, against all the positive attitude that I strongly endorsed. I also know that even i he is gone forever, life will go on and more difficulties will arrive. I know it all. But for today, just for today, let me pour this poison from my chest. Tomorrow I will smile again, and the day after tomorrow I will laugh again. The hatred will soon pass from my mind, until the time he strikes again. But for now, let me indulge myself in my viciousness, and pray for a day without The Hatred.
All the psychology theory, psychiatry lecture and information have been applied to him, all the excuses and reasons to make him less evil than he is, but in the end, he's just plain evil, period. No one with conscience can do what he have done, and all the hideous deed was done only for his pleasure, for the sheer purpose of pointing all attention to him, for (in his mind) if everyone is against each other, he will be the sole winner and all attention will be drawn to him. And to think I love him once.
I have read several books in which the killer/victim was in joy upon knowing that the hated one has been eliminated. I used to think that it must be horrible to think like that, but today I share the sentiment. I love him so and I know I won't be able bring myself to hurt him, but nothing can be more relieving than to know that he has gone forever from me, from people he has hurt.
I know, my action and thoughts today are against what I have wrote in this blog, against all the positive attitude that I strongly endorsed. I also know that even i he is gone forever, life will go on and more difficulties will arrive. I know it all. But for today, just for today, let me pour this poison from my chest. Tomorrow I will smile again, and the day after tomorrow I will laugh again. The hatred will soon pass from my mind, until the time he strikes again. But for now, let me indulge myself in my viciousness, and pray for a day without The Hatred.
Friday, May 14, 2010
"You've got a friend..."
"You just call out my name
And you know wherever I am
I'll come running to see you again"
You've Got a Friend - James Taylor
A friend of mine just send me an SMS. Kedengerannya sih dia baik2 aja, tapi kok feeling saya ga enak ya? Like he's not entirely ok. Pasti banyak yang pernah ngalamin kya saya. Tau (atau menduga) bahwa teman/orang yang disayang ada masalah, tapi ga bisa bantu (banyak), atau bahkan ga bisa bantu apa-apa, apalagi kalau orang yang bersangkutan diam kya kerang. Gregetan atau bahkan panik sendiri ga sih jadinya?
Kalau dari sudut pandang orang yang ga bermasalah, kyanya wajar juga jadi kepikiran sama teman yang lagi bermasalah. Siapa sih yang pengen orang yang disayang/dipedulikan (care about) itu susah ato sengsara? Pasti sedih banget ngeliat dia sampai breakdown, dan kita sepenuhnya tau kalo kita ga bisa bantuin (banyak). Seringkali kita berusaha terlalu keras ngebantu mereka sampai jadinya malah interfere/ikut campur (*girls yg pernah punya temen dgn pasangan bastard pasti pernah di posisi ini hehehe). Nah kalau gini siapa yang salah?
Di sisi lain, walaupun kita punya hak untuk mencoba menolong, yang (ceritanya) mesti ditolong pun punya hak untuk nolak. Sebagaimana ada pasien yang menolak diobati dokter, ada orang-orang yang memang menolak untuk "dibantu". Alasan-alasan yang mungkin:
1. Karena ga mau ada yang ikut campur masalahnya. Ini mudah dimengerti dan wajar. Ada beberapa hal yang memang kita ga bisa tolong.
2. Karena sebenarnya dia pun ga (ngerasa) se-sengsara itu, cuma butuh ketenangan dan waktu untuk repair dirinya sendiri and he/she'll get back to normal soon. Limit manusia memang luar biasa, ada beberapa teman saya yang sanggup menghadapi hal2 yg benar2 sulit, and he/she still manage to get through and come out with a smile.
3. (Walaupun susah dipercaya), ada orang yang memang prefer untuk tenggelam dalam masalahnya sendiri, walaupun kita jadinya ikut nelangsa ngeliat dia susah. Ini yang susah, apalagi kalau sampai keluar kata-kata "kamu ga ngerti perasaan ku." Rasanya pengen jawab: Well, I'm trying to, that's why I'm here!
Jadi apa yang harus dilakukan kalau stuck sama kondisi begini? Ada temen saya yang berpendapat "Cuekin aja!". Bukan karena dia jahat, sebaliknya malah, menurut dia ada baiknya saya percaya sama teman saya, bahwa teman saya cukup kuat dan mampu menghadapi cobaan tersebut. In a way I think he's right :)
Tapi saya juga percaya kalau tiap manusia adalah utusan Tuhan, dan tangan kita yang terulur, siap menangkap atau meraih orang yang memerlukan adalah juga tangan Tuhan. Jadi yang bisa saya lakukan cuma (berusaha) menyampaikan bahwa saya ada disini untuk mereka, terserah mau disambut atau nggak, yang jelas saya disini. Ada beberapa orang yang saya yakin bisa gloriously survive apapun cobaannya, dan pasti akan cari bantuan kalau mereka memang menganggap itu perlu. Namun seperti halnya perjalanan Frodo dan Sam ke Mount Doom (Lord of the Ring), tahu ada orang yang bisa dipercaya dan ada buat kita itu adalah anugrah tersendiri lho.
Untuk orang-orang yang bermasalah: we love you! we really do! Kasih sayang itu lumayan langka lho di jaman sekarang, namun saya yakin tiap orang pasti ada paling nggak seseorang yang menyayangi, baik sebagai teman, kekasih, atau apapun. So yeah, sorry if it bothers you but your smile&happiness means a lot to us. Terima aja bro :)
Kedengarannya pandangan saya egois banget ya? Maksain ngebantuin orang, maksain orang untuk happy dan ga sedih. Dalam kenyataan akhirnya biasanya saya cuma bisa menghela nafas panjang saat orang yang saya sayang berada dalam kesulitan, dan walaupun terkadang menyakitkan banget ngeliat kondisi mereka, saya cuma bisa pasrah sama Tuhan, mendoakan yang terbaik untuk mereka, dan berbisik pelan " C'mon. You're gonna make it." And in almost all cases, they did make it :)
"Winter, spring, summer or fall
All you have to do is call
And I'll be there, yeah, yeah, yeah.
You've got a friend"
And you know wherever I am
I'll come running to see you again"
You've Got a Friend - James Taylor
A friend of mine just send me an SMS. Kedengerannya sih dia baik2 aja, tapi kok feeling saya ga enak ya? Like he's not entirely ok. Pasti banyak yang pernah ngalamin kya saya. Tau (atau menduga) bahwa teman/orang yang disayang ada masalah, tapi ga bisa bantu (banyak), atau bahkan ga bisa bantu apa-apa, apalagi kalau orang yang bersangkutan diam kya kerang. Gregetan atau bahkan panik sendiri ga sih jadinya?
Kalau dari sudut pandang orang yang ga bermasalah, kyanya wajar juga jadi kepikiran sama teman yang lagi bermasalah. Siapa sih yang pengen orang yang disayang/dipedulikan (care about) itu susah ato sengsara? Pasti sedih banget ngeliat dia sampai breakdown, dan kita sepenuhnya tau kalo kita ga bisa bantuin (banyak). Seringkali kita berusaha terlalu keras ngebantu mereka sampai jadinya malah interfere/ikut campur (*girls yg pernah punya temen dgn pasangan bastard pasti pernah di posisi ini hehehe). Nah kalau gini siapa yang salah?
Di sisi lain, walaupun kita punya hak untuk mencoba menolong, yang (ceritanya) mesti ditolong pun punya hak untuk nolak. Sebagaimana ada pasien yang menolak diobati dokter, ada orang-orang yang memang menolak untuk "dibantu". Alasan-alasan yang mungkin:
1. Karena ga mau ada yang ikut campur masalahnya. Ini mudah dimengerti dan wajar. Ada beberapa hal yang memang kita ga bisa tolong.
2. Karena sebenarnya dia pun ga (ngerasa) se-sengsara itu, cuma butuh ketenangan dan waktu untuk repair dirinya sendiri and he/she'll get back to normal soon. Limit manusia memang luar biasa, ada beberapa teman saya yang sanggup menghadapi hal2 yg benar2 sulit, and he/she still manage to get through and come out with a smile.
3. (Walaupun susah dipercaya), ada orang yang memang prefer untuk tenggelam dalam masalahnya sendiri, walaupun kita jadinya ikut nelangsa ngeliat dia susah. Ini yang susah, apalagi kalau sampai keluar kata-kata "kamu ga ngerti perasaan ku." Rasanya pengen jawab: Well, I'm trying to, that's why I'm here!
Jadi apa yang harus dilakukan kalau stuck sama kondisi begini? Ada temen saya yang berpendapat "Cuekin aja!". Bukan karena dia jahat, sebaliknya malah, menurut dia ada baiknya saya percaya sama teman saya, bahwa teman saya cukup kuat dan mampu menghadapi cobaan tersebut. In a way I think he's right :)
Tapi saya juga percaya kalau tiap manusia adalah utusan Tuhan, dan tangan kita yang terulur, siap menangkap atau meraih orang yang memerlukan adalah juga tangan Tuhan. Jadi yang bisa saya lakukan cuma (berusaha) menyampaikan bahwa saya ada disini untuk mereka, terserah mau disambut atau nggak, yang jelas saya disini. Ada beberapa orang yang saya yakin bisa gloriously survive apapun cobaannya, dan pasti akan cari bantuan kalau mereka memang menganggap itu perlu. Namun seperti halnya perjalanan Frodo dan Sam ke Mount Doom (Lord of the Ring), tahu ada orang yang bisa dipercaya dan ada buat kita itu adalah anugrah tersendiri lho.
Untuk orang-orang yang bermasalah: we love you! we really do! Kasih sayang itu lumayan langka lho di jaman sekarang, namun saya yakin tiap orang pasti ada paling nggak seseorang yang menyayangi, baik sebagai teman, kekasih, atau apapun. So yeah, sorry if it bothers you but your smile&happiness means a lot to us. Terima aja bro :)
Kedengarannya pandangan saya egois banget ya? Maksain ngebantuin orang, maksain orang untuk happy dan ga sedih. Dalam kenyataan akhirnya biasanya saya cuma bisa menghela nafas panjang saat orang yang saya sayang berada dalam kesulitan, dan walaupun terkadang menyakitkan banget ngeliat kondisi mereka, saya cuma bisa pasrah sama Tuhan, mendoakan yang terbaik untuk mereka, dan berbisik pelan " C'mon. You're gonna make it." And in almost all cases, they did make it :)
"Winter, spring, summer or fall
All you have to do is call
And I'll be there, yeah, yeah, yeah.
You've got a friend"
Wednesday, May 12, 2010
To all Bali dudes: Hidup Udeng-genic!
Sudahkah saya bilang kalau cowok Bali itu udeng-genic? Seandainya saya belum bilang, mereka SANGAT udeng-genic!
In case kalian belum tahu, udeng adalah ikat kepala resmi yang dipakai oleh pria bali untuk acara adat/ke pura.
Kadang-kadang tour guide atau turis yang notabene bukan orang Bali juga pakai seh, tapi efeknya ga sedahsyat kalau cowok Bali yang pakai ;)
Saya juga ga tau kenapa, tapi kalau cowok bali sudah pakai udeng+pakaian adat resmi, mereka terlihat sangat berbeda. Kalau ketemu sehari-hari sih biasa aja, tapi pas ketemu mereka dengan pakaian adat resmi...hmmm.... :)
Untuk pakaian adat saya bisa mengerti sih, karena pakaian adat bali (baju safari) itu jatuhnya pas dibadan/ngebentuk badan dan (terutama bahu), jadi terlihat gagah. Sementara kain yang mereka pakai sebagai bawahan, bila dipakai dengan benar juga memberikan kesan kuat, tidak feminim. Nah, kalau untuk ikat kepala alias udeng ini yang saya ga ngerti kenapa. Pakai kaos + kain atasnya pake udeng pun terlihat lumayan ok lho (untuk acara casual), tapi kalau pakaian adat resmi ga pake udeng kayanya ada yang kurang. Jadi bisa dibilang (paling nggak menurut saya) udeng itu mempengaruhi banget.
Apa ini saya aja yang terlalu narsis sama suku saya? Pastinya yang suku Jawa juga merasakan hal yang sama dong sama Batik dan Blangkon? Atau Padang atau Palembang? Well, sebenarnya sih info ini ga penting dan terserah selera masing-masing seh hehehehe. Yang jelas karena hari raya sudah menjelang, mendingan saya siap-siap untuk (cuci mata di) hari raya :)
In case kalian belum tahu, udeng adalah ikat kepala resmi yang dipakai oleh pria bali untuk acara adat/ke pura.
Kadang-kadang tour guide atau turis yang notabene bukan orang Bali juga pakai seh, tapi efeknya ga sedahsyat kalau cowok Bali yang pakai ;)
Saya juga ga tau kenapa, tapi kalau cowok bali sudah pakai udeng+pakaian adat resmi, mereka terlihat sangat berbeda. Kalau ketemu sehari-hari sih biasa aja, tapi pas ketemu mereka dengan pakaian adat resmi...hmmm.... :)
Untuk pakaian adat saya bisa mengerti sih, karena pakaian adat bali (baju safari) itu jatuhnya pas dibadan/ngebentuk badan dan (terutama bahu), jadi terlihat gagah. Sementara kain yang mereka pakai sebagai bawahan, bila dipakai dengan benar juga memberikan kesan kuat, tidak feminim. Nah, kalau untuk ikat kepala alias udeng ini yang saya ga ngerti kenapa. Pakai kaos + kain atasnya pake udeng pun terlihat lumayan ok lho (untuk acara casual), tapi kalau pakaian adat resmi ga pake udeng kayanya ada yang kurang. Jadi bisa dibilang (paling nggak menurut saya) udeng itu mempengaruhi banget.
Apa ini saya aja yang terlalu narsis sama suku saya? Pastinya yang suku Jawa juga merasakan hal yang sama dong sama Batik dan Blangkon? Atau Padang atau Palembang? Well, sebenarnya sih info ini ga penting dan terserah selera masing-masing seh hehehehe. Yang jelas karena hari raya sudah menjelang, mendingan saya siap-siap untuk (cuci mata di) hari raya :)
Wednesday, May 5, 2010
For the good times, and the bad :)
Kenangan adalah sesuatu yang absurd, karena biasanya lebih mudah mengingat kenangan buruk daripada kenangan baik/menyenangkan. Padahal logikanya lebih cihui bila kita bisa mengingat semua yang baik dan menyenangkan bukan? Lalu mengunci, mengubur, membuang semua kenangan buruk&menyakitkan. Pokoknya six feet under deh!
Tapi apa iya segampang itu? Coba, bisa ga mendeskripsikan bahagianya dapat gaji pertama? Atau saat ditembak/dilamar yayang tercinta? atau sukses bikin cake/beli motor sendiri/etc? Walaupun saat kejadian rasanya di langit ketujuh, tapi pas sudah lewat paling cuma bisa bilang,"wah, pokoknya hepi banget deh!". Ephorianya udah lewat, the magic is gone. Sebaliknya, coba inget saat dimarahin bos, dibohongin orang, mobil kebaret gara2 orang bodoh, all the painful feeling, pasti bisa cepet rewind/ngulang perasaan itu lagi kan? Unless kejadiannya udah lamaaaaa banget atau emang kita udah ga peduli lagi, pasti mengingat hal2 tersebut tetep bikin sakit hati.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir hal ini ga terlalu absurd juga sih, karena manusia memang lebih mudah tertarik ke hal-hal negatif daripada yang positif. Jadi jahat itu mudah, tapi jadi orang baik itu sulit. Tapi untungnya a good friend of mine ngajarin saya cara untuk ga terjebak di lingkaran setan itu. Intinya (dan saya modif dikit): Best to hold on with the positive memories. Paling bagus untuk fokus ke kenangan yang positif.
Foto2 saat liburan dengan teman yang (belakangan) menyebalkan, gpp simpan saja. Toh saat liburan itu kita have fun kan? Daripada ngomel2 gara2 mobil kebaret, mending fokus ke nikmatnya bersama yayang saat itu kan? (well, assuming saat itu lagi sama yayang seh hehehehe). Inget hubungan yang ga berlangsung lancar (ok, disastrous seh tepatnya), inget ada teman2 yang siap menolong dan bikin kita hepi lagi. Selalu ada sisi positif dalam tiap hal. Daripada berkutat sama kenangan buruk yg bikin emosi, mending coba liat sisi positifnya and be glad with it :)
Dan satu hal lagi yang mungkin membantu: ada hal-hal (baca:kenangan baik) tertentu yang memang bertahan lebih lama. Handphone nokia yang versi lama, Honda Estillo, buku-buku terbitan kuno, semua itu memang berkualitas baik dan bertahan lebih lama. Demikian halnya dengan kenangan, ada yang memang berkualitas baik dan mampu bertahan lebih lama, karena begitu berkesannya hal tersebut. So whenever you feel like erasing those bad memories, kapanpun ingin melupakan kenangan yang buruk dan menyebalkan, just stop thinking about it and start memorizing that "premium memories", and you'll be just fine…Hope it works for you, cause it works damn fine with me!
-special thanks for the angel that provide me most of my premium memories, and for the one that taught me all of these-
Tapi apa iya segampang itu? Coba, bisa ga mendeskripsikan bahagianya dapat gaji pertama? Atau saat ditembak/dilamar yayang tercinta? atau sukses bikin cake/beli motor sendiri/etc? Walaupun saat kejadian rasanya di langit ketujuh, tapi pas sudah lewat paling cuma bisa bilang,"wah, pokoknya hepi banget deh!". Ephorianya udah lewat, the magic is gone. Sebaliknya, coba inget saat dimarahin bos, dibohongin orang, mobil kebaret gara2 orang bodoh, all the painful feeling, pasti bisa cepet rewind/ngulang perasaan itu lagi kan? Unless kejadiannya udah lamaaaaa banget atau emang kita udah ga peduli lagi, pasti mengingat hal2 tersebut tetep bikin sakit hati.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir hal ini ga terlalu absurd juga sih, karena manusia memang lebih mudah tertarik ke hal-hal negatif daripada yang positif. Jadi jahat itu mudah, tapi jadi orang baik itu sulit. Tapi untungnya a good friend of mine ngajarin saya cara untuk ga terjebak di lingkaran setan itu. Intinya (dan saya modif dikit): Best to hold on with the positive memories. Paling bagus untuk fokus ke kenangan yang positif.
Foto2 saat liburan dengan teman yang (belakangan) menyebalkan, gpp simpan saja. Toh saat liburan itu kita have fun kan? Daripada ngomel2 gara2 mobil kebaret, mending fokus ke nikmatnya bersama yayang saat itu kan? (well, assuming saat itu lagi sama yayang seh hehehehe). Inget hubungan yang ga berlangsung lancar (ok, disastrous seh tepatnya), inget ada teman2 yang siap menolong dan bikin kita hepi lagi. Selalu ada sisi positif dalam tiap hal. Daripada berkutat sama kenangan buruk yg bikin emosi, mending coba liat sisi positifnya and be glad with it :)
Dan satu hal lagi yang mungkin membantu: ada hal-hal (baca:kenangan baik) tertentu yang memang bertahan lebih lama. Handphone nokia yang versi lama, Honda Estillo, buku-buku terbitan kuno, semua itu memang berkualitas baik dan bertahan lebih lama. Demikian halnya dengan kenangan, ada yang memang berkualitas baik dan mampu bertahan lebih lama, karena begitu berkesannya hal tersebut. So whenever you feel like erasing those bad memories, kapanpun ingin melupakan kenangan yang buruk dan menyebalkan, just stop thinking about it and start memorizing that "premium memories", and you'll be just fine…Hope it works for you, cause it works damn fine with me!
-special thanks for the angel that provide me most of my premium memories, and for the one that taught me all of these-
Subscribe to:
Posts (Atom)