AdSense Page Ads

Showing posts with label Miscellaneaous. Show all posts
Showing posts with label Miscellaneaous. Show all posts

Monday, May 9, 2011

Sama, Seimbang, Setara

DISCLAIMER: Tulisan ini dibuat untuk wanita, namun bila anda bukan wanita dan mau membacanya sampai habis saya akan merasa sangat terhormat :)

Sebuah koran religius Amerika menghapus HIllary Clinton dan seorang wanita lainnya dari sebuah foto yang diambil saat pejabat Gedung Putih menyaksikan penyerangan Osama Bin Laden karena terlalu, ermm, provokatif.

Foto koran tersebut:

Foto aslinya:


Taraa….. (bunyi drum). Teman saya bilang saya "very sexual minded" (okay, I can be pretty lewd, happy?), tapi demi Tuhan saya ga bisa menemukan apapun yang provokatif dari gambar ini. What's so (dangerously) sexy about this pic??

Koran tersebut lalu mengeluarkan permintaan maaf, dan menjelaskan bahwa kebijakan koran tersebut adalah: tidak menampilkan wanita di dalam foto karena alasan agama yang mereka anut dan bukan karena menganggap wanita itu rendah. Read about it here.

Buat saya ini penjelasan ini punya 2 kelemahan:
1. Ini foto jurnalistik, dan etikanya adalah foto jurnalistik itu tidak boleh di"ubah".
C'mon, apa kita benar-benar pingin lihat Obama diedit jadi berkulit putih, atau presiden kita tercinta jadi tumbuh kumis? Nggak kan… LOL. Untuk buku/benda pribadi saya rasa terserah saja (walau White House dengan jelas menyatakan bahwa foto mereka SAMA SEKALI tidak boleh diubah), tapi ini untuk koran, untuk berita lho. Kemana semangat jurnalistik anda??
2. Kalau memang ga bole diedit, kenapa ga dicrop aja bagian yang ada wanita nya?
Emang sih itu berarti kehilangan beberapa pria di sekitar wanita-wanita tersebut, tapi katanya kesetaraan derajat, jadi harusnya ga masalah dong… :D

Agak "sakit" ya, di Amerika yang konon asal gerakan feminisme dan kesetaraan derajat masih saja terjadi hal seperti ini. Dan lagi-lagi "agama" yang dipakai. Bagaimana nasib wanita di negara lain, yang mungkin lebih kurang berkembang?



I'm a massive reader, saya begitu suka baca sampai hampir mendekati kondisi maniak. Dan dari berbagai cerita rakyat (spesialisasi saya) dari seluruh dunia, maupun dari kitab suci yang saya tahu, tidak ada satu agama atau kebudayaanpun yang menyatakan bahwa wanita diciptakan lebih rendah dari pria. Wanita dan pria setara. Secara biologis pun bedanya cuma Pria punya kromosom Y, itu saja. Tuhan itu maha adil. Kalau memang dianggap wanita lebih rendah dari pria, kenapa bentuk kita sama dan tidak berbeda seperti manusia dengan simpanse, misalnya?

Saya tahu argumen anda, bahwa secara agama (dan dalam beberapa kebudayaan) pria lah pemimpin, kepala keluarga, jadi wajar saja kalau wanita dilindungi, diarahkan, patuh pada pria. Sure, got no problem with that. Selama wanita tersebut masih punya "free will" tentunya. Kalau wanita tersebut "dipaksa patuh" itu masalah dan ga adil namanya. Seperti yang saya bilang, kita diciptakan setara. Bila pria bisa punya "free will", kenapa wanita tidak?



Di buku "What the Dog Saw" nya Malcolm Gladwell (sangat recommended!!), diceritakan perang produsen cat rambut Clairol (dengan tag line "Does she or doesn't she?") dan L'Oreal (dengan tag line "Because I'm worth it"). Clairol memainkan kartu domestik, bahwa wanita akan memakai Clairol agar pasangan mereka senang; sementara L'Oreal memainkan kartu feminis, bahwa wanita akan memakai L'Oreal agar diri mereka sendiri senang. Beda banget kan? Yang satu kubu ibu-ibu rumah tangga yang berdedikasi pada suaminya, yang satu kubu wanita karir yang berdedikasi pada, errm, dirinya? LOL. Tapi jangan salah, ada satu persamaan kuat disini: mereka memutuskan cat rambut apa yang mereka pakai (dan keputusan untuk memakai cat rambut itu sendiri!) dari diri mereka, dengan "free will". Beat that, boys.

So yeah, pria dan wanita itu setara. Ga lebih tinggi, ga lebih rendah. Jadi wanita pun bisa memilih apa yang ingin ia lakukan tanpa harus kehilangan apa yang ia percayai. Bila anda merasa ingin manut pada pasangan (pria) anda karena itu yang anda percayai atau sesuai kebudayaan yang anda pegang teguh silakan saja. Bila anda ingin setara dalam semua hal dengan pasangan (pria) anda karena itu yang anda percayai silakan saja. Lakukanlah apa yang menurut anda terbaik buat anda, karena bagaimanapun juga pria dan wanita setara. Ingat, anda pun berhak dihargai :)

Friday, May 6, 2011

Mirip Vs Nyolong? Hmmm....

Waktu lagi browsing-browsing saya menemukan website dibawah ini:


Bagus banget ya fotonya... Kesan dan "feel" nya mirip banget sama photography company favorite saya. Warna langitnya, posisi orangnya, corak awannya... Hmm... Tunggu sebentar... Sampai corak awan bisa dimiripin??? Ini usaha miripin atau usaha nyolong foto orang neh???

Foto asli, maaf, foto satunya lagi (ceritanya asas praduga tak bersalah) bisa dilihat di sini.

Siapa tahu ini memang foto dia, ya nggak?? Yang dengan keajaiban bisa sedemikian miripnya sampai corak awannya pun mirip... Atau dia mau upload foto miliknya tapi dengan ga sengaja malah keupload foto orang. Tetep praduga tak bersalah ceritanya. Itulah kenapa saya hide alamat websitenya :D

Saya pribadi sepenuhnya ngerti susah banget nyari makan sebagai fotografer sekarang. Seperti yang dibilang dengan penuh kesinisan oleh seorang WO salah satu wedding venue di Bali: "every monkey with DSLR thinks he's a photographer". Waktu saya mulai bekerja di wedding industry, jumlah photography company yang ada masih bisa dilacak. Kalau sekarang? Belum lagi para fotografer non-profesional (a.k.a tamu-tamu wedding) yang merasa, ahem, jago dan sibuk jeprat-jepret dan malah menghalangi fotografer yang ahli. Saat disuruh baik-baik untuk tidak menghalangi malah, "Hey, I'm a photographer too!" dan melambaikan Nikon/Canon seri terbaru mereka. Mas/Mbak, punya kamera bagus ga menjamin hasilnya bagus lho...

Tapi teuteup, sesusah-susahnya nyari makan sebagai fotografer mbok ya jangan pake foto orang sih. Nyebelin dan ga adil banget kan kalau hasil kerja kita yang susah payah malah diambil orang dengan enaknya. Tambahan lagi, ini menyesatkan banget. Kebayang ga kalau ada yang book dia karena naksir foto yang dia pasang di website padahal foto tersebut (mungkin) bukan foto dia sendiri?

Saya berharap semoga itu memang benar foto dia sendiri (ceritanya tetep praduga tak bersalah), tapi kalau bukan ya semoga
dia mau legowo (dan tahu malu) dan mengganti foto tersebut dengan miliknya sendiri :). Fotografer lain (atau yang hobi fotografi), jangan meniru ya.... ;)

UPDATE 9/5/2011: Saya terima e-mail dari fotografer yang bersangkutan, yang intinya dia menyesal dan akan mencabut post tersebut. Nice one! Thanks sudah mau jadi legowo ya Mas Fotografer :D

Thursday, May 5, 2011

Indonesiaku

Buku-buku vampir, chick-lit ga jelas, novel-novel romantis ga jelas, saya menyusuri rak buku di Periplus dengan penuh minat. Langkah saya terhenti di depan buku "The Tea Lords". Setengah sadar saya meraih buku tersebut, menelusuri gambar pemetik teh di sampul depan dan menelaah ringkasan buku tersebut (tentang kehidupan tuan tanah Belanda di sebuah perkebunan di Indonesia) di sampul belakang. Lalu saya menangis.


The Tea Lords oleh Hella S. Haasse merupakan sebuah cerita tentang kecintaan seorang tuan tanah Belanda terhadap perkebunan Indonesianya, dan konflik yang muncul antara ia dan keluarganya akibat kecintaannya itu. Baca ringkasan lengkapnya. Walau buku ini tampak begitu kuat (saya belum berkesempatan membeli dan membacanya), bukan karena buku ini saya menangis. Namun karena saya tak henti bertanya, "Kemana Indonesia yang dulu sedemikian indah ini?".

Waktu saya kecil dulu, Indonesia selalu digambarkan sebagai Zamrud Katulistiwa. Hamparan hijau yang membentang dari Sabang sampai Merauke, penuh berisi kekayaan alam. Betapa keindahan dan kekayaan Indonesia menarik para kolonialis dan pedagang dari seluruh dunia untuk mencicipinya, untuk ambil bagian. Betapa keindahan Indonesia membuat Raffles membuat Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor, belum lagi julukan Paris Van Java. Betapa melimpahnya hasil bumi sehingga para kolonialis berlomba untuk tinggal disini dan memperkaya diri mereka. Dan ya, mutu manikam yang sedemikian berlimpah sehingga dalam cerita-cerita kuno/cerita daerah Raja, Putri, keluarga kerajaan tampak selalu bermandikan berlian dan batu berharga lainnya. Indonesia adalah negeri dongeng, karena sedemikian subur dan berlimpahnya kekayaan negeri ini, sehingga Tuhan tampak meng-anak tiri-kan negeri lain.

Lalu kemana itu semua? Indahnya perkebunan teh di areal Puncak telah lama berganti menjadi deretan restoran dan vila tertutup, dan kesejukannya jauh berkurang tertutup oleh asap kendaraan. Kesenyapan pantai Bali dengan cepat hilang dan tersapu suara musik dansa yang menggelegar dari pub, cafe, dan hotel yang bertumbuh lebih cepat daripada jamur di musim hujan. Perjalanan Jawa-Bali yang dulu dipenuhi sawah-sawah dan pemandangan indah kini tertutup pabrik dan perumahan. Di kawasan seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi atau Irian (dan pulau-pulau kecil lainnya) pembangunan memang tidak sedemikian menyesakkan, namun akses kesana menjadi sedemikian mahalnya sehingga hampir tak mungkin lagi berhubungan dengan mereka. Dahulu pergi tamasya ke Kalimantan adalah sebuah petualangan, kini pergi tamasya ke Kalimantan tampak aneh karena dengan budget yang sama orang bisa pergi ke Kamboja, Thailand, atau lokasi eksotis lainnya. Kita kehilangan Indonesia.

Saya bukan ingin mengajak anda untuk membenci pembangunan, dalam beberapa segi saya pun menikmati pembangunan tersebut. Yang ingin saya lakukan adalah mengajak anda untuk melihat bagaimana Indonesia dulu. Betapa indahnya dan kayanya negeri kita, namun bila kita tidak berhati-hati maka semua itu akan lepas dari kita. Keindahan alam yang tertutup pleh bangunan beton, hasil panen yang dijual ke luar negeri sementara mengimpor barang murah untuk konsumsi dalam negeri, kekayaan alam yang dinikmati segelintir orang Indonesia sementara kerusakan alam yang parah dan pencemaran dirasakan oleh semua orang Indonesia. Ini yang dapat terjadi, ini yang sedang terjadi. Lalu bila semua itu hilang, kesuburan tanah kita, kekayaan alam kita, keindahan lingkungan kita, apa lagi yang kita punyai?

Saya harus sesalkan betapa tidak proporsionalnya media di Indonesia. Seberapa sering anda mendengar tentang keindahan di satu daerah, misalnya Sumbawa? Seberapa sering anda mendengar tentang kabar negatif (i.e. kemiskinan) disana? Pasti lebih sering soal miskinnya kan. Begitu pula tentang pertambangan di Papua, seberapa banyakkah hasilnya? Yang saya dengar hanyalah pembunuhan dan penyerangan yang kerap terjadi di sana. Memang, bad news sell. Berita buruk lebih menjual. Namun saya berharap media dapat lebih objektif dan bersama memajukan Indonesia dengan membuat masyarakat Indonesia lebih dan lebih lagi mencintai negerinya sendiri.

Ikutlah mencintai Indonesia. Dengan segala keindahannya, dengan segala kekayaannya, dengan segala keberagamannya. Muslim, Hindu, Kristen, Katolik, Batak, Padang, Menado, Papua, apapun itu, kita semua orang Indonesia. Mari berhentilah berpikir "ini demi agama/suku saya!", karena dahulu semua orang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia secara keseluruhan, bukan demi agama/suku tertentu. Mari berhentilah berpikir "saya tak peduli, yang penting saya senang!", karena kepedulian anda berarti bagi generasi Indonesia selanjutnya, terlepas apakah anda akan memiliki anak atau tidak. Ini Indonesia, negara kita tercinta. Cintailah Indonesia, lindungilah Indonesia, karena Indonesia begitu menakjubkan.

Tuesday, May 3, 2011

Free Will - Hiduplah dengan bebas!

"Free Will"

Free will atau keinginan bebas mungkin adalah kata terindah buat saya. Yeah, saya suka kebebasan saya. Sebegitu sukanya sampai saya memilih untuk single daripada bersama pasangan yang mengekang saya. I know, I'm psycho hahaha...

Apa sih "free will" itu? Free will atau keinginan bebas buat saya adalah kondisi dimana kita mampu memilih untuk melakukan atau TIDAK melakukan sesuatu. Free will adalah kebebasan untuk mengenakan rok mini disaat semua memakai rok panjang; kebebasan untuk memilih tidak merebonding rambut disaat semua orang memiliki rambut lurus menawan; kebebasan jalan-jalan sendirian di pantai atau tempat romantis lainnya tanpa pasangan; kebebasan memilih pekerjaan, pasangan, atau apapun yang kita inginkan.



"Free Will" bukanlah keegoisan tingkat tinggi yang melakukan sesuatu tanpa peduli orang lain, ataupun pilihan yang diambil berkat paksaan dari pihak-pihak luar. Kalau saya memaksa mengenakan baju terbuka di dalam tempat ibadah orang, saya bukan melakukan "Free Will" saya, tapi cuma nyusahin orang aja. Kalau saya memilih mengenakan baju tertutup karena saya takut dilempari batu atau dianggap "berbeda", itu jelas bukan "Free Will" saya.

Jadi apa yang diperlukan untuk memiliki "Free Will"? Kekuatan diri sendiri untuk berkata "YA!" atau "TIDAK", untuk memutuskan sesuatu dan berani menerima resikonya. Contoh praktis: Saya memilih untuk datang ke acara keluarga dengan segala konsekuensi yang mungkin timbul:
- saya dikejar-kejar orang sekantor karena ada kerjaan yang tertinggal
- ketemu saudara juuaaaaaauh yang tidak menyenangkan
- kenalan sama temannya saudara yang ganteng (ahem ;) )
Dari tiap keputusan yang kita ambil, banyak hal yang bisa timbul. Kemampuan untuk tetap memilih melakukan (atau tidak melakukan) sesuatu itu lah "Free Will" kita, kebebasan sejati kita.

Sekarang saya mau mengajak anda untuk berpikir, untuk merenung. Indonesia resminya sudah 66 tahun merdeka, namun sudahkah anda benar-benar bebas merdeka? Sudahkan anda memiliki "Free Will"? Bebas untuk memilih agama yang anda anut dan bukan hanya mengikuti keluarga; bebas untuk memilih merk hape yang anda butuhkan dan tidak hanya ikut selera pasar; bebas untuk mengepak koper/ransel dan liburan sendiri saat anda benar-benar jenuh di kantor; bebas untuk berpikir: "Ah peduli amat. Ini toh ga ngeganggu orang lain. I'm gonna do it!". Kalau belum, mungkin sudah saatnya anda mencoba membebaskan diri anda. Hiduplah dengan bebas, hiduplah dengan bahagia :)

Note: image taken from sugarshockblog.com

Sunday, April 3, 2011

Song of a Beast

I wanna be free
With wind in my hair
Blowing through the window of my car
Laughing, smiling, enjoying life
Music throughout the journey
With sunshine pouring through
And clear greeneries around
While we're singing the songs to the top of our lungs
I wouldn't care about anything else
Just you and me and this wonderful journey
I wanna be free

I wanna let lose
With sand in my feet
And wave caressing me, crashing through the beach
I wanna toss my head gaily
I wanna laugh triumphantly
As I take you to dance on the beach
Dance together with the thumping music
Under the moonlight and stars
And the beautiful sea around us
I wouldn't care what the world would think
As long as I'm dancing with you
I wanna let lose

Instead of chained in this office
Locked in my room
Caught in my dead routines
One day the tiger will be free
Roaming through the green woods
Dancing on the sandy beach
One day I'll be free

Saturday, February 19, 2011

Setitik Permintaan Maaf (Untuk Pengendara di Jalan)



Untuk para pengendara motor (dan mobil) saya meminta maaf:

1. Untuk makian saya (dan klakson super kencang yang sengaja saya berikan) saat anda menyetir sembari menelepon/sms/update status fb twitter dkk.

Dan juga untuk doa saya semoga HP anda jatuh dan terlindas kendaraan disamping saya. Nyetir sambil sms/update ria itu 8x lebih berbahaya daripada nyetir sambil mabuk. Apa update status anda lebih penting dari nyawa orang di sekitar anda? Jelas nggak lah. Obama yang presiden Amrik aja ga segitu pentingnya sampe harus jawab SMS sekarang-sekarang juga. Bila hasrat tak tertahan lagi tinggal minggir dan menepi saja toh. Jangan membahayakan orang disekitar anda.

UPDATE: Untuk yang masih ngerasa pede SMS/update status/Telp sembari nyetir, ada baiknya baca artikel tentang mobil "smartphone" dari New York Times. You just can't.


2. Untuk makian saya saat anda memotong antrian di kemacetan ataupun di pom bensin.

Apa anda pikir anda segitu berharganya sampai harus didahulukan? Bila iya, minta dikawal provoost aja sekalian. Apa beda 3 menit saja merupakan masalah hidup mati buat anda? Please deh, sinetron anda bisa menunggu sebentar. Dan yang terpenting: apa anda mau kalau antrian anda dipotong??

3. Untuk teriakan "Idiots!" yang saya lontarkan saat anda mengambil jalur berlawanan di kala macet (dan akhirnya memampetkan seluruh jalan) dan saat anda menolak memberi jalan pada pengendara lain (pas macet di persimpangan).
Keegoisan anda membuat jalanan jadi macet total, tahu? Coba pikir, hanya dengan memberi jalan sebentar/mengalah sebentar anda bisa mencegah kemacetan, begitu pula dengan ga ngambil jatah jalan orang. Macet itu ga bisa dihindari, tapi kalau mau mikir sebentar dan pake otak harusnya kemacetan ga akan jadi parah.

4. Untuk sikap seolah tak peduli saya saat anda naik motor di trotoar dan saya berjalan kaki menghalangi jalan saya.
Trotoar buat pejalan kaki bo', need more explanation??


5. Untuk doa saya semoga anda mengalami kejadian yang mengerikan saat anda ugal-ugalan di jalan raya.

Hey, yg adil aja. Emang anda mau bertanggung jawab kalau sampai sikap ugal-ugalan anda menyebabkan pengendara lain celaka? Pasti nggak,karena kalau anda memikirkan orang lain anda ga akan ugal-ugalan. Jadi mendingan anda ga berada di jalanan toh?

6. Dan juga atas makian saya saat anda menyetir sambil merokok.

I know you think it's cool dan mungkin memang hasrat anda tak tertahan, tapi sakit tahu kena bara api yang terbang. Dan bahaya kalau kena mata. Ga percaya? coba aja sundut tangan anda sendiri. Sakit kan?

Yeah, I'm being a bitch. Tapi paling ga saya masih drive safely dan ga egois/mencoba mikirin pengguna jalan lain. How about you?

Note: picture from intomobile.com

Wednesday, February 16, 2011

Modus Penipuan Baru - Hati-hati!

Baru saja ada orang yang berusaha menipu kantor saya yang kecil mungil, dan saya pikir ada baiknya saya tulis dan jelaskan Modus Operandinya agar orang pada tahu (dan semoga ga tertipu).

Pria ini memesan produk-produk kita yang paling mahal tanpa banyak cingcong, namun dengan deadline yang ketat. Setelah deal produk apa saja yang hendak diambil, ia ingin membayar dengan credit card sejumlah 4 kali lipat pembayaran produk tersebut, dan meminta kami membayarkan sisa kelebihan uang tersebut ke travel agent nya dengan alasan dia hanya bisa melakukan 1 transaksi.

Usut punya usut (sangat gampang, search saja alamat e-mail tersebut di Google atau Bing), ternyata pria ini menipu di berbagai tempat. Cek/kartu kreditnya belakangan ketahuan palsu/curian, sementara korbannya sudah terlanjur mengirimkan "kelebihan" pembayaran tersebut.

Dari website dimana saya menemukan info tentang si penipu ini saya juga menemukan info lengkap tentang MO ini (baca detail lengkapnya disini). Mengutip dari website ini, ada beberapa tanda-tanda yang patut kita waspadai:
  • Overseas/International: Biasanya mereka basednya di luar negeri (penipu yang saya temui mengaku berasal dari UK). Logikanya, bakalan males ngejar-ngejar orang di luar negeri toh, dan lebih masuk akal kalau mereka ngaku kesulitan transfer/kirim uang.
  • Urgent: Biasanya booking/pesan barang sudah mepet tanggalnya, jadi kita ga sempet mikir.
  • Long stays or lots of rooms (atau banyak produk): Pokoknya jatuhnya item yang mereka pesan itu mahal/nominal besar, jadi kita memang ga mau mikir.
  • No rate resistance: Ga rewel soal kurs. Juga ga rewel soal harga (ga pake nawar-nawar lagi)
  • Flexible on dates
  • No interest in your hotel location (atau produk apapun yang mereka pesan)
  • Will not address your hotel/company by name in the first e-mail: Ketauan banget kalau dia kirim massal.
  • Grammar, Spelling, and choice of words kacau
  • Free e-mail account: Kalau resmi, pasti punya website resmi, paling ga Facebook page dan ga akan pake e-mail gratisan macam yahoo atau gmail.
  • Send money: Mereka (akhirnya) minta kita mengirimkan uang, biasanya wesel biar ga kelacak. Ultimate tip off!

Apakah anda berpikir ini cuma untuk hotel-hotel besar/company besar dan anda ga mungkin kena? Think again. Bagaimana bila ada yang memesan sekian puluh cupcake buatan anda atau sekian ratus gelang power balance anda, menge-fax "bukti transfer" dengan jumlah berlebih lalu minta anda mengirimkan sisanya ke, ahem, produsen lain? Mungkin kan? Saya pernah menghandle agent yang ngakunya sudah mengirimkan dana atas nama kliennya, lalu ternyata dana tersebut tidak pernah terkirim ke rekening kami karena kesalahan nama. Curiganya bukan kesalahan sih, karena setelah itu agent itu kabur dan klien yang pake agent itu rugi sampai USD 20,000 (untuk beberapa vendor). Masih berpikir kalau anda ga mungkin kena?

Ada tips dan trik yang bisa dipakai:
- Trust your instinct. Kalau udah ngerasa ga beres (apalagi sudah ada tanda-tanda diatas) just check it out in the net. Di Google aja.
- Kalau ga ketemu apa-apa tapi tetap ngerasa janggal ya jalanin aja, tanyain dia dengan detail apa yang ia harapkan/inginkan dari produk/jasa anda. Tapi JANGAN kirim uang!
- Kalau ternyata ending nya dia minta dikirimkan uang, cuekin. Kalau memungkinkan laporkan ke polisi, tapi kalau tidak cuekin aja. Lalu segera infokan rekan bisnis/teman-teman/keluarga anda biar berhati-hati.

Berbisnis dengan aman dan hati-hati ya readers!

Monday, January 31, 2011

(Semoga bukan) Goodbye Raja Ampat

Before I dive at Great Barrier Reef I gotta dive at Raja Ampat first
Well, kalau pemerintah jadi menjual, maaf, menyewakan Raja Ampat ke Four Season dan/atau Hilton, kayanya lebih mungkin saya ke Great Barrier Reef duluan, bakalan considerably cheaper kayanya :(.

Waktu saya baca tentang rencana pemerintah ini saya langsung shock. Rasanya lenyap sudah impian saya untuk mengunjungi daerah yang indah ini. Betapa tidak, saat ini saja saya masih susah payah menabung karena harga tiket yang cukup mahal, apalagi bila itu dijadikan kawasan resort tertutup yang harganya lebih tak terjangkau lagi. Saya cinta Indonesia, tapi kalau harus mengeluarkan beberapa ribu USD hanya untuk mengunjungi daerah Indonesia (yang juga dikelola asing) kayanya nggak deh.

Saya benar-benar bertanya dalam hati, apa yang kau cari wahai Pemerintah Indonesia? Sebegitu defisitnya kah kita sampai harus menyewakan daerah strategis? Buktinya gaji anggota pemerintah plus tunjangan kanan kiri sedemikian besarnya kok. Ga punya dana untuk bangun infrastruktur di daerah Papua? Bangun aja gedung DPR/MPR yang baru disana. Dengan uang sekian triliun plus fasilitas ala resor justru bisa dapat tambahan baru kan, itu juga baru adil namanya, ga cuma di Jakarta aja nongkrongnya.

Salah satu alasan yg pasti akan dikemukakan adalah: "Investor asing diperlukan karena pemerintah tak mampu berinvestasi. Dengan adanya pariwisata maka SDM sekitar juga akan terserap dan daerah akan bisa berkembang". Sekarang saya ingin bertanya, apa yang didapat dari penambangan Freeport dan Newmont? Apa yang didapat dari ratusan, ribuan villa dan hotel di Bali? Almost nothing. Pucuk pimpinan tetaplah orang asing, bukan orang kita. Mereka lebih senang mengambil pegawai siap pakai dari daerah lain daripada SDM lokal yang masih harus ditraining. Kita diusir dari daerah kita sendiri.

Contoh pasti di Bali, walau secara resmi pantai Nusa Dua adalah milik publik, kita hampir pasti diusir satpam hotel daerah situ kalau keluyuran kesana. Contoh lain, bangunan-bangunan yang dibangun tanpa mengindahkan aturan adat yang berlaku, bahkan melanggar batas kesucian daerah (bayangkan ada villa yang dibangun persis disamping Masjid Demak atau Katedral, penuh dengan orang2 berbikini dan musik keras. Ga menyenangkan kan?). Atau hilangnya rasa solidaritas antar masyarakat karena menganggap turis asing lebih berarti, lebih berduit (saya seriiiiiing sekali mendapat diskriminasi seperti ini). Jangan sampai hal ini terjadi di daerah lain yang masih "bersih" (baca:polos).

Saya ga benci Pariwisata. Bidang pekerjaan saya pun tergantung sepenuhnya dari klien asing. Yang saya benci adalah pariwisata yang tidak terkontrol, yang hanya mementingkan nilai materi yang didapat dan melupakan hak-hak kita selaku pemilik negeri ini. Indonesia negara besar, lokasi kita yang strategis, penduduk kita yang banyak, dan kekayaan alam kita yang tampak tak terbatas membuat kita (sebenarnya) sangat diperhitungkan dunia. Kita memiliki hak tawar yang amat sangat besar. Jangan sampai hanya orang (asing) yang berduit yang sanggup menikmati keindahan Indonesia, namun juga masyarakat Indonesia sendiri.

Apakah ini melulu tentang senang-senang dan jalan-jalan? Tentu tidak. Kepastian bahwa masyarakat Indonesia masih dapat menikmati daerah-daerah di negerinya sendiri, dan juga ketersediaan sarana yang terjangkau akan mempersatukan Indonesia. Bagaimana kita bisa peduli akan saudara-saudara di Mentawai kalau tiket pesawat kesana lebih mahal dari tiket ke Thailand? Bagaimana kita bisa kenal dekat dengan saudara-saudara kita di Wakatobi kalau biaya travel ke sana lebih mahal dari travel ke Singapore? Bagaimana saudara-saudara kita bisa mengerti bahwa Jakarta bukan hanya seperti di Sinetron kalau butuh berhari-hari jalan kaki untuk sampai di lapangan udara? Itu pun belum tentu tiket nya terbeli.

Indonesia bukan hanya Jakarta, Jawa, Bali, atau Sumatera. Indonesia adalah juga Celebes, Borneo, Papua, dan ribuan gugusan pulau lainnya. Saat Sumpah Pemuda pendahulu kita berikrar: "Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia". So yeah, anda dan saya adalah orang Indonesia. Anda memiliki hak untuk dapat melihat Bali, tanah "seribu pura" dan bukannya tanah "seribu villa". Saya memiliki hak untuk dapat melihat Raja Ampat atau daerah lainnya secara langsung, bukan hanya dalam khayalan karena tak terjangkau. Sudah saatnya pemerintah mengerti akan hak kita. We are Indonesian. Indonesia is ours.


Special thanks untuk @palingindonesia, @getlostisgood, @backpackseru, @infojogja, @letsgotobali dan berbagai media lainnya yang telah setia mempromosikan keindahan Indonesia. Mari terus berusaha agar keindahan Indonesia bisa tetap terjangkau oleh orang-orang Indonesia.

Tuesday, November 23, 2010

The Impossible: Kutuh Beach

My friends from SA told me they're going to Koh Samui on their next holiday. It was really tempting, all the white sands and such, but I just found a better option: The impossible - Kutuh Beach. Why nick named impossible? Because it's rather impossible to get there (the road was quite a challenge!) and because it's simply impossible to forget...

Recommending a place to someone is always tricky. You'll never know whether it suits their taste or not. My heart went galloping all the way to this beach because it is really far from where we start. Thankfully my friend brace it like a gentleman should and didn't complain a bit for the whole one and a half hour drive (told you that was far!).But it sure paid off, when we're coming round the last bend through the carved hills and saw the beautiful Hindian Ocean spread above the cliff, it worth all the heat and back pain.



I must say that the beach have change a bit since the last time I went here, and now it has been touched by civilization. There are new villas development here and there, and a concrete sidewalk almost along the beach. Hate the villas, but the sidewalk enables us to drive our motorcycle right to the end of the accessible beach and enjoy the (almost) virgin view. No tourist, just us in our "ndeso"/village outfit and a couple of seaweed farmers. It's a real bliss.



My friend the adventurer quickly found a spot between the huge rocks where we can squeeze ourselves in to access another hidden beach. See the rock at the end of the beach on the picture above? There it is. I wouldn't dare to do so on my own, but I got my pride at stake that day, so off I go, jeans and all LOL.

And we found paradise.



The small opening on the rocks (left hand side) is where we enter. The hidden beach has everything you need: a semi-cave to shelter from the sun, jutting rocks to hang and dry your clothes (my jacket got all wet!), and best of all: no one else. Just you and the amazing view of the ocean.

We're just stoked. Eating our picnic snacks (soda and chips), smoking, talking a bit, but in the end we just silently stares at the huge ocean. The huge beautiful ocean. The water was nice too. It got dead seaweed floating, but it's still WAY cleaner than the other beaches which is full with plactic rubbish and other stuff you don't want to think about. Anyway, seaweeds not rubbish, it's quite natural ;).



There are several adjoining beach that can (almost) be access by squeezing through (a much) narrower and (definitely more) challenging path through the rocks, and we also explore there to gather sea shells (so childish, but it's fun!). There are several tracks that looks like snake's track and wild dogs footprints, so best beware.

It was so beautiful we were very reluctant to leave, but the tide's coming and there aren't any other choice. The path between the rocks that we came through was fast swallowed by the tide, and the waves splashing all over our clothes (and my previously dry jacket). It was quite perilous, so make sure that you bring a companion with you, and notably a dependable one.

I still dreamed about that beach for days to come. If you are ever in Bali, make sure to visit it. And visit it quick, before it is swallowed by the commercialism and villas developments, flocked by tourist and lost it's virginity. If you're there, please makesure you bring your rubbish home. Keep it clean, and keep it virgin :)

Wednesday, October 27, 2010

Cinta Indonesia? Mari beraksi!

Saya nemuin comment dibawah di Facebook Page Get Lost in Indonesia. It's a great page, really, with great idea, too.



Oke, sebenarnya sih minimum transfer BCA itu IDR 10000, bukan 5000. Tapi kalau dipikir-pikir konsepnya tetep bener sih. Buat pembaca blog ini, 5ribu atau 10ribu rupiah buat apa sih? Nasi bungkus seporsi aja bisa lebih dari 10rb. Segelas minuman di Starbucks jelas lebih daripada 10rb. 10rb juga jatah saya sekali makan siang disini. Kalau ibarat koin Prita, it also affordable.
Buat yang kontra, mungkin berargumen kalau sumbangan itu ga semuanya tepat sasaran, rentan diselewengkan, dan segala hal menakutkan lainnya. Tapi seperti saya jelaskan diatas, it is still affordable.



Jadi yeah, I did my share :). Cuma 10 rb memang (I couldn't afford more. 20rb adalah budget makan malam kita sekeluarga), tapi paling ga saya usaha. Uang ini dan artikel ini kontribusi saya bagi saudara2 kita di Merapi dan Mentawai. Sekecil apapun sumbangan dan doa tulus kita untuk mereka, itu tetep dihitung kok, tetap berarti. Love Indonesia? Let's act.

Tuesday, July 13, 2010

The Royal Pita Maha



It looks blissfully serene and wonderful, doesn’t it? Sigh, definitely a must for my honeymoon! Well, if I ever find my Liege Lord, that is ☺. If I can’t find any, well it’s still definitely a must for a short rejuvenation trip. It is just so tempting!

Monday, June 14, 2010

Dove Pro Age campaign

Kata orang, kecantikan cuma sebatas kulit. Dan saya sepenuhnya setuju. Coba, mana ada orang yang menganggap kulit yang terkelupas itu cantik? Hehehehe....

Tapi serius, iklan-iklan kecantikan sekarang sudah benar-benar ga masuk akal. Satu contoh yang paling saya benci saat ini adalah P***s Age Miracle. I mean come on, masa yang pake produk age miracle ini usianya 28, 30 tahun? You're not even that old enough, sugar! Dan kalau ada yang bilang mereka (early 30s) sudah harus pakai produk macam ini, they better got their head checked. Seriously.

Iklan yang saya suka, dan sangat saya dukung adalah iklan dibawah ini. Well, mereka juga jual produk sih, tapi at least mereka menjualnya dengan baik dan benar. Enjoy.



Also see other Dove campaign: Evolution, Man Made Disability, and Real Esteem

Thursday, May 27, 2010

Di kala hujan...



Hujan-hujan begini, duduk di teras sambil minum teh... tercium aroma bunga cantik ini bercampur dengan segarnya tanah/rumput dan tetesan hujan....walau bunga tetangga, tapi tetap okeh...!

Search This Blog