AdSense Page Ads

Friday, May 15, 2015

Baju, Passion, dan Sang Kalifah

Nyaris 2 tahun saya tinggal di Amerika dan akhirnya saya mendapatkan 'Defining Moment' saya, saat dimana saya tahu siapa saya dan apa target masa depan saya. Saya nggak mendapat momen ini dari melihat Avenue of Stars di Hollywood atau toko-toko mewah di Beverly Hills. Saya juga tidak mendapat momen ini saat nongkrong di Santa Monica Pier atau saat menikmati lukisan di Getty Center (yang konon salah satu gedung paling mahal di Los Angeles). Saya menemukan siapa saya saat belanja baju online. Gubrak.

Tapi serius lho, saya nggak akan pernah mengira kalau belanja baju online itu bisa merubah perspektif saya. Dulu-dulu saya paling malas kalau belanja baju. Belanja baju cuma kalau benar-benar harus saja, misalnya saat harus melamar kerja. 4 tahun saya kerja di perusahaan yang sama, mungkin hanya 2-3 kali saya belanja baju. Sekalinya belanja baju sekalian gitu, jadi paling setahun sekali beli baju. Alasan saya adalah ribet. Saya malas bolak-balik kamar ganti berkali-kali untuk mencoba baju, dan biasanya saya tidak puas dengan baju yang akhirnya saya pilih. Belum lagi setelah beli baju orang-orang dekat saya sering menawarkan pendapat nggak jelas, "Aduh kok pilih warna itu sih?", "Kayanya kekecilan ya?", "Lucu sih, tapi...". Dan setelah dibeli nggak bisa dikembalikan pula. Lengkap sudah penderitaan. Belanja baju rasanya seperti beli rumah, tanggung jawabnya besar sekali.

Di Amrik saya pun masih mengalami hal yang sama saat belanja baju di toko. Ujung-ujungnya ya itu tadi, saya selalu pulang dengan baju yang belakangan saya sesali, yang saya ambil cuma karena saya sudah terlalu capek dan bingung akan banyaknya pilihan. Lalu saya 'berkenalan' dengan dunia belanja online, jatuh cinta lah saya. Tiap item biasanya sudah ada deskripsi lengkap termasuk material/bahannya, lalu beberapa item bahkan ada reviewnya sehingga kita tahu pendapat orang lain tentang item tersebut. Tinggal browsing, pilih, bayar. Toko-toko besar bahkan menawarkan free return, jadi kalau tidak cocok tinggal dikembalikan. Saya bisa bebas memilih baju yang ingin saya pakai, dan memadu-madankannya sesuka hati. Dan karena mencobanya dirumah jadi bisa semaunya. Rasanya hidup bahagia sempurna deh. Setelah acara belanja saya selesai, saya baru ngeh bahwa saya memilih baju yang memang saya inginkan, yang mencerminkan siapa saya. Ini sesuatu yang fenomenal sekali buat saya, karena saya biasanya tidak nyaman dengan baju yang saya beli. Ternyata kalau saya bisa memilih dengan damai (tanpa keminderan atau takut dikritik orang lain), saya bisa bebas menunjukkan siapa diri saya yang sebenarnya. Cita-cita saya pun jelas: harus punya cukup uang agar bisa belanja baju yang saya suka kapan saja hahaha.

Cerita saya mungkin kelihatannya tidak penting, tapi kapan anda terakhir kali bisa mengekspresikan diri anda dengan lantang tanpa keraguan? Tanpa sibuk berpikir orang lain akan berkata apa, tanpa takut mendengar kritik yang (tidak) membangun? Kalau baca postingan motivasional atau dengar nasihat orang sih gampang. "Anjing menggonggong Kafilah berlalu" konon katanya, tapi kita kan nggak tahu itu kafilahnya dag dig dug der nggak pas dengar anjingnya menggonggong. Atau apakah kafilah itu sebenarnya sudah bawa batu untuk menyambit anjing itu kalau nekat mencoba menggigit, jadi dia pede saja jalan terus. Teori lebih gampang daripada praktek, apalagi kalau bukan kita yang mengalami. Walau membaca sekian banyak postingan motivasional, saya sendiri tidak pernah menyadari kalau saya ternyata minder. Dulu saya pikir saya baru bisa puas belanja baju kalau saya langsing dan singset, tapi ternyata itu cuma mindset dan keminderan saya saja yang menghambat saya mengekspresikan diri saya (lewat pakaian). Ternyata percuma baca postingan motivasional kalau tidak ngeh apa yang salah dengan kita.

Satu hal yang mendasar yang membedakan manusia dengan mahluk hidup lain di dunia ini adalah kemampuan kita untuk menyukai dan mendalami sesuatu, untuk punya 'passion' terhadap suatu hal. Buat saya, pencapaian tertinggi manusia adalah saat ia memiliki sesuatu yang sedemikian berharganya sehingga ia akan merasa terpenuhi hidupnya saat melakukan/mendalami hal tersebut. Musik, tulisan, motor, apapun yang membuat anda merasa bergairah dan bersemangat hidup. Sayangnya seringkali kita tidak tahu apa passion kita, dan walau tahu pun terkadang passion kita ini terhambat oleh orang-orang sekitar kita, apalagi kalau dasarnya kita juga pemalu dan tidak sombong (eaaaa...). Satu-satunya jalan ya dengan tetap menjalaninya. Belum tahu apa passion anda? Cari sampai ketemu. Sudah tahu tapi terus diprotes? Tetap jalani selama tidak mengganggu orang lain. Bagaimanapun juga si Kafilah harus tetap berlalu, karena kalau tidak ia tidak akan sampai ke tempat tujuan. Lagi-lagi cuma kata-kata belaka kan? Tapi kata-kata bisa jadi senjata ampuh kalau anda mengerti dan tahu apa yang anda inginkan. Pikir baik-baik apa passion anda sebenarnya, dan apakah anda sudah mendalami passion anda semaksimal mungkin sehingga membahagiakan anda. Bila jawabannya belum, sudah saatnya anda mendalaminya. Jangan pikirkan apa yang terjadi bila anda tidak berhasil atau apa kata orang, pikirkan kebahagiaan yang anda rasakan saat anda mendalami passion anda. That's what's being human is all about. Sekarang melajulah, para kafilah!

NOTE/DISCLAIMER: Kalau passion anda mencuri celana dalam wanita atau hal-hal yang menyakiti orang lain mohon jangan didalami ya. Yang harus mendalami passion seperti ini sebaiknya psikiater/psikolog anda. Serius lho. Cara paling mudah adalah bertanya pada diri sendiri: apakah passion anda ini bisa membuat anda diarak massa atau duduk di kursi persidangan? Bila jawabannya ya, maka sebaiknya tidak dilanjutkan. Atau pindah tempat tinggal ke tempat dimana passion anda bisa lebih dihargai. Eropa misalnya punya banyak komunitas nudis bila kebetulan passion anda mondar-mandir melakukan aktivitas sehari-hari didalam maupun diluar rumah. Sado-masokis juga ada komunitasnya. Kalau doyan 'jajan' pun selama anda anggota DPR ternyata bisa dimaklumi. Jadi pintar-pintar saja anda memilah passion anda. Tidak, menyakiti orang lain SAMA SEKALI tidak bisa dibenarkan ya, jadi jangan ikuti passion ini apapun bentuknya, oke?!

2 comments:

  1. gw kayaknya masih orang kuno, masih gak bsia beli baju online, harus gw pegang bahannya dan harus gw cobain walopun ada deskripsinya gitu hehehee

    ReplyDelete
  2. sejak ada princess gue jadi ketagihan belanja online dan akhirnya harus dijual lagi supaya excess nya bisa balik modal :(

    ReplyDelete

Search This Blog