AdSense Page Ads

Wednesday, March 7, 2018

Semua Akan Menjadi Lebih Baik



Hari ini tepat setahun yang lalu saya menulis tentang perselingkuhan suami saya, menyentil dengan "Halo Selingkuhan Suami Saya". Apa rasanya dari wanita yang patah hati dan tiba-tiba blog saya dibaca 2 juta orang? Mau pingsan.

Setahun kemudian saya mengecek tabungan saya. Royalti dari buku "Dear, Mantan Tersayang" ternyata sudah masuk, tanpa sepengetahuan saya. Apa rasanya dari wanita yang harus berdikari dan tiba-tiba menerima royalty buku? Serasa di awan.

Semua akan menjadi lebih baik.

Saya tahu saya hoki. Kebetulan jalannya pas, dan saya memiliki bukan hanya keoptimisan tingkat dewa, namun juga kesigapan untuk mengambil langkah yang tepat. Saya juga hoki karena saya tahan banting. Tapi bukan berarti jalan saya mudah.

Rasa yang masih teringat saat saya bangun sendiri setelah diusir oleh suami saya dari apartemen kami. Saat saya berjalan seperti zombie, menahan tangis saat membeli piring dan sendok garpu untuk makan, bertanya "Kenapa begini jadinya?"

Rasa yang masih teringat saat saya sendiri di Los Angeles sementara ia berlibur ke Indonesia. Sebelum berangkat saya memberikan buku buatan saya, kumpulan kisah cinta kami dari blog yang saya miliki. Dan ia tetap pergi.

Rasa yang masih teringat saat saya menemukan bukti perselingkuhannya, dan kehampaan yang ada setelahnya. Semua pertengkaran kami hingga saya memutuskan untuk pergi. Dia yang sibuk dengan hapenya berkata: "Jangan lupa bajumu yang di pojokan."

Rasa yang masih teringat saat saya tertawa dan menangis histeris membaca segala pujian untuk si mbak di fesbuk, betapa ia merawat orang tuanya; sementara baru beberapa minggu sebelumnya ia menjelekkan keluarga saya.

Semua pertengkaran dan sakit hati. Semua kata-kata kasar penuh amarah. Semua "Ini salah loe!" dan "Gue yang sengsara disini!" Semua omongan betapa saya nggak berharga. Betapa saya nggak tahu diri. Betapa banyak yang ia lakukan untuk saya.

Dan itu bukan sekali dua. Tempat tinggal kami yang berdekatan membuat kami kadang bertemu. Drama kami yang menjadi teman, lalu bertengkar dan seolah tidak kenal satu sama lain terjadi berulang kali. Nggak terhitung "Selamat tinggal" yang saya ucapkan.

Sakit? Banget. Bikin frustasi? Sangat. Yang kadang serasa begitu gelap dan tak berujung, dan membuat saya bertanya: "Saya salah apa sih?" Yang seringkali masih teringat masa lalu dan airmata pun merebak, berpikir: "Kok bisa sih?"

Tapi saya percaya semua akan menjadi lebih baik. Saya yang belajar mencari teman di riuhnya kota Los Angeles. Saya yang berusaha meningkatkan karir saya walau ijazah saya nggak terpakai disini. Saya yang memberanikan diri mematahkan omongannya bahwa saya nggak layak dicintai.

Dan ya, semua memang menjadi lebih baik. Yang mengikuti akun Instagram saya (@yogezwary) pasti tahu saya tampak bahagia menjelajah Los Angeles. Saya lulus ujian lisensi agen reksadana, yang mana hanya segelintir orang yang bisa lulus. Soal pasangan jangan ditanya. Nggak kurang pilihan.

Seperti halnya luka fisik, luka hati pun akan sembuh oleh waktu. Tidak memungkiri bahwa seperti halnya luka fisik, kadang luka hati bisa menyebabkan cacat permanen. Namun bukan berarti kita tidak bisa beradaptasi, bukan?

Perjalanan hidup kita bukanlah tentang si A atau si B yang menyakiti kita, bukanlah soal si X atau si Y yang merebut milik kita. Perjalanan hidup kita adalah tentang [Nama Anda Disini] menjadi lebih baik, berkembang dan bertumbuh mekar sempurna.

Ibarat koreng, biasanya yang akhirnya lama sembuhnya atau menyebabkan bekas adalah koreng yang terus dikorek-korek, bukannya didiamkan dan diberi obat. Begitu pula dengan masa lalu yang menyakitkan, diamkan dan fokus pada diri anda sendiri.

Karena ini semua tentang anda. Kita nggak bisa memaksakan bagaimana orang berpikir dan bertindak. Terus terpaku pada sesuatu yang diluar kuasa kita hanya akan membuat kita frustasi dan menghambat kemajuan kita.

Apakah saya masih sedih? Iya. Kadang masih lho, saat sedang seru dengan orang lain saya masih terpikir "Coba kalau mantan bisa lihat biar tahu rugi banget dia selingkuh." Tapi kadang juga terpikir "Eh mantan pasti suka acara ini!" lalu teringat kalau kami tidak berbicara lagi. Sedih. 

Bisakah saya terus hidup di masa lalu? Bisa banget. Itu akan seperti memaksakan memakai seragam SMP yang lengannya saja nggak muat, atau seperti memakai sepatu jaman SD dulu yang jelas sangat kesempitan. Pertanyaannya, apakah saya mau?

Semua akan menjadi lebih baik. Percaya deh. Bangkit perlahan, dan berjalan maju selangkah demi selangkah. Rasa takut dan ingin menyerah itu akan datang, namun tetap berjalan terus menuju cahaya. Semua akan menjadi lebih baik. Pasti.

[Baca lebih lanjut tentang move on dan pengembangan diri di buku "Dear Mantan Tersayang", tersedia di toko buku besar atau Gramedia online. Jangan menyerah. Kita pasti bisa :) ]

3 comments:

Search This Blog