AdSense Page Ads

Thursday, September 29, 2016

Saat Amrik Dan Indonesia Sibuk Memilih


Nggak di Indonesia nggak di Amerika, saat Pilkada/Pilpres begini yang diumbar keburukan calonnya. Kenapa ya pada demen yang negatif-negatif begini? Bangga pula kenegatifannya diumbar dalam bentuk sharing berita miring atau komen-komen nyinyir nggak jelas. Situ bangga gitu kelihatan bodoh dan jelek hati?

Kalau Pilpres disini yang diserang sampai soal Hillary yang nggak tahu Bill Clinton dulu selingkuh, padahal nggak ada urusannya urusan ranjang sama kepresidenan. Juga diungkit soal Hillary yang konon licik rakus bermasalah dengan e-mailnya dan seterusnya. Yang sebenarnya valid lho, jangan salah. Boleh-boleh aja nggak mau memilih Hillary karena mencurigai keprofesionalan dan niatannya. Tapi apa iya calon situ layak maju? Pendukung Trump kebanyakan saya lihat cuma sibuk nyalahin Hillary tapi tutup mata akan brengseknya Trump. Serius loe mau punya presiden yang pegang kode nuklir tapi disentil sedikit langsung kayak anjing rabies? Yang setelah debat kemarin nggak ada hujan nggak ada angin langsung lagi ngata-ngatain orang lain yang ga ada urusannya?

Di Indonesia juga sama, Ahok terus kena serang soal ke-Cina-annya, soal agamanya, soal gayanya yang keras dan marah-marah (Halo Ibu Risma…). Sampai sekarang masih ada beredar di fesbuk soal gimana Ahok akan mengkristenisasi Jakarta, yang padahal sampai sekarang masa jabatan hampir selesai belum ada realisasinya. Kita-kita yang konon orang pintar dan berkelas, yang mengenyam bangku sekolah atau para professional keren, juga nggak ada protes soal puisi Fadli Zon yang Tukang Gusur. Dan para calon-calon itu disitu tertawa dan terlihat mengapresiasi puisi orang ini. Kenapa oh kenapa para calon yang konon berkelas ini terpuruk dalam event tidak berkelas begitu? Dan kenapa kita ok dengan hal itu?

Ada banyak hal yang mendeskripsikan kepemimpinan. Bukan cuma soal gantengnya atau soal siapa bapaknya, kepemimpinan buat saya berkonotasi dengan keadilan dan integritas. Calon pemimpin yang bisanya menyalahkan orang lain nggak akan bisa disalahkan, apalagi mempertanggungjawabkan perbuatannya. Calon pemimpin yang bisa jahat dan sinis terhadap orang-orang yang nggak disukainya ya akan bisa juga jahat dan sinis pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin harus adil, pemimpin harus berintegritas, pemimpin harus bisa dipercaya. Bukan cuma pemilihan gubernur DKI Jakarta atau Presiden Amerika, pemilihan pilkada daerah lain atau bahkan pemilihan calon suami (jyaaah… curahan hati) harus memilih yang adil, berintegritas, dan bisa dipercaya.

Cara pandang kita pun harus dirubah, udah nggak umur kalee para pembaca blog ini yang memilih Asal Bukan Si Itu. Nggak suka sama Ahok? Gpp. Cari calon yang visi dan misinya sesuai dengan anda. Ingin memilih yang Islami, misalnya. Pastikan program-program si calon memang Islami. Setiap hari Jumat libur, misalnya, jadi weekendnya 3 hari [langsung ngepak koper dan balik Indo]. Ingin pemimpin yang santun misalnya, cari calon yang ketahuan dan terbukti bisa melaksanakan tugasnya dan membuat bawahannya tertib tanpa perlu teriak-teriak. Kasian lho kita sekolah tinggi-tinggi tapi social skillnya masih sekelas anak TK yang "Ih dia ga asik, aku ga mau main sama dia" tanpa penjelasan atau pemikiran matang. Sudah saatnya kita dewasa dan mempertanggungjawabkan pilihan kita.

Cara paling aman dan ampuh adalah dengan bertanya pada diri anda sendiri: "Kalau bos/atasan saya di kantor seperti calon A, saya ok atau nggak?". Ini sudah cara paling efektif untuk mengeliminir keraguan dan berpikir secara logis. Misalnya saja si Trump, kalau bos saya bertingkah seperti dia mending saya balik bodi. Kalaupun program-program kerja di perusahaan dia bagus, tetap saja saya nggak yakin suatu saat dia sebagai bos nggak akan menyengsarakan saya, karena dia tampak nggak ada tanggung jawabnya. Pakai cara yang sama dengan para calon-calon kita di Indonesia.  Ibaratnya sekarang anda dapat tawaran kerja dari 3 kantor, pastinya idealnya anda memilih kantor yang paling nyaman untuk bekerja, program kantor jelas dan stabil (kemungkinan dipecat atau perusahaan bangkrut kecil), dan menguntungkan buat anda (benefit, gaji, etc). Mana yang akan anda pilih?

Ini bukan cuma buat Jakarta saja ya. Situ-situ non-KTP Jakarta yang marah-marah kenapa Jakarta terus yang disorot mending udahan stalking pilkada Jakarta dan fokus ke pilkada anda sendiri. Sudahkan anda memilih kepala daerah anda secara bertanggungjawab? Logikanya dengan jumlah anda-anda yang sekian, suara anda menentukan nasib anda. Iya tahu di banyak daerah di Indonesia suara rakyat masih dibungkam, tapi kalau anda-anda nggak kritis dan sekedar memilih pemimpin atau anggota perwakilan dengan alasan "seagama" atau "menarik" atau "saya kenal bapaknya", ya kita bakal masih begini-begini saja. Perubahan sistem pemerintahan Indonesia, sebagaimana dicontohkan di Jakarta, masih bisa terjadi. Tapi harus ada orang-orang yang niat bergerak dan mau merubah situasi yang tidak menguntungkan masyarakat. Nggak bisa lagi kita cuma cuek dan berkata, "gue mah nggak ikut-ikutan…"

Pilihan bisa cuma sekedar pilihan, seperti ulangan nggak belajar yang penting diisi saja. Pilihan juga bisa menentukan siapa diri anda dan menakar tanggung jawab anda terhadap diri sendiri dan sekeliling anda. Pilkada adalah salah satu contoh pilihan yang 'berat'. Pastikan anda memilih dengan bijak dan bertanggung jawab. Pastikan orang-orang yang anda pilih akan mampu membawa anda dan orang-orang sekeliling anda ke arah yang lebih baik 5 tahun kedepan. Ibarat beli HP, jangan beli iPon hanya karena orang bilang Android itu jelek, belilah iPon karena memang anda sudah meriset dan memastikan itu yang terbaik untuk anda. Bisa kan, para pembaca?

No comments:

Post a Comment

Search This Blog