AdSense Page Ads

Thursday, October 31, 2013

Mas Buruh, Sadar Dikit Dong

Jlebb....
Demikian bunyi hati saya saat membaca artikel Kompasiana ini, yang menyatakan buruh Indonesia meminta gaji 4 juta rupiah. Dari nominalnya saja saya sudah sakit hati, apalagi saat baca perinciannya. Saya jadi tergelitik membandingkan nilai tersebut dengan saat saya bekerja di Jakarta (saat masih menjadi mahasiswa):

1. Perumahan 
Buruh: Uang sewa rumah 3 petak (Rp 750,000)
Saya: Kamar mungil 1 petak di kawasan mahal dekat kampus yang hanya berisi kasur dan lemari. Plus AC (Rp 750,000) 

Buruh: 30 item perabotan rumah termasuk kasur, dipan, sprei, meja, lemari, dispenser, mesin cuci, kipas angin, perlengkapan makan  (Rp 300,000)
Saya: kasur+dipan+lemari+AC+cuci baju dari kos, sprei+dispenser+kipas angin+peralatan makan punya ortu/dikasi teman (Rp 0)

Buruh: Biaya listrik 900 VA Rp. 100 ribu dan air PAM untuk keperluan mandi dan rumah tangga Rp.100 ribu (Rp 200,000)
Saya: Listrik dan PAM sudah include di kos. Dan karena pekerjaan saya, biasanya saya cuma pakai air mandi pagi/malam, jadi tidak banyak (Rp 0)

Total: Buruh Rp 1,250,000; Saya Rp 750,000

2. Transportasi
- Buruh: Dua kali naik angkutan umum (PP), hitungannya 2 x Rp. 3.000 PP = Rp. 12.000. TransJakarta (PP) = Rp7.000. (Rp 570,000)
- Saya: Karena pekerjaan tidak tentu, saya menganggarkan 20,000 per hari untuk angkutan umum, kalau ada lebih bahkan bisa pakai taxi. (Rp 500,000)

3. Makanan dan Minuman
Buruh: Makan pagi (nasi uduk telor) Rp. 5.000 x 30 hari = Rp. 150 ribu. Makan siang (nasi soto) Rp. 9.000 x 30 hari = Rp. 270 ribu. Makan malam (nasi goreng) Rp. 8.000 x 30 hari = Rp. 240 ribu. Buah-buahan Rp. 100 ribu. (Rp. 560,000)
Saya: Total budget makan per hari Rp 15,000. Buah-buahan kalau pas ada uang lebih. (Rp 450,000)

Buruh: Minuman : 1x minum teh Rp. 2.000 x 30 hari = Rp. 60.000,-; 1x minum kopi Rp. 2.500 x 30 hari = Rp. 75 ribu; Aqua Rp. 3.000 x 30 hari = Rp. 90 ribu; Susu Rp. 2.500 x 30 hari = Rp. 75 ribu, (Rp 300,000)
Saya: Aqua galon Rp 11,000 per minggu, Teh celup sekotak (isi 25) Rp 4,000, budget kopi sachet Rp 2000 per minggu. Susu kalau ada uang lebih (Rp 56,000)

Buruh: tidak pake gas (Rp 0)
Saya: pake gas kaleng kecil (Rp 14,000)

Total: Buruh Rp 860,000; Saya Rp 520,000

4. Sandang
Buruh: pakaian, celana, kaos, sepatu, kemeja, handuk, perlengkapan badan, jam tangan, jam dinding, tas kerja dan lainnya (Rp. 300,000)
Saya: Belanja baju setahun Rp 360,000 (Rp 30,000 per bulan)

5. Pendidikan
Buruh: Beli koran atau tabloid (Rp 15,000)
Saya: Baca di hape, dengan pulsa internet (Rp 25,000)

6. Kesehatan
Buruh: Sabun, pasta gigi, bedak, deodorant, sampo, suplemen obat, potong rambut dan lainnya (Rp 150,000)
Saya: Rp 50,000 

7. Rekreasi dan tabungan
Buruh: (3 persen dari total) Rp. 100.000,-
Saya: Tidak ada jumlah pasti (Rp 0)

Total buruh: Rp 3,170,000
Total saya: Rp 1,875,000

FYI, gaji saya saat itu Rp 2,300,000; jadi saya masih ada surplus sekitar 400,000an. 

Serius, agak heran aja sih klo di daerah pabrik yang penduduknya mayoritas punya upah minimum biaya perumahan lebih mahal daripada di daerah kampus menterengnya Jakarta. Saya di Trisakti bow, kanan-kiri mall. Yang setara/lebih mahal dari perumahan buruh ini biasanya yang kos-an lebih bergengsi atau apartemen sekalian. Bea makan/minum, sandang dan kesehatannya juga ga masuk akal. Rp 150,000 itu biaya sabun etc plus deterjen dan sabun cuci piring untuk saya sekeluarga (ber 8) di Bali. Tiap hari bisa minum teh, kopi, dan susu itu fantastis banget buat saya, karena banyak banget masyarakat menengah Indonesia yang cukup hepi bisa ngopi sekali sehari. Beli buah potong Rp 1,000 perbiji perhari jatuhnya cuma 30,000; dan itu juga luxury untuk kebanyakan kelas menengah Indonesia. Dan budget baju Rp 300,000 perbulan? Buset deh, ini setara dengan budget baju temen saya yang kerja di resort mewah di Bali yang memang kudu cakep menawan. 

Di Amerika juga ada yang kaya gini, beberapa penerima bantuan nutrisi pemerintah (alias food stamp) bilang dana yang dikasi ga cukup buat mereka makan layak. Pas ditanya mereka belanja apa aja, ternyata mereka belanja makanan instan yang tinggal masak (sosis, nuget etc) yang bermerk dan salad kantongan etc. Ini jatuhnya jauh lebih mahal daripada beli n masak dari bahan mentah. Jadi untuk orang-orang ini masalahnya bukan uangnya yang ga cukup, tapi merekanya yang dodol n ga bisa belanja. Saya jadi mikir apa ini juga masalah para buruh ini, karena mereka yang ga ngerti nyari harga yang semurah-murahnya. Rasanya miris aja, saya yang berinvestasi di pendidikan harus morat-marit belanja yang semurah-murahnya biar bisa hidup (boro-boro nabung), sementara buruh-buruh ini bisa tinggal demo dan minta naik gaji. Yang lebih miris lagi adalah didalam biaya-biaya ini yang tak tertulis adalah biaya rokok. Kalau 1 pak rokok Rp 15,000 dan mereka bisa habis 1 pak sehari, total sebulan mereka habis Rp 450,000. Belum lagi miras etc. Ga adil aja rasanya kita konsumen yang harus nanggung bea "foya-foya" mereka. 

Di Indonesia, segala hal bikin harga naik, kita tuh ga stabil banget. Hari Raya, harga-harga naik. Akhir Tahun, harga-harga naik. Harga BBM "konon akan" naik, harga-harga naik. Harga BBM beneran naik, harga tambah naik. Kalau si buruh ini beneran dikasi sekian juta per bulan, saya yakin banget harga-harga di sekitar mereka juga naik, jadi akhirnya yang untung ya pedagang/pemain besar dan mereka tetep buntung. Kok ya gampang banget dibodohi ya...? 

Saya bukannya anti kesejahteraan wong cilik, banyak kok buruh yang memang patut dibela, yang kerjanya di kondisi tidak layak dan gajinya sedemikian kecil hingga mereka bisa dibilang kerja rodi disitu. Buruh-buruh inilah yang patut ditolong dan diselamatkan. Tapi orang-orang yang nge-demo dan bikin macet jalan, yang mengancam dan/atau melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain yang dianggap menghambat atau tidak seideologi dengan mereka, yang dengan pedenya menuntut kesejahteraan sambil membawa hape mahal dan menghisap rokok tanpa henti, sori-sori aja ya. Kalau saya bisa hidup nyaman dengan gaji segitu, harusnya anda-anda juga bisa. 



UPDATE: omigod mereka punya Kawasaki Ninja 250 cc. OMIGOD!!! Saya ingat jaman dulu mantan pacar saya susah payah biar bisa beli CBR nya, padahal keluarga dia cukup mampu. Dan orang-orang ini punya Kawasaki Ninja 250 cc. OMIGOD!!!! Buat yang mau protes dan bilang mereka tidak "mencerminkan" atau tidak merepresentasikan buruh, tolong tutup mulut dan segera seret orang-orang ini keluar dari grup anda sebelum mereka makin bikin masyarakat luas tambah tidak menyukai buruh secara umum. Sulit bagi kami kaum menengah untuk bersimpati dengan anda para "wong cilik" saat kami harus mpot-mpotan bayar cicilan motor bebek/motor matik selama minimal dua tahun dengan porsi yang cukup besar dari gaji kami dan anda sanggup mencicil moge. Kalau anda mau simpati saya, tolong beri saya alasany yang bagus. OMIGOD!!!!

1 comment:

  1. itu sbnrnya ada agenda politik dibalik itu semla, kasian yang kena imbas buruh nya juga pdhal mereka gak ngerti. dengan kenaikan upah mereka yang ada mereka gali kuburan sendiri, soalnya udah pasti pabrik2 milik org lokal bakal banyak lay-off buruh untuk memotong biaya produksi, dan yang paling parah pabrik punya asing bakal hengkang dr indonesia dan pindah ke negara tetangga. walhasil yang ada gaji naik, biaya bahan baku dan sembako naik, plus angka pengangguran juga naik.

    ReplyDelete

Search This Blog