Buat yang masih mengharu biru Ahok kalah, udah nggak usah ekstrim sibuk menyerang Anies-Sandi. Yang semua tindakannya sibuk dibikin meme dan dibahas di blog-blog ga jelas, dan di-share dengan taatnya ke seantero jagat maya. Do'i belum pada naik lho, jangan sampai udah basi/kehabisan tenaga saat do'i dilantik dan yang harusnya bener diperjuangkan/ dipermasalahkan jadi nggak ada artinya.
Fun fact: Saat Trump dilantik, semua kebijakannya dan perkataannya dan perbuatannya disorot publik. Sekarang menjelang 100 hari kepemimpinannya orang sudah nggak terlalu heboh dan perduli lagi.
Kekhawatiran masyarakat terhadap sinyalemen 'ini orang nggak bener' itu wajar banget. Berat buat do'i-do'i karena bagi banyak orang Ahok sudah identik dengan 'Bersih' dan 'anti korupsi'. Trump disini sudah dicap 'kampret', jadi sudah bukan sinyalemen lagi, tapi dianggap fakta normal. Bedanya adalah Trump kampret pun masih bisa dijegal oleh sistem pemerintahan Amrik, kongres senat dan kawan-kawan; sementara kalau di Indonesia pejabat negara kampret ya kita tinggal gigit jari.
Tapi apa iya? Apa iya kita segitu nggak punya suaranya? Sampai kapan mau jadi wong cilik ya cuma bisa menunduk-nunduk dihadapan priyayi belian? Priyayi belian karena jadi priyayinya dengan membeli kekuasaan, bukan karena terlahir apalagi karena tugas yang diemban.
Indonesia adalah negara demokratis, yang berarti tiap warga negara Indonesia memiliki hak suara yang sama. Nggak perduli anda di ujung hutan yang tak terjangkau listrik atau di tengah gemerlapnya ibukota, suara anda bernilai. Bodohnya kita masih memakai pola pikir feudal, sehingga pemilihan anggota DPR/MPR dan sebagainya atau bahkan kepala daerah hanya sekedar mencoblos saja, tanpa memikirkan bagaimana menuntut pertanggungjawabannya kedepan, tanpa memikirkan janji-janjinya masuk akal atau tidak. Kita dengan mudahnya menghibahkan hak suara kita.
Kalau masih berharap pemerintah/anggota dewan/kepala daerah/otoritas yang terhormat akan mendadak memikirkan nasib anda dan membuat Indonesia akan jadi lebih baik, sini saya sambit bantal, lanjutin lagi tidurnya sana. Pemerintah yang perduli dimulai dengan masyarakat yang perduli, bukan sebaliknya. Banyak peraturan-peraturan di Amerika sini (kalau tidak semua) dimulai dengan desakan masyarakat. Ada sih yang titipan pengusaha, tapi tetap suara masyarakat harus didengar. Anggota kongres / senat / pemerintahan yang nekat pura-pura budeg, siap-siap tidak dipilih lagi kedepannya, bagus kalau tidak dipecat saat itu juga.
Buat yang memilih Ahok-Djarot, perjuangan masih belum selesai. Si Oom ini masih menjabat 6 bulan lagi lho, pastikan program-program si Oom aman. Catat yang benar apa yang anda rasakan, program apa yang menurut anda berguna dan harus tetap dilaksanakan. Foto kalau perlu, dokumentasikan. Anda nggak memperjuangkan Ahok-Djarot, anda memperjuangkan Jakarta yang lebih baik. Kalau Ahok menang pun 5 tahun kedepan dia nggak bisa lagi mengurus Jakarta, bukan? Jangan bergantung pada satu orang, yakin kita bersama bisa.
Buat yang memilih Anies-Sandi, perjuangan juga masih belum selesai. Kawal terus apa yang dikampanyekan do'i-do'i ini, karena anda lebih bernilai dari sekedar sapi-sapi kampanye. Mereka butuh suara anda untuk menang, anda berhak menuntut apa yang mereka janjikan. Lihat sekeliling anda dan jujurlah, apa perubahan Jakarta yang menurut anda berarti, apa program yang menurut anda membantu, pastikan kalau gubernur selanjutnya tetap membuat Jakarta tetap lebih baik. Kalau aplikasi QLUE itu berguna, jangan rela tiba-tiba dihapus. Kalau sempat bebas pungli, jangan mau tiba-tiba dipalak PNS lagi. Jakarta bukan sekedar ego kalian untuk memilih jawara ala Indonesian Idol atau Akademi Dangdut, Jakarta juga milik anak cucu kakek nenek cicit buyut kalian, yang semuanya berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Kenapa harus repot begini? Karena kita di Jakarta adalah tolok ukur masyarakat di daerah. Kalau kalian berhasil memperjuangkan hak-hak kalian di Jakarta, yang didaerah lain pun akan bisa tergerak dan memperjuangkan hak-hak mereka. Nggak usahlah buang-buang waktu nyinyirin lawan, membuat meme atau blog ini itu meledek masing-masing pasangan. Bego amat kalau masih sibuk ngeshare begituan, yang untung kan yang bikin blog/meme etc; padahal belum tentu juga yang bikin beneran anti pasangan tertentu, bisa jadi segala oke demi jualan iklan laris.
Perjuangan kita masih jauh, Mas dan Mbak. Saatnya kita merebut suara kita, saatnya kita membuat suara kita berarti sehingga kedepannya orang-orang calon pemimpin pikir-pikir sebelum maju atau melakukan sesuatu. Nggak harus dengan demo sekian milyar orang pula, tapi dengan bersenjatakan fakta dan persatuan antar masyarakat. Jakarta milik kita bersama lho. Anda boleh saling nggak setuju dengan berbagai hal, misalnya soal boleh/tidaknya potong sapi di pinggir jalan, tapi hal-hal yang mendasar seperti jaminan pelayanan masyarakat yang sepantasnya yang terjangkau tanpa pungli harus diperjuangkan bersama. Masuk akal kan?