"Jadi, bila ada Gubernur yang baru dilantik dan Blusukan ke pelosok provinsi yang tak sebanding besarnya dengan Jabar, lalu booming jadi berita besar, sebenarnya belum apa-apa dibanding kang AHER yang telah lebih dulu melakukannya dalam 'diam'."
Ini caption foto yang saya temukan di Facebook, dan saya jadi berkata: well... oke... terus?????
Jujur, saya ga ngerti kenapa harus ngebandingin. Ini 2 gubernur yang berbeda toh, dari propinsi yang berbeda dan bukan dalam acara pemilukada. Taruhlah memang kang Aher ini keren abis, tetap ga ada kaitannya dengan Jokowi (asumsi saya ini yang mereka bicarakan). Desa dan pelosok itu buanyak kok, ga perlu rebutan. Saya pun ga yakin Jokowi ngincer jabatan Gubernur Jawa Barat. Jadi apa faedahnya ngebandingin?
Kalau dipikir positif, mungkin team ini cuma ingin memastikan agar kang Aher diakui media dan kerja keras beliau tak dilupakan begitu saja (dan syukur-syukur dipilih kembali). Tapi teuteup, ngapain bawa-bawa orang sih? Ada istilah: you can't make yourself pretty by saying someone else is ugly; loe ga bisa jadi cantik dengan manggil orang lain jelek. Sure, tone/nada captionnya juga bisa diartikan kalau si akang ini seciamik Jokowi. Bila ini maksudnya, mbok ya diperhalus gitu lho. Kata-kata yang dipakai malah memicu debat kusir seperti saya dan si mbak ini. Saya komen kalau bukan Jokowi yang minta diliput, dan mempertanyakan kalau si akang segitu kerennya kenapa media ga ngeliput, dan si eneng menjawab:
"Kan qt smua tahu media pnya siapa..dan siapa berani membayar..ini fakta bkn fitnah.."
Ok, pertama fakta itu adalah kalau bisa membuktikan dengan bukti fisik bahwa media itu dibayar. Kalau ga bisa itu sebutannya rahasia umum (entah benar atau tidak). Yang kedua, saya tetep ga ngerti kenapa sensi banget Jokowi diliput. Kalau fair sebenarnya mungkin saja si Eneng ini ngomongin lawan politik si akang dan bukan Jokowi, namun kata "booming" di caption foto tersebut tetep bikin saya ngerasa kesensian tingkat tinggi dalam hal liput meliput. Jokowi gubernur Jakarta gitu lho. Mobil masuk kolam bundaran HI aja masuk berita, padahal kecelakaan beruntun di pelosok pedesaan digubris juga nggak, jadi jangan heran kalau Jokowi diliput habis-habisan. Apa ada yang tahu Jokowi saat jadi walikota Solo? Atau saat Ahok jadi Bupati Belitung Timur? Kalau mereka memang gila diliput seperti petinggi lainnya harusnya dari kapan tahu mereka sudah hilir mudik di layar tv.
Jadi eneng dan team akang, salahkanlah ketimpangan media yang berat di Jakarta, jangan menuduh bapak gubernur lebay atau ngebayar buat diliput. Anda tahu tidak gubernur Bali siapa dan apa prestasinya? Nggak kan, padahal doi rutin di tv lokal. Cup cup cup jangan sensi lagi ya. Untuk team sukses erm maksud saya pendukung kang Aher, agak manis dikit lah mainnya. Faktanya adalah Jokowi sudah keluar masuk kampung saat dia jadi walikota Solo periode 2005-2012, dan kang Aher baru menjabat 2008. Siapa yang duluan yo...? Lagipula, bangsa ini tidak perlu tambahan konflik. Amerika yang sudah berusia 300+ tahun saja tahun ini sukses terpecah jadi 2 kubu karena kampanye yang saling menjelekkan dari kedua kandidat presidennya. Kalau berpikir (dan niat ngusahain agar) satu orang bisa naik dengan menjatuhkan yang lainnya, itu namanya egois. Dulu merdekanya bareng-bareng toh perangnya, berbagai suku daerah dan agama, jadi sekarang jangan main kasar ya anak-anak. Peace!
iya tuh. sama kayak orang yang suka bilang "pantai A di kota gue gak kalah kok sama pantai-pantai di bali". trus kenapa? nyatanya pantai-pantai di kotanya tidak setenar deretan pantai di bali. ya salah sendiri promosinya gak bener... kasian banget ujung-ujungnya musti nempel ketenaran daerah lain.
ReplyDelete