AdSense Page Ads

Saturday, June 18, 2011

Pelajaran dari 20 bungkus nasi

My Mama rocks. Iya, pasti semua anak yang sayang ibunya akan berkata demikian, tapi ibu saya (menurut saya) benar-benar keren, dan saya sangat berterimakasih pada Tuhan masih diberi kesempatan untuk hidup bersama dan belajar dari beliau.



Karena suatu kesalahan pemesanan (yang bukan dikarenakan saya atau Mama), pagi ini kami harus membayar IDR 100rb untuk 20 bungkus nasi untuk sarapan lengkap dengan lauk. IDR 100rb itu lumayan berat lho untuk menebus kebodohan yang bukan salah kami; dan rumah kami hanya terdiri dari 6 orang, jadi mau diapakan sisa nasi tersebut??

Dalam situasi seperti ini orang biasanya memilih salah satu diantara ini:
a) Bersikeras kepada pedagang nasi tersebut bahwa terjadi kekeliruan dan menolak membayar pesanan tersebut
b) Membayar sambil mengamuk pada orang yang melakukan kesalahan pemesanan tersebut
c) Membayar namun sibuk menangisi nasib
Tindakan A secara logika memang mungkin yang terbaik, namun pedagang tersebut akan merugi dan amat mungkin jadi marah/hubungan baiknya rusak sudah. Tindakan B dan C tampak menyelesaikan masalah, namun biasanya karena masih mendongkol nasi-nasi yang malang itu akhirnya terabaikan. Sama-sama susah kan jadinya?

Apa yang Mama saya lakukan? Menjadikan nasi-nasi tersebut sebagai sarapan, tentunya. Dengan mudah 8 bungkus nasi menghilang (adik-adik saya adalah cowok-cowok abg dengan selera makan yang besar, eh maksud saya selera makan yang sehat). Lalu beliau memisahkan nasi dan lauknya, dan memasak sedikit sayur tumis. "Lumayan lah, Ibu ga masak lagi" kata beliau sambil nyengir. "Kalau ada sisa nasinya nanti malam kita bikin nasi goreng saja. Hitung-hitung kita justru hemat banyak. Cuma 100rb sudah buat makan seharian, plus buat pegawai di toko Ibu." You know, she's right.

Disaat biasanya orang berkutat pada suatu masalah dan mencari si kambing hitam, mama saya menunjukkan lebih banyak yang bisa dicapai dengan mencoba mengatasi masalah tersebut. Bukannya sibuk menyumpah dan menangisi uang 100rb yang hilang plus surplus nasi yang kelewat banyak, Mama mengubah pola pikir beliau dan kami, dan memberdayakan surplus nasi tersebut sambil menyadarkan bahwa uang tersebut memang sebenarnya tidak "hilang".

Jangan bayangkan Mama saya seperti "mama ideal" ala sinetron, yang menghela nafas dan berkata ala martir/orang suci, "Tidak apa apa anakku, ibu siap berkorban untukmu...". My Mama swears. Nggak benar-benar menyumpah sih, namun beliau sepenuhnya mampu mengekspresikan pendapatnya. Beliau otentik dan tidak fake. Inilah yang membuat Mama saya beda dengan yang lain, dan membuat saya sangat menyayangi beliau: Mama benar-benar manusia(wi) dengan segala kelebihan dan kekurangannya, tapi sanggup "think outside the box". Life is so much easier with her by my side.

Lainkali kalau saya terbentur masalah, maka saya akan tahu bahwa saya harus menenangkan diri dan memprioritaskan pemecahan masalah, bukannya panik dan sibuk menyalahkan orang. Pasti jadinya akan lebih lancar dan lebih baik. Semua berkat Mama dan 20 bungkus nasi tersebut :).

1 comment:

  1. ibu memang lebih bijak dan punya pemikiran lebih panjang dr kita.

    ReplyDelete

Search This Blog