Somewhere along the line, it stopped.
Saya berjumpa dengan seorang kenalan saya kemarin. Saya benar-benar tidak ingat siapa dia, dan dia berusaha keras mengingatkan saya. Padahal dari penuturannya dia salah satu kenalan dari “periode gelap” saya. Beberapa waktu yang lampau saya bertemu dengan gang kampus yang amat saya benci, namun saya malah terlongo bego menatap mereka sementara mereka berusaha membuat percakapan yang, ehm, beradab. Begitu pula dengan orang-orang yang menyapa saya di Facebook, yang dulunya mendengar namanya saja bikin saya merinding. Seperti cerita orang Skinhead diatas yang memutuskan untuk bertobat, entah dimana dan entah kapan, kebencian itu tiba-tiba berakhir.
Buat yang kenal saya pasti tahu, saya orangnya ekstrim. Kerja untuk/bareng saya itu bisa amat menyebalkan, tapi hasilnya (paling tidak menurut saya, bos-bos saya, dank klien-klien saya) benar-benar bagus. Adu mulut dengan cowok senior saya, mengobar perang dengan organisasi kampus, sampai memarahi ketua organisasi besar di Jakarta sambil menangis. Di depan semua orang. Wajar sekali saya punya musuh dimana-mana, wajar sekali saya pun banyak memusuhi orang.
Tahu kan rasanya? Mulut rasanya pahit, dada berdebar kencang, napas tak teratur, siap untuk menyerang, untuk mempertahankan diri. Dan itu cuma karena mendengar nama mereka atau cerita tentang mereka. Saya sampai harus meminum segelas wine sebelum berangkat reuni gank kampus itu (yang ternyata batal), karena begitu emosionalnya saya. Tak berapa lama kemudian mereka tiba-tiba muncul di kehidupan saya. Lalu lebih banyak lagi “musuh” saya muncul kembali. Harusnya rasanya seperti “rise of the dead” atau film zombie lainnya, tapi saya justru tidak merasakan apa-apa. Saya tidak peduli lagi.
Ada pepatah, “Time heals what reason cannot”. Waktu akan menyembuhkan apa yang tak bisa disembuhkan oleh alasan/penjelasan. Masuk akal, hidup manusia adalah seri cobaan tiada akhir, dan cobaan yang satu lebih besar dan lebih berat dari sebelumnya. Kita tidak memiliki kemampuan untuk membenci sedemikian lama, ada banyak hal lain yang harus dipikirkan. Dan tiba-tiba, tanpa kita sadari, kebencian/amarah kita sudah tidak berarti lagi, karena kita menemukan hal lain yang lebih penting. Bisa saja anda mempertahankan kebencian/amarah itu, namun dengan risiko anda terjebak di masa lalu dan tak mampu melangkah kedepan, dan jelas, kehilangan sesuatu yang lebih penting dalam hidup anda.
Bila saat ini anda masih terjebak kebencian masa lampau, jangan takut. Waktu akan menyembuhkannya, namun hanya bila anda mengijinkannya ☺.
No comments:
Post a Comment