Tak lama setelah saya membaca tulisan Alanda Kariza, saya membaca tulisan tentang politik pencitraan di media elektronik dan merasa Alanda adalah bukti nyata politik pencitraan tersebut. Untuk merefresh memori pembaca, Alanda Kariza adalah seorang gadis muda yang menulis kegalauannya dan menyatakan rasa tidak adil yang ia rasakan terhadap vonis ibunya, yang merupakan salah satu tersangka skandal Bank Century.
Setelah blog Alanda tersebar luas, menjadi konsumsi media massa dan meraih simpati publik, tiba-tiba para politikus berlomba ikut menyatakan ketidakpuasan terhadap vonis tersebut dan meminta pihak berwajib memeriksa ulang vonis tersebut. Lalu ibu Agra pun beralih nama menjadi Ibu Alanda. “Ibu Alanda pernah ingin bunuh diri”, “Ibu Alanda menghadapi sidang”, etc. Pencitraan yang mungkin tidak sengaja dilakukan oleh Alanda bisa jadi akan menyelamatkan ibundanya.
Jangan emosi dulu, pembaca yang budiman. Saya sepenuhnya bersimpati kepada Alanda. I love my mum too, dan saya mengerti kegalauan Alanda saat menulis artikel tersebut. Alanda menulis dengan Hati. Bahkan bila dia menulis tersebut memang dengan niat membebaskan ibunya (yang saya yakin tidak), I would still admire her. Ini script writer/public relation officer yang harus dipunya tiap politisi.
Yang saya sentil disini adalah media dan para politikus yang langsung menerkam kesempatan ini seperti jambret yang melihat wanita dengan perhiasan meriah. Apakah media akan secepat dan seekstensif itu memberitakan tentang Arga (dan para politikus membela Arga) bila Alanda tidak menulis blog tersebut? Atau bila blog tersebut tidak meraih perhatian publik? Kebetulan sekali Alanda juga penulis buku dan memiliki segudang prestasi. It makes such a great cover story, “Ibunda anak muda berbakat terjerat ketidakadilan”. Satu pertanyaan, kemana Linda yang juga dijatuhkan hukuman berat, dan tersangka-tersangka Century lainnya yang tidak/minim diberitakan? It’s so hopelessly vulgar and crude.
Disini saya ingin mengajak anda untuk selalu melihat fakta. Media dan politikus akan selalu melakukan politik pencitraan tersebut, apa yang ok buat publik itu yang dipakai dan diekspos walau entah benar atau salah, dan ini berlaku di seluruh dunia. Contohnya adalah kasus Corby. Gadis Australia ini dituduh membawa narkoba dan dihukum penjara di Bali. Di Australia dia digambarkan sebagai gadis muda yang cantik dan dizolimi. She’s just wanna have fun, she doesn’t know what she was doing. Faktanya? Dia tertangkap basah dengan narkoba. Bila kita tertangkap membawa narkoba di negara lain kita bisa dihukum mati, jadi wajar kok dia dipenjara. Tapi pencitraan media Australia sempat membuat publik sana berpikir bahwa terjadi ketidak adilan dan dia tak pantas dipenjara. Ini contoh pencitraan efektif dengan hasil yang tidak baik.
Kalau anda pikir politik pencitraan hanya untuk media dan politisi/pemerintah, anda salah. Semua orang, termasuk saya dan anda, selalu melakukan politik pencitraan. Di hadapan bos atau orang tua ingin terlihat baik, di hadapan pacar ingin terlihat pantas dicintai, di hadapan teman ingin terlihat pantas dikagumi, etc. Apalagi dengan maraknya jejaring sosial yang ada, pencitraan menjadi makin mudah. Kenalan saya menceritakan di akun FB pribadinya betapa asyiknya sebuah pesta (dan betapa “in” nya dia), padahal saya juga hadir dan seingat saya dia hanya duduk sendiri di pojokan. Saya sendiri sempat dituduh sok kaya dan belagu karena seringnya saya posting soal jalan-jalan, padahal tiap kali saya keluar saya cuma nge budget 20-50 ribu. Nothing is what it seems.
Jangan tertipu akan pencitraan yang ada, yang dilakukan orang-orang baik sengaja atau tidak. Agar tidak tertipu, terbawa dengan kisah pilu atau justru enteng menghujat, selalu berusaha untuk mundur sebentar dan melihat fakta. Anda bisa jadi menemukan yang anda pikir emas itu ternyata kuningan, dan yang anda pikir kerikil itu ternyata berlian. Kemampuan menembus selubung pencitraan ini akan bisa membantu hidup anda, terutama saat melakukan pengambilan keputusan. Ga ada gunanya pro rekan kantor yang sukses melancarkan pencitraan “saya orang lemah yang patut dikasihani” dan jadi harus lembur mengerjakan pekerjaannya sementara dia asik menghadiri premiere film dan jalan-jalan (pasti pernah kan punya rekan kya gini?). Lihat fakta yang ada, kalau perlu diurutkan dan ditulis di kertas dan dibaca yang baik. Tapi jangan marah kala ada yang berhasil menembus pencitraan anda. Play it fair and square, baby :).
No comments:
Post a Comment