AdSense Page Ads

Sunday, November 28, 2010

Man vs Gentleman

Ngebaca kolom Parodi Samuel Mulia di Kompas Minggu, November 28, 2010 bikin saya terenyak. Dan terharu. Ide saya tentang gentleman ternyata bukan cuma delusi saya belaka.

Di kolom itu Samuel, a self-proclaimed binan, menceritakan sudut pandang dia (yang notabene pria) tentang pria-pria yang melakukan KDRT. Menurut Samuel, "Pada kenyataannya, wanita itu sangat-sangat berdaya. Berdaya untuk melambungkan dan menjatuhkan pria..." dan "Kalau melihat mahkluk yang katanya lemah itu bisa mengancam, paling mudah adalah menggampar sebelum terancam." Read the complete story here. Yang setuju sama pendapat mas Samuel angkat tangan :)

Walau ga dibahas sama mas Samuel, KDRT juga bisa berupa ancaman verbal, atau siksaan lisan. Ini juga sama penyebabnya, sebelum wanita jadi lebih oke daripada pria, lebih baik dibungkam dulu sebelum kalah. Walau ga ada luka fisik yang kasat mata, kekerasan secara verbal ini bisa lebih melumpuhkan dan merusak, karena kita ga tau seberapa sakitnya orang yang dilukai tersebut.

Apakah KDRT ini bisa ditolerir? Jelas tidak. Dalam bentuk apapun. Banyak pria yang dengan bangga menepuk dada, "Saya tidak. Kan saya gentleman." Tunggu sebentar, apa iya? Apa bedanya man dan gentleman? Menurut mas Samuel, "A man adalah laki-laki. Itu saja. A gentleman artinya orang yang mengerti sopan santun. Being a gentleman is actually doing the right things in life and society." Kalau cuma baik sama perempuan yang cantik atau orang-orang yang bakal diminta bantuannya, ini jelas bukan gentleman, dan saya ga kan berharap pria-pria macam ini mau menolong wanita yang terjajah (kecuali yang cantik tentunya). A gentleman bakal stood up dan ga kan membiarkan wanita terjajah. As simple as that.

Jadi kalau anda adalah seorang pria, please, be a gentleman. Jangan ngejajah wanita dan jangan biarkan wanita terjajah. Ibu kalian wanita juga lho... at least do it for your mums. Kalau anda seorang wanita, ingat bahwa anda berhak diperlakukan dengan baik. Kekerasan terhadap perempuan dalam bentuk apapun ga bisa ditolerir, jadi jangan menolerir itu, apalagi dengan bumbu "cinta". Love doesn't hurt. Love never hurts.


NOTE: Kolom "Parodi" by Samuel Mulia diterbitkan di Kompas tiap hari Minggu. Don't miss it :)

No comments:

Post a Comment

Search This Blog