Gentleman definition by Merriem-Webster: (1) : a man who combines gentle birth or rank with chivalrous qualities (2) : a man whose conduct conforms to a high standard of propriety or correct behavior.
Definisi Gentleman berdasarkan Merriem-Webster: (1): Seorang pria yang menggabungkan status kelahiran atau sosialnya yang tinggi dengan sifat-sifat yang sopan dan beradab (2): seorang pria yang tindakannya mengikuti standar kesopanan yang tinggi atau perilaku yang tepat.
Kemarin akhirnya saya bertemu dengan salah satu gentlemen saya, and I have to say it out loud: I love my gentlemen.
Saya selalu berpikir kalau mereka spesial, tapi setelah saya terdampar jauh dari mereka, saya jadi tambah menghargai apa yang mereka lakukan selama ini.
Para gentlemen disini bukanlah pacar saya (walaupun mantan saya adalah Gentleman sejati yang mungkin bisa bikin Pangeran Charles kalah hawa), mereka adalah teman-teman saya, dan teman-teman terbaik yang saya punya. Berdasarkan definisi diatas, gentleman adalah seseorang yang sopan, beradab, dan menghargai serta tahu cara memperlakukan wanita. Para playboy kelas kakap hampir pasti bisa berlaku gentleman (James Bond, anyone?), tapi playboy aja (apalagi yang kelas kampung) belum tentu bisa. Harus diingat bahwa wanita disini bukan spesifik berarti wanita yang menarik, namun semua wanita. Teman, sodara, adik, mama, they'll know what to do dan protect them anyway they can. Kedengarannya romantis banget ya? Bayangkan kalau punya satu teman dekat seperti itu. I got VERY lucky, I found some since High school and I have more ever since ;)
Jangan bayangkan gentlemen saya seperti VJ Daniel atau para Vampires (yang konon lagi ngetren) yang swooning dan smiling "what's up girl?". Jelas bukan.. I'll run if they do that hahahaha.... :D
My gentlemen are strong men. One is a playboy (yang dengan jujur mengingatkan "it's all for fun" - how I love him for his brutal honesty), yang lain spend the whole time talking with me dengan makian bertebaran (biasa, soal kerjaan ;p ). Ada yang ga bisa dilepasin dari hobi remote controlnya, ada yang ga bisa dilepasin dari kantor dan rokoknya, macam-macam banget deh. Tapi apa kesamaan mereka? They treat me right. Bukan karena saya cantik (jauh deh) atau seksi (apalagi), tapi karena saya wanita. Itu aja.
Dari jaman SMA dulu, dari hal-hal yang paling kecil. Saya selalu dapat seat di kendaraan umum, they make sure of that. Walaupun mereka jadi pulang lama karena nunggu saya dapat seat, but they did that nevertheless. Segala kepanikan soal pe-er, ulangan, atau kejar2an sama guru, semua beres ;). Saat kuliah temen-temen klub saya sudah siap untuk menghajar anak BEM yang bikin saya menangis kesal saat rapat gabungan (itulah bahagianya rapat dengan anggota klub bela diri di pihak kita :D ) dan saat kita bikin plan untuk walkout, yang mereka pikirkan adalah: "Yang cewek gimana? pokoknya yang cewek harus pergi duluan." The boys ready to stay behind and fight. Atau gentleman saya yang memarahi lawan balap liarnya karena cewek lawannya dibawa balapan dan terluka. Ada yang nemenin saya saat kerja di pameran sampai jam 2 pagi, ada yang datang sambil nyengir saat saya minta jalan-jalan tengah malam atau ketemuan walau rumahnya jauh. Ada yang nungguin saya malam-malam sampai pacar saya keluar kantor (mereka sekantor). Dan semuanya ga pernah protes. Saya bisa melakukan apa yang saya ingin lakukan, dan mereka akan tetap ada buat saya. Mereka ga pernah naikin suara (teriak) apalagi main fisik, dan mereka g mau saya sedih/sengsara, kalau bisa pasti mereka akan mencegah/membantu sebisanya. Bukan karena saya spesial buat mereka, tapi karena saya wanita. Dan wanita selalu berharga.
Mereka sih ngelakuin itu ke semua cewek (I think), tapi saya tetap menganggap itu sangat berharga. Bahwa kita ga perlu cantik, seksi, atau luarbiasa untuk dihargai, kita bisa tetap eksis kalau ada orang yang luarbiasa yang mau menghargai kita. Dimana saya berada sekarang, it's all about outer beauty, bukan inner beauty. Kalau ga cantik, ga oke, ga kaya, ga segalanya deh, jangan harap ditoleh. Padahal kadang cowok yang setting standar begitu juga ga pantas ditoleh. Menghargai orang ga butuh usaha banyak kok. Butuh hati yang besar aja. Setelah sekian lama depresi, akhirnya saya bisa maju. Saya bisa lebih menghargai orang lagi, karena para gentlemen saya membuat saya merasa begitu berharga. I love you, Gentlemen!
No comments:
Post a Comment