Datang ke acara KJRI saya duduk di belakang satu grup anak muda yang terlihat lumayan gahool. Saya sengaja ngumpet di belakang yang rusuh biar ga kefoto pas lagi makan. Sayangnya nggak lama mereka pergi, meninggalkan botol air mineral berserakan di lantai.
Dan saya pikir saya udik karena melacurkan diri ke KJRI demi baceman gratis.
Jangan suudzon, batin saya. Walau posisi botol-botol berserakan itu persis mengikuti kursi mereka, siapa tahu itu punya yang duduk sebelumnya. Namun tak lama kemudian mereka kembali...dan minum dari botol-botol itu. Duh kelakuan.
Nggak tahu harus marah bagaimana. Masalahnya botol-botol itu super mungil dan nggak kelihatan. Ibu-ibu cantik berkebaya bisa tersandung. Anak-anak manis dengan es teler bisa tergelincir. Bapak-bapak macho nan gagah bisa terserimpet.
Ini bukan sekedar kegagalan kita bersikap tertib. Ini adalah bukti kegagalan kita untuk mengerti bahwa tindakan kita ada konsekuensinya, bukti kegagalan kita untuk memikirkan orang lain di sekitar kita.
Padahal tinggal dipungut saja kok. Ukuran per botol hanya segenggaman tangan. Bukan punya kita pun bisa dipungut. Punya kita apalagi. Kalau ternyata masih mau diminum tinggal taruh di kursi atau bawa di jaket agar tidak membahayakan orang lain.
Sementara linimasa/timeline Facebook saya penuh puja-puji terhadap Will Connolly. "Di didik bagaimana ya oleh orangtua dan lingkungannya sehingga ia yang berkulit putih dan non-Islam mau membela umat Islam?"
Yang jelas nggak dididik untuk bersikap semau gue karena toh bakal ada jongos yang ngeberesin and I am too good for my sampah and derita loe kalo loe kenapa-kenapa karena sampah gue. Boro-boro jadi pahlawan dunia kalau ngurus sampah sendiri aja nggak becus.
No comments:
Post a Comment