Kalo baca status motivasional biasanya pada manggut-manggut dan merasa tercerahkan bagai minum krim pemutih. Padahal banyak lho status motivasional yang seperti Frappucinonya starbux, sedap dimulut dan penuh kalori tapi kalori kosong. Habis minum bukannya kenyang malah diabetes eh maksud saya masih lapar, atau malah jadi inguh/gelisah sendiri.
Jualan motivasi mah sama seperti jualan agama, modal kecil hasil maksimal. Pokoknya asal Salam Super atau jargon positif lainnya laris manis deh, biarpun itu tadi, cuma kalori kosong. Bagus kalo kalori kosongnya cuma cuapan sendiri, seringkali nyolong terang-terangan dari motivator lain yang juga nyolong. Walhasil satu foto/konten/postingan bisa nongol dari 3-4 orang lain secara serentak di timeline fesbuk, tanpa info siapa sebenarnya pemilik konten tersebut. Ceramahnya soal memperbaiki diri tapi nyolong jalan terus. Jyahhhh....
Gimana membedakan motivator yang asli dengan yang kalori kosong? Yang asli biasanya feelnya ada. Yang paling penting dari motivasi inspirasi etc itu adalah honesty, kejujuran. Orang yang sudah pernah merasakan hilangnya harta akibat boros pastinya bisa ceramah pengaturan keuangan dengan lebih menggebu daripada yang sekedar tahu dari bacaan. Pun mereka nggak mempromosikan sesuatu yang mereka nggak bisa jamin kebenarannya.
Misalnya saja: "Dengan mengubah pola pikir anda anda bisa sukses!". Ini sebenarnya nggak salah lho. Biar saya sampai bego berpikir saya pantas jadi Miss Universe nggak mungkin saya bisa jadi Miss Universe; tapi kalau saya mengubah pola pikir saya dan menggapai hal-hal yang memang keahlian saya tentunya saya bisa sukses juga dan tak perduli bahwa saya bukan Miss Universe. Sayangnya ini biasanya diselewengkan dan jadilah orang-orang berdasi lusuh berusaha menjajakan dagangan (mlm) nya sambil terus berharap dan bermimpi "Saya akan sukses!". Padahal sukses bukan cuma attitude dan mind set, sukses juga kudu punya skill.
Mau bagaimana lagi, yang dijual motivatornya juga bahan mentah, apa iya yang beli bisa dapat nutrisinya? Ibarat jual beras vs jual nasi, yang pintar dan bermodal (kompor, dandang, kayu bakar) pastinya bisa mendapat manfaat lebih dari beras mentah, tapi yang nggak punya/kurang cerdas dan/atau kurang modal lebih perlu nasi yang sudah jadi. Susahnya ya itu, kalau yang jualan juga sebenarnya nggak bermodal dan nggak berpikir. Lebih susah lagi kalau yang jualan juga cuma mikirin untungnya saja, peduli setan nasib yang beli.
Motivator dan agamawan itu harusnya orang-orang yang sangat mencintai sesamanya, makanya tujuan hidup mereka membuat hidup orang lain lebih baik via motivasi atau ajaran agama mereka. They believe in human, mereka percaya akan kekuatan manusia. Berasa lho bedanya dengar teman yang bilang "You can do it!" karena mereka benar-benar percaya sama kita dan ingin kita berhasil, vs yang basa-basi "Yeah loe pasti bisa kok" padahal nggak peduli. Motivator dan agamawan yang terbaik juga yang sudah pernah mencicip ajarannya sendiri. Ibarat koki, yang paling oke adalah yang sering masak dan berpengalaman, bukan newbie yang cuma modal sekian banyak buku memasak.
Tapi apa kita peduli? Nggak juga. Buktinya frappucino laku terus bukan? Kopi hitam di cafe terkenal juga dianggap lebih elit dari kopi hitam di warkop pinggiran, walau sebenarnya nggak bisa ngebedain rasanya. Kita suka yang bling-bling, yang wah, yang instan. Kita suka minuman manis yang bikin kita merasa super dengan instan walau isinya cuma kalori kosong. Nggak apa-apa sih sebenarnya, asal jangan cuma itu saja asupan kalorinya. Bisa busung lapar otak dan hati nantinya.
Kenapa saya reseh? Mungkin karena saya cinta manusia, termasuk anda-anda yang membaca tulisan saya sampai sejauh ini. We can do better, you can do better daripada cuma jadi mangsa para motivator penjual kalori kosong ini. Enak bener mereka cuap-cuap tanpa mampu mempertanggungjawabkan jualannya. Tapi ya itu tadi, semua balik ke anda untuk beli frappucino atau beli es degan (yang paling nggak ada tape dan jeli nya), antara beli mi instan (baca: spagheti) merk luar negeri vs mie tek-tek abang-abang. Pilihlah menu yang menutrisi hati dan otak ya mas/mbak, dan yang disajikan dengan pengetahuan serta pengalaman yang memadai. Buat diri sendiri pastikan yang terbaik :)
Jualan motivasi mah sama seperti jualan agama, modal kecil hasil maksimal. Pokoknya asal Salam Super atau jargon positif lainnya laris manis deh, biarpun itu tadi, cuma kalori kosong. Bagus kalo kalori kosongnya cuma cuapan sendiri, seringkali nyolong terang-terangan dari motivator lain yang juga nyolong. Walhasil satu foto/konten/postingan bisa nongol dari 3-4 orang lain secara serentak di timeline fesbuk, tanpa info siapa sebenarnya pemilik konten tersebut. Ceramahnya soal memperbaiki diri tapi nyolong jalan terus. Jyahhhh....
Gimana membedakan motivator yang asli dengan yang kalori kosong? Yang asli biasanya feelnya ada. Yang paling penting dari motivasi inspirasi etc itu adalah honesty, kejujuran. Orang yang sudah pernah merasakan hilangnya harta akibat boros pastinya bisa ceramah pengaturan keuangan dengan lebih menggebu daripada yang sekedar tahu dari bacaan. Pun mereka nggak mempromosikan sesuatu yang mereka nggak bisa jamin kebenarannya.
Misalnya saja: "Dengan mengubah pola pikir anda anda bisa sukses!". Ini sebenarnya nggak salah lho. Biar saya sampai bego berpikir saya pantas jadi Miss Universe nggak mungkin saya bisa jadi Miss Universe; tapi kalau saya mengubah pola pikir saya dan menggapai hal-hal yang memang keahlian saya tentunya saya bisa sukses juga dan tak perduli bahwa saya bukan Miss Universe. Sayangnya ini biasanya diselewengkan dan jadilah orang-orang berdasi lusuh berusaha menjajakan dagangan (mlm) nya sambil terus berharap dan bermimpi "Saya akan sukses!". Padahal sukses bukan cuma attitude dan mind set, sukses juga kudu punya skill.
Mau bagaimana lagi, yang dijual motivatornya juga bahan mentah, apa iya yang beli bisa dapat nutrisinya? Ibarat jual beras vs jual nasi, yang pintar dan bermodal (kompor, dandang, kayu bakar) pastinya bisa mendapat manfaat lebih dari beras mentah, tapi yang nggak punya/kurang cerdas dan/atau kurang modal lebih perlu nasi yang sudah jadi. Susahnya ya itu, kalau yang jualan juga sebenarnya nggak bermodal dan nggak berpikir. Lebih susah lagi kalau yang jualan juga cuma mikirin untungnya saja, peduli setan nasib yang beli.
Motivator dan agamawan itu harusnya orang-orang yang sangat mencintai sesamanya, makanya tujuan hidup mereka membuat hidup orang lain lebih baik via motivasi atau ajaran agama mereka. They believe in human, mereka percaya akan kekuatan manusia. Berasa lho bedanya dengar teman yang bilang "You can do it!" karena mereka benar-benar percaya sama kita dan ingin kita berhasil, vs yang basa-basi "Yeah loe pasti bisa kok" padahal nggak peduli. Motivator dan agamawan yang terbaik juga yang sudah pernah mencicip ajarannya sendiri. Ibarat koki, yang paling oke adalah yang sering masak dan berpengalaman, bukan newbie yang cuma modal sekian banyak buku memasak.
Tapi apa kita peduli? Nggak juga. Buktinya frappucino laku terus bukan? Kopi hitam di cafe terkenal juga dianggap lebih elit dari kopi hitam di warkop pinggiran, walau sebenarnya nggak bisa ngebedain rasanya. Kita suka yang bling-bling, yang wah, yang instan. Kita suka minuman manis yang bikin kita merasa super dengan instan walau isinya cuma kalori kosong. Nggak apa-apa sih sebenarnya, asal jangan cuma itu saja asupan kalorinya. Bisa busung lapar otak dan hati nantinya.
Kenapa saya reseh? Mungkin karena saya cinta manusia, termasuk anda-anda yang membaca tulisan saya sampai sejauh ini. We can do better, you can do better daripada cuma jadi mangsa para motivator penjual kalori kosong ini. Enak bener mereka cuap-cuap tanpa mampu mempertanggungjawabkan jualannya. Tapi ya itu tadi, semua balik ke anda untuk beli frappucino atau beli es degan (yang paling nggak ada tape dan jeli nya), antara beli mi instan (baca: spagheti) merk luar negeri vs mie tek-tek abang-abang. Pilihlah menu yang menutrisi hati dan otak ya mas/mbak, dan yang disajikan dengan pengetahuan serta pengalaman yang memadai. Buat diri sendiri pastikan yang terbaik :)
Kalo kopi hitam sih gw bisa bedain rasanya hahahaa
ReplyDelete