AdSense Page Ads

Friday, September 6, 2013

Hargai Saya Sebagai Warga Negara Indonesia

 TOLAK MISS WORLD, MASSA BAKAR BONEKA HARY TANOE DAN GUBERNUR BALI

Serius mas?? Wow. Makasih ya sudah melecehkan daerah asal saya dan merampas hak saya sebagai WNI.

Saya orang Indonesia. Titik. Saat saya memperkenalkan diri saya di luar negeri, saya selalu menyatakan: "I'm Indonesian." Sebenarnya jauh lebih gampang kalau saya bilang saya orang Bali, karena seperti diceritakan dengan lugas oleh Neng Mila dalam perjalanannya dari Darwin orang pikir Indonesia itu bagian dari Bali, atau lebih parah lagi ga tau Indonesia itu apa. Tapi di paspor saya tulisannya kewarga-negaraan Indonesia; di formulir visa dan sebagainya kewarga-negaraan saya Indonesia. Leluhur saya memang orang Bali (dan sedikit Betawi), tapi saya tulen orang Indonesia.

Orang Indonesia di negeri orang

Waktu saya baca komentar artikel tentang institusi jiwa di Indonesia di Time.com yang bilang: "Maybe if the world's largest Islamic country and its people stopped focusing on the Quran and more on science they country would be in a better place" saya jadi emosi. Dan saya menulis "balasan"/"opini" saya mengenai topik yang ia komentari. Buat saya komentar orang ini menyakitkan karena ini melecehkan Islam. Islam yang saya tahu berbudaya dan bermartabat, dan pengetahuan/sains Islam pun sangat maju. Ini juga menyakitkan karena hanya dalam satu kalimat itu dia "menghilangkan" keberadaan saya. Indonesia memiliki populasi umat Islam terbesar di dunia, namun bukan negara Islam. Dengan ketidak-tahuannya (atau dengan kesoktauannya) orang ini menafikan saya sebagai seorang Hindu, karena menurut dia Indonesia adalah "Negara Islam" yang secara definisi berarti negara yang penduduknya adalah umat Islam dan berjalan dengan hukum Islam. Lalu saya dan kebudayaan saya apa dong?

Yang belajar sejarah (atau mampu bertahan beberapa menit mendengarkan guru sejarah mengoceh di sekolah) pasti tahu kalau kemerdekaan Indonesia diraih dengan darah dan perjuangan para pahlawan kita di seantero nusantara. Mari keluarkan uang kertas dari dompet anda dan periksa bersama saya:
Rp 1,000: Pattimura dari Ambon
Rp 2,000: Pangeran Antasari dari Banjar, Kalimantan
Rp 5,000: Tuanku Imam Bondjol dari Sumatra Barat
Rp 10,000: Sultan Mahmud Baddarudin II dari Palembang
Rp 20,000: Oto Iskandar Di Nata dari Bandung, Jawa Barat
Rp 50,000: I Gusti Ngurah Rai dari Bali
Rp 100,000: Soekarno dari Jawa dan Bali, Hatta dari Padang
Ini uang yang beredar sekarang lho, dan uang kertas versi sebelumnya juga memiliki pahlawan nasional yang lain. Ini bukti konkrit bahwa Indonesia tidak hanya dimenangkan oleh satu golongan saja. Ini juga bukti konkrit kalau tiap daerah di Indonesia berdaulat akan areanya masing-masing. Kami juga orang Indonesia bung.

Bila masyarakat Bali tidak menentang acara Miss World (dan saya tau sebagian besar dari mereka juga mungkin tidak ngeh akan acara ini) apa hak Habieb Reseh untuk menentang dan mengancam? Apa hak mereka untuk membakar boneka Gubernur Bali? Apa hak mereka men-judge dan melecehkan Bali? Begitu pula saat Nyepi: tekanan dan makian orang non-Hindu yang "terpaksa" ikut merayakan Nyepi bersama kami begitu menyakitkan. Bila umat muslim berhak beribadah dengan tenang, tidakkah kami berhak merayakan ibadah kami pula? Dengan kesunyian mutlak dan tanpa suara, dan jelas tanpa orang-orang yang dengan pedenya jalan-jalan dan menyetel TV kencang-kencang hanya karena mereka tidak beragama Hindu. Saya ingat masa-masa saya makan sembunyi-sembunyi saat puasa di SMA saya, bukan dipaksa makan sembunyi tapi karena sungkan dan tidak ingin "menggoda" rekan-rekan saya yang berpuasa. Apakah sedemikian mustahilnya untuk mendapatkan toleransi seperti ini, yang dilakukan bukan karena "harus" melainkan karena "sungkan"?


Oooh.... Jadi rusuh gara-gara MissWord gitu? 
Coba pake Pages nya MacOS klo gitu, ato Notepad nya Windows

Indonesia bukan negara agama, atau setidaknya bukan negara satu agama. Dan sebenarnya, saat kita menampilkan "Indonesia", yang kita tampilkan adalah budaya kita dan bukan agama kita. Saat saya pergi ke Festival Indonesia di Los Angeles, yang ditampilkan di brosurnya adalah "Piring Dance", "Tor Tor Dance", "Panyembrama Dance". Ga a da ditulis "Muslim Piring Dance" walaupun tari piring dari Padang yang dominan beragama Islam, ga ada ditulis "Christian Tor Tor Dance" walaupun tari Tor-Tor berasal dari Batak yang dominan beragama Kristen (dan bahkan ditarikan oleh HKBP California), ga ada ditulis "Hindu Panyembrama Dance" walaupun ini tari Bali yang penduduknya mayoritas beragama Hindu. Anda tahu kenapa? Karena memang nggak ngefek! Kebudayaan ya kebudayaan, agama ya agama. Bisa saja tari tor-tor atau tari piring ini ditarikan oleh orang beragama lain, beberapa orang dari grup gamelan Bali malahan orang bule. Jadi jangan paksakan pandangan sebuah agama ke daerah lain.

Kalau memang anda orang Bali yang menentang acara Miss World, monggo wae, silakan saja berdemo. Apapun agama dan/atau alasan anda, anda berhak menyatakan pendapat anda bilamana anda merasa ada ancaman terhadap daerah anda atau anda secara pribadi. Tapi kalau anda bukan orang Bali dan tidak ada kaitannya dengan Bali, dan juga pemerintah cuek cuek aja terhadap acara Miss World, mbok ya tenang dan jangan "serang" daerah saya. Ingat lho, Indonesia itu bukan cuma Jakarta Makassar dan kota-kota besar yang punya TV. Indonesia itu juga isinya janda-janda tua di Gunung Kidul yang bahkan tidak punya air bersih (boro-boro baca koran), penduduk di pulau terpencil yang bahkan tidak punya listrik (boro-boro nonton TV), orang-orang puncak Papua yang masih berburu dan nomaden (boro-boro buka internet). Apa iya mereka sedemikian terancamnya dengan Miss World? Kenyataannya, sampai sebelum saya pindah ke Amerika beberapa bulan yang lalu saya masih menemukan iklan lowongan pekerjaan yang salah satu kriterianya adalah "berpenampilan menarik". Ini bukan iklan untuk cewek kafe atau "spa massage" lho, ini standar iklan untuk front liner di Bank atau perusahaan besar lainnya. Kenapa bukan ini yang dibasmi duluan? Saya rasa sebego-begonya cewek dia ga akan begitu saja copy-paste acara Miss World dan pakai baju seksi kemana-mana. Tapi kalau pekerjaan mengharuskan"berpenampilan menarik", ini yang sulit. Ini yang sebenarnya merendahkan wanita.

Yang konyolnya, Miss World 2013 akan tetap berjalan di Bali apapun ceritanya, dan semua ini cuma akan kelihatan sebagai aksi "unjuk gigi" saja. Saya sudah tahu Miss World 2013 akan diselenggarakan di Bali semenjak awal tahun ini, dan dengan berasumsi kalau organisasi massa ini punya banyak koneksi etc rasanya tidak mungkin kalau mereka baru tahu mendekati hari H. What's stopping you boy? Kenapa ga dari awal didemo saat baru ditetapkan jadi bisa diubah dengan gampang? Kok kaya cuma manfaatin momen aja biar "keliatan"? Bukan cuma momen sih yang dimanfaatin, tapi juga orang-orang yang bener-bener percaya mereka berjuang demi apa yang mereka percayai. Kalau memang bisa jalan damai kenapa harus pakai kekerasan sih, ini cuma akan ngasi cap jelek ke Islam secara keseluruhan. Di Amerika sini kental sekali paranoia terhadap Islam, dan banyak orang Islam yang jadi sasaran diskriminasi etc. Kenapa ga berusaha mengajarkan indahnya dan damainya Islam, yang mungkin bukan hanya membuat orang yang awalnya antipati jadi mengerti tapi juga bahkan bisa bikin mereka tertarik mendalami Islam. Tolong sadari kalau koar-koar anda di Indonesia bisa bikin hidup saudara anda di negara lain susah. Dan jangan nyalahin yang mendiskriminasikan saudara anda ya, siapa juga takut dan parno jadinya kalau anda bawa-bawa nama agama dan menyatakan "perang!" "siap bertempur!" "kepung!" seperti anjing pemburu yang haus darah.

Sembahyang Hindu-Bali di Pantai California #DaruratModeOn

Utopia atau tanah impian saya adalah tempat dimana saya bisa bebas menjalankan ibadah saya, dimana tanah leluhur saya dihargai kedaulatannya, dimana rekan-rekan senegara saya (termasuk yang beragama muslim) bisa bebas menjalankan ibadah dan kepercayaannya. Tapi ini lebih dari sekedar impian, di Indonesia ini juga hak saya selaku warga negara Indonesia. Kalau anda masih berpendapat kalau suara anda selaku mayoritas harus didengar (dan saya ragu, karena banyak yang mengaku "mayoritas" padahal berjalan sendiri alias sepi dukungan), tolong bayangkan apa yang terjadi bila hanya ada Islam di Indonesia dan WNI non Islam ditendang keluar dari bumi Nusantara. Bayangkan bila Bali dan Papua dan Nusa Tenggara serta Ambon dan daerah lain yang memiliki komunitas non-muslim yang tinggi terpisah dari Indonesia. Sanggupkah NKRI berdiri dan berjalan sebagaimana mestinya? Tanpa putra-putri bangsanya dari berbagai daerah dan suku dan agama untuk menggerakkannya? Tanpa pusat turisnya (Bali) dan pusat mineralnya (Papua) dan daerah menakjubkan lainnya?

Sangatlah mudah untuk melupakan apa yang sudah leluhur dan pahlawan dan bapak pendiri bangsa kita sudah lakukan untuk kita, tapi bukan berarti kita bisa begitu saja menmbuang sejarah kita. Menghargai hak-hak warga negara Indonesia adalah cara kita menghargai sejarah dan pendahulu kita, menghargai "kemerdekaan" yang mereka perjuangkan sampai tumpah darah penghabisan. Saya warga negara Indonesia. Anda warga negara Indonesia. Hargai saya sebagaimana saya menghargai anda.  

No comments:

Post a Comment

Search This Blog