AdSense Page Ads

Monday, October 24, 2011

Hidup Menu Indonesia!

Menu monster. Es krim yogurt dengan selai stroberi, honey star, rice crispies, mochi stroberi, dan potongan kiwi (satu-satunya yang tampak agak ‘sehat’ di campuran ini. Saya benci kalorinya, saya benci harganya, saya cinta rasanya. I. LOVE. IT.

Saya tidak pernah bisa mengerti istilah “diet”. Buat saya makan ya makan. Selama menu yang boleh dimakan, dan selama ga bikin susah orang, I’ll eat anything. Kalau pakaian sudah mulai sempit dan dompet sudah mulai kosong, sudah saatnya ngerem. Semudah itu. Dan cara lain yang paling jitu? Stop semua makanan ‘bule’ dan hanya makan menu asli Indonesia. Sehat bo’!

Lucu banget,paling tidak buat saya, melihat berbagai tulisan tentang “pola makan yang sehat”. Bukan pola makannya yang lucu, namun menu dan informasi yang ditulis jelas-jelas copy-paste dari artikel luar. Saya pernah menemukan artikel “Mudik Sehat”, yang intinya menyarankan para pemudik untuk makan apel dan keju. Hmm, ini kita membicarakan pemudik yang sama yang naik motor ber-3 dalam 1 motor kan? Lalu artikel “Penganan sehat” yang isinya antara lain popcorn, seledri + dipping, apel + selai kacang. Serius benda-benda ini adalah makanan umum di Indonesia??

Nope, saya ga anti makanan asing. I eat anything, remember? Saya cuma ingin mengkampanyekan enak dan sehatnya makanan asli Indonesia. Saya percaya penuh dengan teori evolusinya Charles Darwin, bahwa mahluk hidup menyesuaikan diri dengan sekitarnya, termasuk soal makanan. Secara logika buat saya tidak masuk akal bahwa menu makan orang asing lebih baik dari menu tradisional kita; karena bagaimanapun juga tubuh kita sudah terbiasa dengan menu tersebut selama entah berapa ratus atau bahkan ribu tahun. Gado-gado (yang variasinya antara lain pecel, ketoprak, tahu tek, tipat cantok), ikan asin, tahu-tempe, urap, dan masih banyak lagi. Teman saya dari South Africa sampai repot-repot berusaha mengimpor tempe karena begitu sukanya dia dengan menu ini.

Ini baru dari segi bahan baku, apalagi dari segi porsi. Sampai saat ini saya belum pernah melihat menu Indonesia yang dagingnya disajikan utuh layaknya steak. Rendang yang terkenal saja hanya disajikan dalam potongan-potongan kecil. Bila anda pernah mencermati menu nasi campur anda, isinya adalah sedikit-sedikit dari semua menu. Pernah ada yang iseng menghitung kalorinya? Saya yakin ga akan seheboh menu Barat yang penuh daging dan sebagainya.

So yeah, menu kita menyehatkan (dari segi bahan baku dan cara pemasakan), rendah kalori (saya ga punya bukti sayangnya, namun kalau saya melihat kecenderungan rendahnya tingkat obesitas di masyarakat Indonesia dahulu harusnya menu ini sesuai dengan kebutuhan kalori kita), dan….. (ini yang paling penting) Ramah lingkungan! Ayolah, masuk akal kan? Sementara menu barat isinya “daging 200 gr” untuk 1 porsi, saya yakin ibu-ibu Indonesia bisa dengan mudah menggunakan daging itu untuk 4 porsi, atau bahkan 5. Jadi sebenarnya kita makan lebih sedikit daging, dan dengan begitu lebih sedikit berperan dalam kerusakan lingkungan. Hidup makanan tradisional!

Saya pernah hidup di kota besar, dan saya tahu sulitnya mencari makanan asli Indonesia yang dimasak dengan benar, bukan yang dimasak sembarangan dan dengan pengawet berlimpah. Kalau boleh saya sarankan, ambil sedikit waktu anda dan coba memasak saat akhir minggu; ajak rekan-rekan anda untuk mengkonsumsi penganan tradisional dan bukan hanya pastry gurih. Biarkan menu tradisional ini terus hidup lewat dapur anda, lewat kesadaran anda. Bagaimanapun juga, menu kita sehat dan irit beib. Selamat bersenang-senang!

Foto-foto beragam menu makanan saya

2 comments:

Search This Blog