AdSense Page Ads

Monday, September 12, 2011

Adik Kecil, Apa yang Kau Lihat?

Teman saya, seorang pembaca non-fiksi, mengernyitkan kening saat mendengar tipe buku yang saya baca. Saya rasa wajar saja sih, tidak umum seseorang yang hampir memasuki usia kepala tiga masih membaca segmen buku young adult alias dewasa muda. Dan bukan hanya itu, saya spesifik membaca segala sesuatu yang berhubungan dengan magic dan buku-buku fantasi lainnya; walau saya tetap menyukai buku klasik seperti Little Princess, Secret Garden, dan semacamnya.

Apa yang saya lihat dalam buku-buku itu? Saya melihat keberanian untuk memulai petualangan, saya melihat gairah dan semangat hidup, suatu kepercayaan terhadap diri sendiri dan masa depan. Saya melihat dari mata kanak-kanak. Dan mengapa tidak? Kanak-kanak memiliki pola pandang yang amat positif terhadap hidup, mereka tidak takut mencoba dan tidak takut terluka, dan kemampuan mereka untuk bangkit lagi/recovery sangat cepat. Saat mereka merasa nyaman dengan seseorang atau sesuatu, mereka akan terikat; tanpa banyak pertimbangan apakah orang tersebut akan berfaedah bagi mereka dikemudian hari atau apa kata teman-teman yang lain mengenai keterikatan mereka. Kalau mereka bermusuhan, tak akan lama sebelum mereka bermain bersama tanpa dendam sedikitpun. They get to do whatever they want to do, and be confident with it.

Saya yakin pasti diantara pembaca ada yang nyeletuk: “Itu sih karena mereka naïf, belum tahu apa-apa…”; Mungkin benar, namun saya tetap penasaran apa yang bisa kita capai dengan menggabungkan kenaifan dan kepercayaan diri seorang kanak-kanak dengan pertimbangan seorang dewasa. Bayangkan, kemampuan untuk get excited/menjadi bersemangat akan berbagai hal , kemampuan untuk melihat dunia dari segi yang positif, digabungkan dengan kekuatan tekad seorang dewasa dan kematangan berpikir. Bayangkan apa yang bisa kita raih.

Saya tidak belajar untuk bersikap positif dari buku-buku MLM, saya belajar hal itu dari Roald Dahl. Saya tidak belajar etika dan bersikap baik dari buku-buku etiket di pasaran, saya belajar hal itu dari Enid Blyton. Saya tidak belajar tentang menghargai bumi dari website Greenpeace, saya belajar tentang itu dari Eoin Colfer. Saya tidak belajar tentang trik politik di kantor dari majalah “In The Office” (atau semacamnya), saya belajar dari Jonathan Stroud. Dan semua itu berfungsi dengan baik, amat baik.

Tiap orang memiliki selera berbeda. Mungkin anda benar, bahwa saya bisa saja terkena Peter Pan syndrome yang menolak beranjak dewasa. Namun cobalah bersantai sejenak, cobalah lupakan bahwa anda adalah seorang dewasa dengan beribu beban dan tanggung jawab, dan lihatlah dunia dari mata seorang kanak-kanak: Dunia itu begitu besar, dunia ini begitu indah, dunia ini begitu menjanjikan.

Catatan tambahan:

Buat para calon orangtua/orangtua/kakak/paman/bibi dan sebagainya yang ingin memberikan hadiah terbaik untuk si kecil, saya sangat menyarankan sesi membaca bersama buku-buku Enid Blyton dan Roald Dahl, atau cerita-cerita Disney era sebelum Mulan dan cerita Bobo keluaran tahun 80-an dan sebelumnya. Sampai saat ini saya masih tidak bisa membuang sampah sembarangan, masih tidak bisa tidak mengatakan “Terimakasih” pada orang yang membantu saya seberapapun sebalnya saya pada orang tersebut, dan masih percaya bahwa niat baik kita akan diganjar sepantasnya. Bisa dibilang saya masih si anak baik yang pertama kali di brain-wash oleh buku-buku tersebut di kala SD. Sangat recommended J

No comments:

Post a Comment

Search This Blog