One of the really interesting facts about police work is that an officer behaves much better—makes better decisions, fires his gun less frequently, has fewer complaints filed against him—when he is by himself than when he is paired with a partner. Officers on their own are far more cautious. - Blink by Malcolm Gladwell
Salah satu fakta yang sangat menarik tentang pekerjaan polisi adalah bahwa seorang petugas berperilaku jauh lebih baik (membuat keputusan yang lebih baik, menembakkan senjatanya lebih jarang; memiliki lebih sedikit total keluhan yang diajukan terhadap dirinya) ketika ia bertugas sendiri daripada ketika dia dipasangkan dengan orang lain. Petugas yang bekerja sendiri jauh lebih berhati-hati. - Blink oleh Malcolm Gladwell
Blink adalah sebuah buku tentang snap decision, pengambilan keputusan secara cepat/sekejap. Di buku ini dijelaskan bahwa ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi pengambilan keputusan kita. Ada sebuah contoh di buku itu dimana seorang terduga pelaku kejahatan (Rodney King) mati dipukuli polisi setelah pengejaran berkecepatan tinggi di jalan raya. Hari berikutnya ada kerusuhan di LA karena masyarakat menganggap polisi rasis (Rodney is black). Buku ini menjelaskan bahwa bukan masalah rasisme, namun para polisi ini tak mampu berpikir jernih karena terbawa arus adrenalin mereka. Mereka mengalami kebutaan sesaat, judgement akal sehat mereka tidak beroperasi dan seolah digantikan oleh insting dasar mereka untuk memburu mangsa (we're human, we have that instinct). Dan bila saat pengejaran hanya ada 1 polisi terlibat maka sudah pasti Rodney King tidak mati.
Gantilah pelaku cerita diatas dengan anak SMA 6 sebagai Rodney King dan Wartawan sebagai Polisi yang terlibat, atau sebaliknya. Gantilah pelaku cerita diatas dengan Mahasiswa pendemo tahun 98 sebagai Rodney King dan Tentara sebagai polisi. Masuk kan? Kalau saja hanya ada 1 anak SMA 6 atau 1 saja wartawan, ga akan ada kerusuhan riang gembira di SMA 6. Saya berharap semua orang berhenti ikutan main sinetron dan menyadari bahwa tidak ada yang salah, itu cuma reaksi normal saat adrenalin terpacu dan memiliki, ahem, teman banyak di sekeliling kita. Mau hal ini tidak terjadi lagi? Jangan datang ramai ramai, jangan berkumpul rama-ramai. Kita memiliki keberanian semu saat bergerombol, dan bila ditambah dengan adrenalin yang terpacu hasilnya bisa fatal.
Satu hal lagi: bad news is good news in media. Kalau kebetulan bad news nya tentang sesuatu yang tersohor, it's even better. Harusnya tidak ada yang heran dengan banyaknya wartawan yang meliput tawuran di SMA 6, karena setelah terjadi keributan dengan wartawan tiap kali saya buka linimasa/timeline twitter saya ceritanya melulu tentang SMA 6. Ini berita yang bisa dijual. Tawuran (sekolah) di daerah ga terkenal jelas tidak bisa dijual walau secara rutin menewaskan pelajar/masyarakat sekitar, paling cuma ditayangkan sekali lalu selesai. Mau tidak diliput? Boikot media, paksa mereka meminimalisir bad (but juicy) news, tolak eksposure-eksposure pihak-pihak yang nebeng beken (entah kenapa KPAI tidak pernah kelihatan aktif melawan tawuran di tempat lain, padahal anak-anak yang tidak ikut tawuran tapi jadi korban juga berhak dilindungi hak-haknya), tolak membaca/meretweet/mengekspose bad news. Sudah saatnya kita belajar jadi lebih beradab.
semoga nih masalah cepet berakhir aja. amin. gak enak juga diliat di TV sama anak2 sekolah. mana adekku yang masih sekolah liat yang beginian, malah ngajarin orang tawuran.
ReplyDeleteLu emang lebih cocok jd kriminolog
ReplyDeleteSemoga cepet selese deh, daridulu ga selse2.. Saya msh SMA dan suka ke daerah blok m sana. Saya tau pikiran anak2 skrg.. And trust me, mereka cuma diprovokasi dan buat seneng2an aja.. Pasti deh kemungkinan besar cuma buat nerusin tradisi, kalo berhenti kayakanya kan aneh gt ya "ah masa 6 & 70 ga tawuran lagi".. Biasaaaa, cari berita, caper.
ReplyDeleteWow, blog ini bisa keren gini rank nya? Mantapp! Monggo mampir ke www.siperubahan.com
ReplyDelete