AdSense Page Ads

Monday, January 31, 2011

(Semoga bukan) Goodbye Raja Ampat

Before I dive at Great Barrier Reef I gotta dive at Raja Ampat first
Well, kalau pemerintah jadi menjual, maaf, menyewakan Raja Ampat ke Four Season dan/atau Hilton, kayanya lebih mungkin saya ke Great Barrier Reef duluan, bakalan considerably cheaper kayanya :(.

Waktu saya baca tentang rencana pemerintah ini saya langsung shock. Rasanya lenyap sudah impian saya untuk mengunjungi daerah yang indah ini. Betapa tidak, saat ini saja saya masih susah payah menabung karena harga tiket yang cukup mahal, apalagi bila itu dijadikan kawasan resort tertutup yang harganya lebih tak terjangkau lagi. Saya cinta Indonesia, tapi kalau harus mengeluarkan beberapa ribu USD hanya untuk mengunjungi daerah Indonesia (yang juga dikelola asing) kayanya nggak deh.

Saya benar-benar bertanya dalam hati, apa yang kau cari wahai Pemerintah Indonesia? Sebegitu defisitnya kah kita sampai harus menyewakan daerah strategis? Buktinya gaji anggota pemerintah plus tunjangan kanan kiri sedemikian besarnya kok. Ga punya dana untuk bangun infrastruktur di daerah Papua? Bangun aja gedung DPR/MPR yang baru disana. Dengan uang sekian triliun plus fasilitas ala resor justru bisa dapat tambahan baru kan, itu juga baru adil namanya, ga cuma di Jakarta aja nongkrongnya.

Salah satu alasan yg pasti akan dikemukakan adalah: "Investor asing diperlukan karena pemerintah tak mampu berinvestasi. Dengan adanya pariwisata maka SDM sekitar juga akan terserap dan daerah akan bisa berkembang". Sekarang saya ingin bertanya, apa yang didapat dari penambangan Freeport dan Newmont? Apa yang didapat dari ratusan, ribuan villa dan hotel di Bali? Almost nothing. Pucuk pimpinan tetaplah orang asing, bukan orang kita. Mereka lebih senang mengambil pegawai siap pakai dari daerah lain daripada SDM lokal yang masih harus ditraining. Kita diusir dari daerah kita sendiri.

Contoh pasti di Bali, walau secara resmi pantai Nusa Dua adalah milik publik, kita hampir pasti diusir satpam hotel daerah situ kalau keluyuran kesana. Contoh lain, bangunan-bangunan yang dibangun tanpa mengindahkan aturan adat yang berlaku, bahkan melanggar batas kesucian daerah (bayangkan ada villa yang dibangun persis disamping Masjid Demak atau Katedral, penuh dengan orang2 berbikini dan musik keras. Ga menyenangkan kan?). Atau hilangnya rasa solidaritas antar masyarakat karena menganggap turis asing lebih berarti, lebih berduit (saya seriiiiiing sekali mendapat diskriminasi seperti ini). Jangan sampai hal ini terjadi di daerah lain yang masih "bersih" (baca:polos).

Saya ga benci Pariwisata. Bidang pekerjaan saya pun tergantung sepenuhnya dari klien asing. Yang saya benci adalah pariwisata yang tidak terkontrol, yang hanya mementingkan nilai materi yang didapat dan melupakan hak-hak kita selaku pemilik negeri ini. Indonesia negara besar, lokasi kita yang strategis, penduduk kita yang banyak, dan kekayaan alam kita yang tampak tak terbatas membuat kita (sebenarnya) sangat diperhitungkan dunia. Kita memiliki hak tawar yang amat sangat besar. Jangan sampai hanya orang (asing) yang berduit yang sanggup menikmati keindahan Indonesia, namun juga masyarakat Indonesia sendiri.

Apakah ini melulu tentang senang-senang dan jalan-jalan? Tentu tidak. Kepastian bahwa masyarakat Indonesia masih dapat menikmati daerah-daerah di negerinya sendiri, dan juga ketersediaan sarana yang terjangkau akan mempersatukan Indonesia. Bagaimana kita bisa peduli akan saudara-saudara di Mentawai kalau tiket pesawat kesana lebih mahal dari tiket ke Thailand? Bagaimana kita bisa kenal dekat dengan saudara-saudara kita di Wakatobi kalau biaya travel ke sana lebih mahal dari travel ke Singapore? Bagaimana saudara-saudara kita bisa mengerti bahwa Jakarta bukan hanya seperti di Sinetron kalau butuh berhari-hari jalan kaki untuk sampai di lapangan udara? Itu pun belum tentu tiket nya terbeli.

Indonesia bukan hanya Jakarta, Jawa, Bali, atau Sumatera. Indonesia adalah juga Celebes, Borneo, Papua, dan ribuan gugusan pulau lainnya. Saat Sumpah Pemuda pendahulu kita berikrar: "Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia". So yeah, anda dan saya adalah orang Indonesia. Anda memiliki hak untuk dapat melihat Bali, tanah "seribu pura" dan bukannya tanah "seribu villa". Saya memiliki hak untuk dapat melihat Raja Ampat atau daerah lainnya secara langsung, bukan hanya dalam khayalan karena tak terjangkau. Sudah saatnya pemerintah mengerti akan hak kita. We are Indonesian. Indonesia is ours.


Special thanks untuk @palingindonesia, @getlostisgood, @backpackseru, @infojogja, @letsgotobali dan berbagai media lainnya yang telah setia mempromosikan keindahan Indonesia. Mari terus berusaha agar keindahan Indonesia bisa tetap terjangkau oleh orang-orang Indonesia.

3 comments:

  1. pemda nya mata dollar-an ya? wkwkwk..
    day, rajin blogwalking dong spy blog lu ini go public. tulisan-tulisan lu bagus sayang klo ga di promosi2in wkwkwkkk

    ReplyDelete
  2. setuju 100 persen, pariwisata itu bagus; tapi kalau tidak perkembangannya tidak terencana, malahan menjadi pariwisata yang money oriented...malah merusak yang ada...

    ReplyDelete
  3. @ Mila: Makasiiii... iya, pemdanya ga jelas... Loe tau harga hotel2 di jimbaran n nusa dua?? mana diskriminatif banget ma orang pribumi. Jangan sampe raja ampat juga :(
    @Vidya: iya itu lah.. masalahnya money oriented kan selama ini... ngerusak banget...

    ReplyDelete

Search This Blog