Saya suka dipuji! Oke, saya akan menjelaskan lebih lanjut setelah hujan makian dan sepatu kalian mereda (namun klo bisa lempar high heels yang oke dan lengkap sepasang ya…size 38…).
-Hujan makian selesai, payung pelindung ditutup, harga diri yang sempat tercecer dipungut-
Saya baru saja mengalami hari yang lumayan sucks di kantor, until a friend text me. Diantara sms-sms kami yang ga penting itu terselip kalimat-kalimat yang bikin hari saya mendadak cerah: “we miss you”, “Loe mang paling oke!” “ga seru kalo ga ada elo”, etc. Mungkin kata-kata standar, tapi saya yakin teman saya mengucapkannya (atau tepatnya mengetikkannya) dengan sungguh-sungguh. I mean something to them.
Bos saya sekarang juga (puji Tuhan) cukup beradab. Among others, mereka selalu menyempatkan memuji saya bila hasil yang saya kerjakan itu bagus, atau hal-hal lain yang menurut mereka pantas untuk dipuji. Hasilnya, saya bukan hanya betah bekerja, namun hasil kerja saya juga jauh lebih bagus dari sebelumnya. The power of words is simply amazing.
And why not? Siapa sih yang ga senang dipuji? Siapa sih yang ga senang dihargai? Jauh di lubuk hati kita pastilah kita ingin dihargai, terutama oleh orang lain. Maklum, mahluk sosial :). Semakin kita dihargai orang, semakin kita merasa bahwa hidup itu menyenangkan. Ada yang bilang pujian itu memabukkan, tapi bila diucapkan dengan sungguh-sungguh (dan dalam dosis yang tepat) serta diterima dengan sepantasnya pula, pujian bisa menjadi pendorong yang luar biasa.
Tentunya saya ga akan tertipu dengan pujian yang ga masuk akal. Buat saya, mendengar kalimat-kalimat standar kaya: “Cumi, thx for your help!”atau “Emang paling gila klo ma Dayu :D”, atau “Saya suka hasil kamu,” itu jauh lebih berarti daripada pujian hiperbola “kamu menawan sekali hari ini!” atau “Kerja yang fantastis!”. Ga heran saya gagal terus main MLM. Pujian yang realistis justru always work, apalagi kalo ditambah dosis kesungguhan hari. Muantabbbb! Rasanya I can change the world!
Buat yang menuduh saya narsis, ya…mungkin aja seh (ga berusaha mengelak sama sekali :p). Tapi saya ngerasa kalo I worth it, I’m worthy for all those kind words. Ini trik yang agak sulit memang. Kalau kita ga ngerasa diri kita pantas dihargai, orang pasti ga akan menghargai kita. Tapi kalau kita ngerasa kita VVVIP, jangan harap dihargain juga :) . Jadi harus bisa menakar seberapa berharganya diri kita, lalu dosis percaya dirinya disesuaikan dengan nilai tadi. Tentunya takaran ini berbeda menurut pandangan orang, jadi bagi yg masih menganggap saya narsis, yah…saya pasrah sajalah :D.
Seperti kata pepatah: one good turn deserves another. Seberapapun hebatnya kita, ga da artinya kalau kita ga bisa menghargai orang lain. Kepercayaan diri dan kemampuan menilai diri sendiri ga akan berguna bila kita masih berpikiran “Me, myself and I”. Jangan “egois mode” on. Kalau tau dihargai orang itu menyenangkan, kalau tahu dipuji itu melegakan, kenapa ga melakukan itu terhadap orang lain? Toh ga keluar uang atau energy, ada juga malah menambah tabungan di Akhirat nanti….
Bilang “Terimakasih!” plus senyum dan kesungguhan hati pada OB yang sudah berlari membelikan rokok untuk kita (karena toh bos bisa ngamuk klo ketauan kita kabur cuma buat beli rokok), “Hari ini kelihatan segar banget,” sama teman yang ga sengaja ketemu di Mall (dan memang dia kelihatan segar!). Anything goes! Pujian, kind words, bahkan kata-kata standar pun selama diucapkan sepenuh hati pastilah membuat perbedaan.
Memang, semua teori ini ga berguna kalau kita sudah memutuskan untuk cuek sama orang lain, apapun alasannya. Tapi Manusia ga ada yang sempurna. Selebih-lebihnya kita, ada kekurangannya; sekurang-kurangnya orang lain, pasti adalah kelebihannya. Ga susah kok belajar biar bisa menerima atau menghargai orang lain, toh programnya dah di install dalam hati kita. Just open up your heart and let God do wonders through you. Sebarkan kebaikan yang sudah kamu terima kepada orang lain, jangan pelit dan disimpan sendiri. Because you worth it, they worth it, I worth it!
No comments:
Post a Comment