AdSense Page Ads

Wednesday, January 23, 2019

Sebuah Pilihan



Nggak memilih itu sebuah pilihan. Sebuah pilihan valid, kata saya. Ibarat ke theme park/taman bermain dan dipaksa memilih antara wahana penuh adrenalin vs wahana super imut, sementara saya nggak yakin dengan keamanan keduanya. Hak saya untuk duduk manis saja. Toh saya sudah bayar tiket masuk.

"Tapi ini demi bangsa dan negara, elu ga boleh tinggal diam!" Kenapa nggak boleh? Mau siapapun pemimpinnya, nggak berarti saya berhenti bayar pajak atau berhenti memperjuangkan saudara sesama WNI. Kecuali saya ganti paspor. Tapi ganti paspor pun saya tetap Indonesia dalam jiwa. Nggak akan saya pura-pura nggak kenal orang Indonesia.

Kita bisa dan berhak memilih untuk tidak memilih. Kita masing-masing punya prioritas, punya preferensi akan apa yang kita harapkan dari seorang pemimpin. Kalau kita tidak menemukan apa yang kita cari di calon-calon ini, jangan paksakan kehendak kalian.

"Kalau elu golput, elu ga berhak protes kalau negara kenapa-kenapa." Umm… kenapa? Masih banyak yang bisa dan pasti saya lakukan sebagai warga negara yang baik. Keputusan saya untuk tidak memilih tidak otomatis menihilkan sumbangsih saya sebagai warga negara, atau menghilangkan hak saya sebagai WNI.

Mungkin anda keliru dengan orang-orang yang memang tidak bertanggung jawab, yang bisanya mengeluh saja. Bayar pajak nggak, hidup parasit sama orang lain, tapi hobinya mengkritik pemerintah. Selalu ada yang salah. Nah yang kayak gini memilih golput ya murni karena malas dan tidak bertanggung jawab.

"Tapi kalau kamu tidak memilih, nanti suaramu jatuh ke calon XYZ dan kamu tahu betapa bahayanya dia bagi bangsa dan negara!" Ini saya setuju. Makanya yang memilih untuk tidak memilih sebaiknya memang tetap datang mencoblos. Pastikan surat suara anda tidak disalahgunakan, sembari bantu-bantu memastikan tidak ada kecurangan.

Indonesia adalah negara demokrasi, dan demokrasi itu berarti suara setiap orang sama nilainya. Baik pendukung Jokowi maupun pendukung Prabowo berharap Indonesia lebih baik 5 tahun kedepannya, atau syukur-syukur seterusnya. Definisi 'lebih baik' itu berbeda untuk tiap orang, tapi tetap valid. Ini demokrasi yang sebenar-benarnya. 

Karena hidup itu bukan hanya hitam dan putih. Ada pendukung Jokowi yang menjadi enggan memilih karena Abu Bakar Baasyir, ada pendukung Prabowo yang balik bodi karena komentarnya soal korupsi. Pilihan mereka itu tetap valid. Semakin anda memaksakan "Elu harus ngerti langkah politik beliau!", semakin jauh mereka meninggalkan pilihan awal mereka.

Dengan logika ini, begitu pula orang-orang yang memilih untuk nggak memilih. Itu hak mereka memilih untuk tidak memilih sesuatu yang buat mereka merugikan Indonesia kedepannya. Hak mereka untuk memilih tidak memilih seseorang yang buat mereka tidak sesuai dengan prinsip mereka.

Untuk para golputers, sebagaimana yang saya jabarkan diatas, pilihan anda untuk nggak memilih bukan nggak ada konsekuensinya. Nggak cukup hanya berkata: "Saya tidak nyaman dengan pilihan ABC" tapi tidak melakukan apapun untuk meraih apa yang anda rasa ideal untuk Indonesia. Apapun pilihan anda, kita semua tetap harus bekerja sama demi Indonesia yang lebih baik.

Ingat bahwa ada akhirnya, presiden hanyalah satu bagian dari pemerintahan. Perbaikan Indonesia ke arah yang kita inginkan harusnya dimulai dari level dasar seperti pemilihan kepala daerah dan anggota DPR/MPR, dimana semua calon kita pilih dengan seksama, dan kita awasi agar ia bekerja sebagaimana seharusnya: sebagai wakil rakyat. Banyak ya pe-er kita.

No comments:

Post a Comment

Search This Blog