Pagi ini ada yang sms saya, menanyakan bagaimana agar pasangan nggak direbut pelakor. Ini pertanyaan yang sering muncul di Inbox saya. Sisanya kebanyakan curhat pasangan direbut pelakor. Kayanya pelakor momok banget dalam hubungan, ya.
Ada teman lain yang menshare status tentang kronologis perselingkuhan, yang biasanya terjadi karena terlanjur kenal lalu semakin mendekat. Semua hubungan, yang resmi atau nggak, ya memang begini kan kronologisnya?
Jadi apakah kita harus menjaga mata dan hati, baik lelaki maupun perempuan? Apakah kita harus mengekang pasangan kita (atau dikekang) agar tidak dekat dengan orang lain yang bisa menyebabkan perselingkuhan?
Hidup kok susah banget sih hihihi.
Pada kenyataannya, nggak ada yang bisa menghentikan perselingkuhan kecuali dari pelaku perselingkuhan sendiri. Pelakor menyediakan jalan, namun seperti gojek dan grabcar, satu jalan ditutup ya tinggal cari jalan tikus lain.
Seperti yang saya tulis di buku saya, "Dear Mantan Tersayang", perselingkuhan merupakan bukti adanya sesuatu yang dirasa kurang atau tidak terpenuhi dari pasangan asli. Ini bisa karena memang ada sesuatu yang perlu diperbaiki, atau karena pasangan asli memang genit nggak jelas.
Semakin hokeh pasangan anda, semakin banyak godaannya. Siapa sih yang nggak mau punya pasangan yang menarik/kaya/bule/stabil/PNS/tentara/dokter/isi sendiri kelebihannya. Dan digoda itu luar biasa lho cobaannya. Apalagi yang merasa diri biasa saja tetiba dapat godaan yang heboh syalala.
Tanpa ada yang aktif menggoda pun perselingkuhan bisa terjadi. Disaat hati merasa hampa, tiba-tiba ketemu orang yang seolah mengerti semua gundah diri. Niat hanya ingin jadi teman curhat ternyata bertaut hingga jauh. Ditambah rasa dag dig dug der saat baru jatuh cinta. Lupa deh sama pasangan dirumah.
Apakah ada yang bisa kita lakukan? Lagi-lagi nggak ada. Selama pasangan nggak mengkomunikasikan apa yang ia butuhkan, selama ada yang dirasa kurang dan hilang dari hubungan, selama itu pula risiko perselingkuhan akan terus ada.
Disini yang kita harus jeli melihat. Terkadang hubungan memang harus diperbaiki, apalagi saat hati mulai meregang dan kita mulai lupa akan apa yang membuat pasangan kita begitu berharga. Namun terkadang kita perlu melihat kedalam diri dan berkata, "Dia cukup buat saya."
Karena akan selalu ada orang yang lebih baik, lebih menarik, lebih cerdas, lebih segalanya. Dan apa sih 'lebih baik' itu? Karena perhatian dan kasih sayang, kehangatan yang kita dapatkan dari seseorang tidak bisa dibandingkan. Kenangan bersama dan saat-saat bahagia itu tidak tergantikan.
Ini sesuatu yang harus dipahami semua orang. Hubungan adalah sebuah komitmen, bukan sekedar 'pengisi' sampai yang lebih baik datang. Mau sejuta penggoda datang, bila dalam sebuah hubungan kedua pihak mau berkomitmen dan terus berkomunikasi, nggak bakal kejadian.
Ini bukan berarti kita harus seluruh menurut apa kata pasangan, agar semua keinginan/kebutuhannya terpenuhi dan ia tidak nyangkut di luar sana. Hubungan itu kan dua pihak ya, harus imbang dan adil. Kalau memang satu pihak sudah tidak nyaman dan nggak bisa diperbaiki, ya mau gimana lagi.
Pada hakikatnya, kita nggak pernah benar-benar memiliki seseorang. Hati dan perasaan bisa berubah, bukan hanya pasangan, namun juga diri kita sendiri. Cinta yang menggebu bisa tergerus, baik karena kita berubah atau kita akhirnya melihat pasangan dari sudut pandang yang berbeda.
Ya. Saat pasangan berkata "Kamu berubah…" bisa jadi memang kita sudah berubah. Tapi manusia memang akan terus berubah, ibarat batik yang terwarnai oleh setiap sentuhan kehidupan, atau permata yang terasah oleh setiap pengalaman hidup yang berbeda.
Saat itu terjadi, kita harus siap melepaskan, kita harus siap mengucapkan selamat tinggal. Baik karena panggilan Tuhan atau suratan jalan hidup, kita tidak memiliki kuasa untuk memaksanya tinggal disisi kita. Namun mereka yang menganggap kita 'cukup', mereka akan sebisa mungkin bertahan.
Karena bagi yang merasa kita "cukup", setiap perubahan dan perkembangan diri kita bukanlah momok atau sumber ketidaknyamanan, melainkan dinamika yang membuat mereka merasa semakin dekat, bahkan semakin mencintai diri kita.
Karena bagi yang merasa kita "cukup", setiap godaan dan tawaran yang datang bukanlah kesempatan untuk mendapatkan yang 'lebih baik', namun pengingat bahwa ia sudah memilih kita, dan ia akan tetap memilih kita.
Dan bagi yang merasa kita "tidak cukup", ya mau bagaimana lagi. Biarkan mereka mencari apa yang terbaik bagi diri mereka. Biarkan mereka mencari apa yang membuat mereka "cukup". Karena anda tahu, bagi orang yang tepat, anda "cukup".
Tegakkan kepala anda dan kuatkan hati anda. Jangan takut dengan pelakor, tapi fokus pada hubungan anda: apa yang membuat anda bahagia, apa yang membuat ia bahagia, apa yang membuat kalian berdua bahagia. Karena ini yang terpenting dalam hubungan anda: kebahagiaan bersama. Jangan lupa ya…
Salam sayang dari Los Angeles 😊
Halo kak, rumah tangga saya yg seumur jagung (baru 2 bulan pd saat itu) juga pernah digoyang sama pelakor. :')) Parahnya si pelakor ini ga goyah walaupun saya statusnya lagi hamil besar. Doi selalu aja ngajakin saya jalan2, beliin saya keperluan bayi, bahkan temani saya lahiran! Saya sendiri sampe saat ini masih bingung kenapa si pelakor itu demen sama suami saya. Bukan bermaksud merendahkan suami sendiri, tapi suami saya itu hanya karyawan biasa yg gajinya juga ga gede2 amat. Pada akhirnya setelah baca artikel kakak yg viral itu, saya bertekad utk fight. Untuk anak saya, untuk rumah tangga kami. Saya ajak ketemu si pelakor itu, saya ingatkan doi tentang masa depan kedua perempuannya (doi janda anak 2), saya minta belas kasihannya utk saya dan anak saya karena kami masih butuh sosok pemimpin di dalam keluarga. Tdk beberapa lama setelah itu, si pelakor mundur teratur yg pastinya membuat suami saya uring2an. Kami jadi sering bertengkar karena hal sepele. Tapi sekali lagi, saya merendahkan harga diri saya demi rumah tangga kami. Saya rela di bentak, dimaki, dihina sama suami saya asal dia ga kembali ke si janda itu lagi.
ReplyDeleteAda suatu hari, saya sdh ga tahan dengan segala kelakuan suami saya yg kadang suka keterlaluan, saya memutuskan utk cerai saja krn mungkin itu yg terbaik. Padahal pada saat saya minta cerai, umur pernikahan kami juga belum menginjak 1 tahun (sekitar 9 bulan saja). Dan hal yg tak terduga adalah, suami saya sampe berlutut di kaki saya dan memohon supaya saya tdk pulang ke rumah ortu saya dan memikirkan kembali masalah perceraian krn dia masih cinta saya.
Saya luluh dan memutuskan utk memberi suami saya kesempatan sekali lagi, bukan atas dasar cinta, tapi karena setiap manusia berhak utk mendapatkan kesempatan kedua.
Pada akhirnya rumah tangga kami adem ayem di usia pernikahan yg ke 1 tahun 8 bulan dan anak saya sudah menginjak umur 16 bulan. Suami juga tambah sayang sama saya dan doi udah ga emosian sprt dulu lagi.
Terima kasih kak sudah menulis artikel yg menjadi sumber kekuatan saya dan menjadi inspirasi utk perjuangan saya.
Terima kasih dipertemukan dengan blog mbak Ary. Saya sudah berkomunikasi dengan suami dan karna memang kami terbuka saya tanyakan apa yang kurang dari saya dan apa yang membuatnya nyaman dengan "mbak yang lain" dan dia bilang saya nampak menua dan jadi makin jelek sejak punya anak. Ya saya ibu pekerja dengan anak usia <2 tahun. Tidak pernah lagi memperhatikan penampilan karna fokus anak dan suami. Saya bersyukur maaih tahu apa alasannya. Sekarang saya mencoba memberi perhatian diri sendiri dan tetap berusaha bersikap seperti biasanya terhadap suami. Selingkuh hati bukankah memang lebih berat untuk kembali daripada fisik? Ouch.. Sadarkan aku kalau itu hanya upayaku menenangkan diri. Thx banget ya mbak tulisan2nya
ReplyDelete