AdSense Page Ads

Wednesday, February 3, 2016

Cinta Satu, Cinta Dua, Cinta Semua

Sebenar-benarnya lebih horor orang MLM daripada orang homoseksual hihihi. Seumur-umur saya belum pernah diPDKTin orang homoseksual, tapi si akang sih sering dilirik-lirik. Yang lucu, kalo dipikir-pikir tiap kali kesebut "Homoseksual" pasti kepikiran dua cowok yang sedang bermesraan. Padahal cewek juga bisa jadi lesbi lho. Tapi biasanya cewek lesbi baru dianggap aneh kalau lagaknya cowok banget. Jadi intinya kalau "melanggar Norma" baru kita gerah.

Apa salah kalau kita gerah akan sesuatu yang diluar kebiasaan? Tentu tidak. Insting bo'. Sesuatu yang berbeda jelas tidak diinginkan, merusak tatanan dan mengancam keutuhan. "Kita" yang rapi harum dan girly tentu merasa terancam saat "dia" yang serampangan dan tidak rapi masuk grup "Kita", dan muncul kekhawatiran tak terucap kalau identitas "Kita" bisa terusik dan bergeser menjadi "Kita Baru" yang beberapa anggotanya mulai tidak rapi harum girly. Status Quo itu lebih mudah dan lebih aman dijalankan daripada beradaptasi terhadap perubahan.

Ada juga faktor ekspekstasi umum yang membelenggu jender. Wanita harus penyayang dan pengasih, misalnya. Makanya kalau tumben jadi bos dan galak pula langsung dikata-katain. Ledekan paling utama? "Dasar Pertu! Perawan Tua!". Padahal galaknya dia mungkin dianggap sebagai tegas oleh pasangannya, dianggap kelebihan. Nggak pake makeup atau nggak rapi juga langsung dihakimi. Pakai rok kependekan salah, pakai celana panjang melulu apalagi. Lelaki pun sama. Dibilang boys don't cry, padahal kenapa nggak? Apa iya lelaki nggak punya hati gitu? Atau kalau disini dianggap aneh kalau nggak suka minum dan nonton olahraga. Padahal tiap manusia kan seleranya beda-beda.

Kalo ngomongin LGBT kepikiran pasti cowok-cowok yang lemah gemulai ato cewek-cewek yang super macho. Padahal LGBT itu bisa terlihat normal lho. Logikanya gini deh, tahu darimana anda cowok yang duduk disamping anda di kampus sering masturbasi? Ato mbak super feminin di kantor anda sebenarnya hobi BSDMnya kalau dibikin buku jauh lebih seru dari 50 Shades of Gray? Transgender pun sudah ada di Indonesia semenjak jaman kerajaan kuno, dan kita oke-oke saja dengan para waria, buktinya Taman Lawang masih laris. Dan apa kita lupa Dorce Gamalama yang buat saya champion LGBT yang sebenarnya? Yang berhasil menutupi ketransgenderannya dengan kehumanisannya? Caitlyn Jenner yang super terkenal disini saja jauh banget antara langit dan bumi dengan kedermawanan Mbak Dorce ini.

Tidak menyerang LGBT bukan berarti mendukung mereka. Sama seperti tidak minum kopi bukan berarti anti atau benci kopi. Dunia tidak sehitam-putih itu. Saya dan si Akang suka ketawa kalau ngeliat orang sini yang gaynya to the max, yang lebih gemulai dari wanita normal. Saya juga gerah kalau Akang saya dilirik-lirik. Buat saya mendingan dia main sama perempuan lain daripada sama cowok lain, paling nggak ketauan enaknya. Tapi saya nggak menabuh genderang perang sama LGBT. Selama nggak nyenggol saya ya monggo. Saya jelas nggak mau tiba-tiba didatangi orang yang bilang: "Gue tahu loe suka xxx dan xxx di tempat tidur. Dasar nista!!!" Siapa elu coba ngejudge kehidupan pribadi gue??? Dan soal ngetawain, kita berdua akur kok ngetawain segala sesuatu yang aneh (termasuk diri kita sendiri), nggak cuma yang gemulai aja. Soal lirikan maut, maaf maaf saja ya tapi si Akang itu milik SAYA, oke. Apapun jenis kelamin dan perwujudannya, kalau ada yang berusaha menerabas properti saya pastinya saya wajib mengusir pengganggu itu.

Saya nggak ngerasa perlu menulis ini karena ceritanya saya liberal dan pendukung LGBT, karena LGBT golongan minoritas yang wajib dibela haknya. Nggak urusan. Sama seperti bila saya membela wanita karena wanita perlu diperjuangkan haknya. Lagi-lagi nggak urusan. Tiap manusia, catat, tiap manusia berhak mendapatkan haknya dan menjalankan kewajibannya. Saya nggak ngerasa perlu mendadak pake baju pelangi ala Gay Pride atau mengganti PP saya dengan tulisan "I Love LGBT!!". LGBT bukanlah sebab yang harus diperjuangkan, yang harus diperjuangkan adalah kesetaraan hak bagi setiap manusia, terlepas dari apa, siapa, dan pilihan mereka.

Mayoritas orang Indonesia mungkin nggak merasakan sengsaranya tertindas karena berbeda. Disini, paling tidak di media, umat Muslim dicurigai dan tidak disukai. Yah mirip-mirip LGBT atau Ahmadiyah atau Gafatar di Indonesia lah. Argumennya sama, sesuai kitab suci (baca: Alkitab) agama Islam itu salah dan biadab. Jaman dulu perkawinan campur pun dilarang, lagi-lagi dasarnya agama. Entah bagaimana ada ayat Alkitab yang (seolah) bilang bahwa orang kulit hitam itu tidak sepantasnya kawin dengan orang kulit hitam karena derajat mereka lebih rendah. Nggak enak lho jadi warga negara kelas dua begini. Atau seperti di India (dan mungkin Bali) dimana yang kasta rendah merasa wajib mengikuti dan melayani yang kasta tinggi. It's all wrong. Itu semua salah. Setiap manusia punya hak dan kewajibannya masing-masing. Yang menilai siapa mereka bukan kita, tapi Tuhan.

Kalau anda takut ke-gay-an itu menular, kalau anda risih dengan orang disekitar anda yang super gay, coba diskusikan baik-baik. Di PDKTin? Tolak saja. Kalau ada lawan jenis yang anda tidak suka PDKTin anda pasti anda tolak juga kan? Atau orang yang kelakuan dan gayanya ekstrim dan mengganggu stabilitas dan kenyamanan hidup anda. Kalau benar-benar ganggu (dan bukan anda yang sensi sendiri) anda berhak menegur dan mengingatkan. Para LGBT juga jangan emosi kalau diingatkan. Disini banyak banget yang "Oh kami didiskriminasi karena kami gay", padahal kalau ceritanya ditelusuri mereka didiskriminasi karena mereka reseh, dan orientasi seksual mereka nggak ada kaitannya. You don't get the all-you-can-whine pass just because you are different. Elu nggak bisa terus-terusan komplain dan minta perhatian ekstra hanya karena elu berbeda.

Nggak apa-apa kalau anda nggak suka LGBT. Nggak apa-apa kalau anda risih. Tapi jangan menghina atau merampas hak mereka karena orientasi seksual mereka. LGBT juga jangan sensi, bedakan antara tertindas dengan ketidaksukaan. Yang bukan LGBT juga berhak atas pendapat mereka toh? Mari kita hidup akur bersama.

1 comment:

  1. Menurut gw LGBT itu adalah mekanisme alam untuk menekan jumlah pertambahan populasi homo sapien yang meningkat drastis

    ReplyDelete

Search This Blog