AdSense Page Ads

Tuesday, July 19, 2011

Pergi Jauh wahai Teroris Emosi!!

2 hari ini saya terus diserang teroris emosi.

Capek.


Bila anda penasaran, teroris emosi adalah orang-orang yang meneror emosi anda. Biasanya karena dia tidak bahagia dengan dirinya sendiri, jadi sekalian bikin anda tidak bahagia juga, sekalian melampiaskan ke. Pernah ga tiba-tiba dibete-in teman padahal ga tau apa salah kita? Atau bos memaki seolah anda bikin bangkrut perusahaan padahal anda cuma lupa absen saat pulang? Itu dia para teroris emosi.


Siapa sih yang ga pernah emosi? Yang ga pernah marah dan merasa kesal akan sesuatu. Pasti semua orang pernah mengalaminya. Yang membedakan adalah cara orang menghadapinya. Ada yang menerimanya dan move on with their life, ada yang ga mau menerima dan justru melimpahkannya ke orang lain. 


Seorang teman saya memiliki siklus itu: 

1. dia marah akan sesuatu 

2. dia bersikap tidak menyenangkan pada teman-temannya (termasuk saya) >> teman-temannya akan marah padanya (termasuk saya, dan saat saya marah saya benar-benar setan)

3. dia akan meratapi nasib dan mencari perlindungan dari teman yang tidak (atau belum) marah, sambil berkata "Tega sekali dia sama saya….". 


Dia memang mendapatkan bantuan/dukungan yang ia harapkan, tapi masalah awalnya tidak selesai dan justru menambah masalah baru bagi teman-temannya. Nanti dia akan lupa, lalu semua damai sampai dia mendapat masalah baru lagi dan siklus ini berulang kembali. Capek. 


Satu hal yang pasti dalam hidup: masalah itu selalu ada. Itu yang membuat kita maju, itu yang membuat kita beradaptasi. Dulu SD masalahnya takut dapat nilai merah, SMA masalahnya takut ga dapat universitas unggulan, Kuliah masalahnya skripsi yang molor, kerja masalahnya sama teman dan bos, ga akan ada habisnya.  Dan kalau kita mau berhenti memikirkan masalah kita saja, kalau kita mau sadar hidup ini bukan sebuah film tentang kita saja (dan yang lain cuma pemeran figuran/numpang lewat), kita akan bisa menyadari bahwa masalah orang lain itu mungkin lebih berat daripada kita, dan/atau betapa baiknya Tuhan cuma memberikan masalah yang "ringan" pada kita.


Kenalan saya di FB hobi "sharing" di wall nya soal keluarganya, pekerjaannya, pembantunya, soal segala hal yang remeh deh. Saya jadi miris membandingkan dengan FB teman saya yang isinya menyenangkan padahal saya tahu dia single mother of three, atau teman lain yang rajin menyapa grup SMA kami dengan ramah padahal dia bermasalah dengan suaminya dan keluarganya. Begitu banyak orang yang hidupnya lebuh berat dari kenalan saya namun buat dia hidupnya yang paling sengsara. Yeah, right.


Semua orang punya masalah. Semua orang menganggap masalahnya lebih penting dari masalah orang lain. Saya pikir itu salah. Percaya deh, masalah anda tidak akan terlihat besar bila anda mengetahui ada yang lebih bermasalah dari anda. Sama seperti kekayaan anda tidak akan terlihat banyak bila anda mengetahui ada yang lebih kaya daripada anda. Kalau anda ga bisa secara yakin anda orang terkaya di dunia, kenapa anda bisa yakin anda orang tersengsara?


Jadi apa yang harus dilakukan biar kita tidak menjelma jadi teroris emosi? Buat saya, yang paling penting adalah menerima. Menerima dan mengakui kita punya masalah. Lalu memikirkan pemecahan masalah itu. Cuma ini yang bisa memutuskan siklus diatas, dan memastikan ga ada orang yang diam-diam jadi sangat mendendam pada anda. Pecahkan masalah anda sendiri dan jangan seret orang lain kedalamnya.


Ga ada yang bisa mencegah anda melarikan diri dari masalah anda, dan ga ada juga yang bisa mencegah anda melampiaskan ke orang lain, mencari pembenaran palsu dan dukungan yang salah arah. Tapi perbuatan dan perkataan itu permanen lho. Anda bisa menyesali apa yang anda katakan/anda perbuat di kemudian hari, tapi penyesalan anda tidak akan bisa membalik waktu, ga akan bisa mengobati luka hati orang. 


Silakan saja anda bilang "Saya tidak peduli!!", tapi biasanya pada akhirnya orang-orang yang berkata demikian justru akan peduli, akan marah saat tahu ia dibenci orang (padahal karena ulahnya sendiri). You decide. Anda yang putuskan. Tapi tolong jauh-jauh dari saya ya bila anda teroris emosi, saya ga pengen ketularan ;)

No comments:

Post a Comment

Search This Blog