#JejakDigital
Di Amerika kolom wedding announcement paling bergengsi mungkin punyanya New York Times.
Ibaratnya kalau orang tua bukan konglomerat atau si calon pengantin bukan jebolan private university macam Harvard Yale etc (full degree yaaaa, bukan sekedar numpang kursus) jangan harap dipertimbangkan. Jauh-jauh sana kaum missqueen.
Saga hari ini adalah cerita pasangan baru yang dipublish di kolom wedding ini... Dan ternyata saat mereka pacaran si mas masih kawin dengan mbak yang lain. Jeng jeng jeng.
Si mbak pun menuturkan ceritanya di media lain, di New York Post. Bahwa dia nggak tahu dia dicerai karena perempuan lain. Bahwa pas kolom NYT itu terbit semua teman dan kerabat minta dia jangan baca karena kasihan. Bahwa tanggal "First Date" pasangan ini yang dijadikan hiasan meja resepsi itu sebenarnya si Mbak masih menikah.
Drama. Skandal. Seru.
Bener deh, saya mah ga minat sama cerita ala Lambe Turah. Yang lintas publikasi international begini baru mantap. Membayangkan si mas jadi bulan-bulanan? Oh yessss..... #seruputtehpoci
Klarifikasi ya: saya nggak benci lelaki. Saya benci orang yang berselingkuh. Apalagi selingkuh bego begini. Rasanya saya pengen nanya dengan prihatin: "Kamu sehat??"
Merasa 'menang' itu membutakan lho. Banyak orang yang akhirnya meneruskan perselingkuhan karena nggak berani menghadapi pasangan asli. Saat mereka berani bilang, biasanya pasangan asli yang bertempur hingga akhir. Perjuangan lah intinya. Dan saat perjuangan itu berakhir dengan manisnya cinta (cie cie), rasanya selangit.
Masalahnya, norma dan hukuman masyarakat tidak berakhir dengan happily ever after kita. Angelina Jolie menikah dengan Brad Pitt lebih lama daripada Brad Pitt dengan Jennifer Anniston. Sampai sekarang tetap Angie yang dibilang homewrecker. Tetap Brad Pitt dianggap pria yang lemah iman.
Atau di Indonesia dengan Mulan Jameela dan Maia Estianty. Nggak akan sampai kapanpun Mulan akan dipanggil Bunda seperti Maia. Orang akan tetap mengernyit sinis mendengar namanya. Begitu pula dengan Dhani, walau dia sih untuk alasan berbeda ya.
Jaman dulu mah enak, tinggal pindah tempat tinggal dan bisa mulai dari nol. Jaman sekarang, pindah ke Kutub Utara pun jejak digital akan terus ikut. Cuitan satu dekade yang lalu masih bisa digali. Beda tanggal seperti cerita NY post diatas gampang dicari.
Tapi kan gapapaaaaaa. I winnnn. Gue menangggg. Yeah si mas juga berpikir begitu, dan sekarang mungkin dia sibuk di cancel klien-kliennya. Istri baru juga pasti kena hujat kanan kiri (makanya pleaaaase pikir-pikir kalau lelaki ganjen ria saat masih punya pasangan asli. Nggak worth it).
Di era digital ini, memelihara ketidakjujuran lebih repot daripada memelihara kejujuran. Salah omong sedikit, seperti si mas ini, langsung beresiko ketahuan dan bisa dimangsa netijen. Nggak posting apa-apapun masih bisa di tag, masih bisa foto beredar tanpa sepengetahuan kita. Masih bisa ketahuan kita tidak jujur.
Jangan telepon saja yang smart. Kita yang punya telepon juga mesti smart menggunakannya. Jangan posting atau mengirim pesan digital (tentang) sesuatu yang tidak bisa kita pertanggungjawabkan, atau yang berpotensi merugikan kita kedepannya. Ingat, nggak ada kerahasiaan di internet.
Yang cerdas ya mainnya mas mbak huhuhu. Semangat!
https://nypost.com/2020/08/29/i-found-out-my-ex-cheated-on-me-from-his-wedding-announcement/amp/
ReplyDelete