Teman saya bilang dia akan membiarkan calon istrinya mendekor apartemen baru mereka saat si mbak ini datang dari Meksiko. Pas mau kawin dulu saya juga dijanjikan hal yang sama. Nggak kejadian tapi hahaha.
Kalau inget itu suka sebal sendiri. Ya elu kan lelaki. Kalau mau cari yang bisa modal sendiri ya jangan cari mbak-mbak ga berduit dari negara terpencil. Terus kalau gue yang modal faedah loe apa?
Tapi mau argumen apapun, faktanya memang kita perempuan nggak boleh kawin kosong. Uang itu bargaining power banget. Kalau orang tua nggak mampu, kitanya yang mesti mampu.
Berapa dari kita yang disinisin keluarga calon karena finansial dibawah mereka? Ayo ngacung. Atau yang dianggap pekerjaannya kurang menjanjikan? Atau yang terus 'diingatkan': "Kamu jangan membebani suami".
Idealnya sih saling bantu. Suami mencari nafkah dan istri mengasuh anak. Jangan hitung-hitungan sama istri dan jangan cuek sama suami. Suami menopang keluarga dan istri memastikan rumah nyaman untuk suami. Idealnya.
Faktanya susu formula mahal cuy. Kontrakan juga ga murah. Belum lagi cicilan kartu kredit plus pinjaman lunak untuk biaya kawin gedong. Suami yang stres istri ga bisa bantu keuangan dan istri yang stres karena tangan terikat/ga mampu membantu.
Wanita yang mapan adalah wanita yang siap. Saat suami dipanggil, baik ke HadiratNya ataupun ke rumah perempuan lain, kesiapan finansial sang istri akan sangat berperan dalam menentukan ia hancur atau tegar.
Kita bisa lebih mudah pergi dari situasi yang menyakitkan saat kita tahu kita punya/mampu berdiri sendiri. Dan walau dunia serasa berakhir, tapi oh man steak ini enak banget dan baju baru gue juga keren abis.
Punya anak pun harus kita wanita yang siap membiayai kalau-kalau mendadak jadi yatim. Men are not a backup plan. Lelaki itu bukanlah rencana cadangan. Apalagi rencana utama.
Bahkan para istri karir pun harus cerdas mengelola uang. Walau sebagai istri karir yang kerjaannya mutlak menjadi istri/pacar/simpanan orang, tapi saat sudah nggak bisa berkarir lagi sebisa mungkin penghasilan tetap ada. Dari properti atau reksa dana misalnya.
Lalu setelah kita mapan nanti kita bisa beli lelaki. Hore!!! Ya nggaklah, dudul. Ngapain juga beli lelaki? Ada juga kita cari yang selevel. Rugi bandar turun derajat. Kasihan calon anak gue lah.
Ingat lho, pria yang mapan dan mampu menghargai wanita pasti mencari yang selevel, apalagi yang benar memikirkan yang terbaik untuk calon anaknya. [Lirikan maut pada Mark Zuckerberg dan Priscilla Chan].
Enak sih bilang "Atas nama cinta!" atau "Kita berjuang bersama, sayang!" tapi kenyataannya cinta nggak berpengaruh banyak saat kontrakan telat 2 bulan. Rasa benci dan muak pun semakin mengikis cinta itu. Life is hard when you are broke. Hidup itu susah saat elu bokek.
Ini bukan ajakan untuk jadi matre. Ini ajakan untuk memikirkan apa yang terbaik bagi diri kita wanita dan calon anak-anak kita. Kita wajib mapan bukan demi menjatuhkan patriarki, tapi mengamankan masa depan kita dan calon anak-anak kita.
Dan kalau si calon menganggap kita tidak menarik karena mapan dan berdikari, derita loe lah tong. Sana cari kerja yang benar. Jangan tarikan bajaj elu bandingin sama tarikan BMW.
No comments:
Post a Comment