Saya bangun jam 3 pagi hari ini membaca komentar di fesbuk saya tentang wanita berjilbab yang didiskriminasi di pesawat Delta Airlines. Pikiran langsung berputar merangkai kata-kata, mencoba menjelaskan pada dunia (baca: orang Indonesia) tentang kondisi yang sebenarnya di Amerika dan berusaha mengadvokasi tentang perbedaan antara diskriminasi dan free speech. Begitu suami saya bangun dan mulai bekerja di komputernya, saya pun bangun dan mulai mengetik artikel untuk blog ini. Alarm berbunyi sekali, menandakan sudah pukul lima pagi. Dua kali. Tiga kali. Sesudah alarm kertiga barulah saya tersentak sadar, saya belum memasak nasi untuk bekal suami ke kantor hari ini. Saya langsung mulai memasak nasi sementara suami saya bersiap untuk pergi ke kantor. Saat menunggu nasi matang saya menjadi emosi, merasa bersalah karena menelantarkan tugas saya sebagai istri hanya karena saya berusaha 'membetulkan dunia'. F*ck it. F*ck it all.
Buat saya, tujuan akhir manusia bukanlah surga sebagaimana yang ada dalam kitab suci yang selalu digambarkan sebagai tempat yang ajaib dan semuanya tersedia untuk manusia. Tujuan akhir manusia adalah kedamaian sejati. Kalau cuma surga sebenarnya sudah ada di dunia ini, tergantung kita bisa melihatnya atau tidak. Seseorang yang hatinya lapang dan damai selalu bisa melihat hal yang indah dari semua aspek yang ada di dunia ini, jadi buat dia ya dunia ini surga. Sebaliknya, yang sibuk parno dan penuh pikiran negatif pasti merasa dunia ini mengerikan seperti neraka. Inilah sebabnya di blog ini saya berusaha membuat para pembaca saya bisa melihat dan mengerti sisi lain dari berbagai permasalahan di dunia, karena pengertian adalah jalan untuk penerimaan, yang kemudian akan berujung pada kedamaian.
Tapi saya bisa bilang apa kalau begitu ada berita seperti diatas semua orang langsung me-like dan men-share tanpa repot-repot mengecek laporan yang lebih lengkap dari media Amerika, karena Youtube bukanlah sumber yang lengkap terpercaya. Di berita itu sendiri tidak ada kata-kata bahwa ia dipindah karena jilbabnya. Padahal cuma perlu semenit untuk meng-google cerita aslinya, dimana sebenarnya penumpang lain sudah protes akan tindakan pramugari tersebut dan banyak komentator yang juga setuju bahwa tindakan tersebut tidak benar. Padahal bila baca cerita aslinya kita akan ngeh bahwa ada ketidaksesuaian antara cerita versi Bahasa Indonesia dan versi Bahasa Inggris yang saya duga dikarenakan terjemahan yang salah. Misalnya saja di artikel Indonesia dikatakan "Itu benar-benar waktu yang sangat buruk. Aku merasa tidak ada persatuan di sana," sementara aslinya wanita ini berkata: “As bad as that moment was, I did feel a lot of unity,”
Diskriminasi adalah sesuatu yang bisa disembuhkan secara paksa. Setidaknya di Amerika sini. Walau seolah kaum minoritas tersiksa dan terinjak disini, sebenarnya hukum anti-diskriminasi di Amerika sangat ketat dan orang tidak bisa semena-mena mendiskriminasi atau mengharrassed/mengganggu orang lain. Kirim CV saja disini dianjurkan tidak memakai foto kok, agar tidak jadi sumber diskriminasi. Itu juga sebabnya orang diatas 40-50 tahun masih bisa melamar pekerjaan disini, padahal di Indonesia lowongan kerja di koran biasanya minta maksimal berumur 25 tahun untuk wanita. Dengan hukum dan penegakan hukum yang kuat, diskriminasi adalah penyakit sosial yang bisa dipaksa untuk disembuhkan. Sayangnya ignorance atau ketidakpedulian lain cerita.
Seperti saya bilang diatas, tidak perlu waktu lama untuk melacak cerita aslinya. Tapi orang Indonesia begitu baca judul yang bombastis (dan bahkan tidak repot-repot membaca isi ceritanya) langsung: "Saudara kita ditindas!!!" Konon katanya cuma orang Amerika yang ignorant, tapi ternyata orang Indonesia juga. Berita ini bahkan tidak masuk national news apapun di Amerika, yang berarti tindakan pramugari tersebut dianggap oke dan tidak ada diskriminasi yang terjadi. Saya tahu karena saya selalu memantau berita. I am a news junkie. Diskriminasi sekecil apapun selalu menjadi berita disini, dan kalau memang benar hal tersebut 'separah' yang diceritakan wanita ini, pastinya media nasional langsung menerkam berita ini karena menjual. Bukankah penembakan di Chapel Hill menjadi berita karena korbannya muslim yang berjilbab? Bila sampai tidak ada di national news berarti memang kejadiannya tidak sebombastis isi berita tersebut karena kantor berita disini tidak bisa sembarangan menerbitkan berita agar tidak dituduh mencemarkan nama baik.
Ketidakpedulian juga menyebabkan orang Indonesia menjadi makanan empuk untuk clickbait/penyebar berita bombastis begini. Pernahkah anda dengar soal acara Good Muslim and Bad Muslim? Tidak pernah kan, karena hal ini tidak menjual dan tambah lagi komediannya lumayan liberal. Padahal mereka mencoba menjernihkan nama Islam, dan cara mereka mungkin lebih baik daripada sekedar sharing berita dan bilang "Kita ditindas!!". Kalau memang anda khawatir, anda tinggal pantau terus berita dari Amerika kok. Pilih berita dari sumber yang terpercaya karena mereka harus menyajikan fakta, dan jangan malah mandek di artikel kecil-kecil yang mungkin tidak lengkap beritanya dan tidak ada cek dan riceknya. Tanya-tanya pada orang yang tinggal di luar negeri (baca: Amerika) apa iya muslim ditindas, segampang tanya ke orang yang tinggal di Bali apa iya dilarang pakai jilbab di Bali. Teman Indonesia saya yang berjilbab disini bisa mendapat gaji dua kali lipat daripada gaji saya lho, plus asuransi kesehatan dan berbagai hal menyenangkan lainnya karena dia memang kompeten. Kalau berjilbab sama dengan ditindas tentunya dia tidak bisa mendapatkan hal itu bukan? Riset sedikit tentang hukum diskriminasi di Amerika, dan coba mengerti bedanya di-diskriminasi, di-harrassed, dan tersinggung gara-gara orang lain menggunakan hak free speech mereka. Bedakan antara ditindas karena agama vs dianggap berbeda maka diperlakukan berbeda. Coba mengerti bahwa walau mungkin anda merasa anda berhak untuk memeluk agama anda, orang lain juga berhak untuk berpendapat berbeda.
Tapi itu semua butuh waktu. Lebih gampang untuk klik like dan share dan komen bahwa anda mendukung saudara seagama anda. Padahal wanita itu marah karena ia merasa tidak dianggap sebagai orang Amerika dengan jilbabnya, bukan karena ia dilarang memakai jilbab. Bukan karena "This is America, don't use your Hijab" tapi karena "You are not American because you are using a Hijab". Lebih gampang untuk marah dan berteriak "Diskriminasi!" daripada melihat kedalam diri kita sendiri yang mengernyit jijik saat melihat pelacur di malam hari atau abang-abang mikrolet yang tidur di dalam kendaraannya. Lebih gampang untuk menshare dan menginginkan dunia tahu bahwa telah terjadi ketidakadilan walaupun dengan tangan dan media sosial yang sama anda melakukan ketidakadilan dengan menshare himbauan untuk tidak terlibat dengan kaum kafir, yang notabene diskriminasi juga. Lebih gampang untuk melihat dunia dari mata seorang martir yang selalu dizholimi dan tertindas daripada berusaha melihat sisi lain dari sebuah masalah.
Mau bagaimana lagi? Ini pilihan anda. Anda bisa mencari tahu, mengerti, dan menerima (yang akan berujung pada kedamaian); tapi anda memilih untuk berkeras melihat yang buruk dan merasa tertindas. Selamat ya, hidup di neraka dunia.
FYI, semua manusia pada dasarnya tertindas. Semua manusia pada dasarnya merasa dirinya yang paling benar. Semua manusia pada dasarnya egois. Kuatnya payung hukum di Amerika membuka mata saya bahwa tiap orang berhak berpendapat dan pendapat mereka sama nilainya. Anda menganggap agama anda paling baik? Orang lain berhak berpendapat bahwa diet vegan gluten free adalah yang paling baik. Atau mengadopsi dan memiliki anjing peliharaan adalah yang paling baik. Setiap orang di Amerika berhak memiliki pendapatnya masing-masing, dan mereka sangat menghargai pendapat pribadi mereka. Anda boleh berpikir agama tidak bisa disamakan dengan jenis diet, tapi pencinta diet juga akan berpikir hal yang sama tentang agama anda walau dengan alasan yang berbeda. Blasphemy kata anda, penghinaan terhadap agama menurut anda, tapi fair is fair. Anda tentunya tidak berharap anda diistimewakan karena agama anda bukan? Karena bila ya, itu sebenarnya bentuk diskriminasi. Kalau anda melihat video wanita tersebut dan merasa marah dan berkata 'mereka tidak berhak melakukan itu terhadap wanita tersebut!', tolong diingat bahwa anda juga tidak berhak melakukan diskriminasi dengan menganggap anda lebih tinggi dari orang lain. Yang fair sajalah.