"Dayu ga boleh pusing-pusing lagi ya..." kata seorang teman saya di telepon.
Saya sedang pusing sekali saat itu, dealing sama klien dan sama bos, pokoknya mumet banget sampai ga bisa tidur. And then he called and say the words that I wanted to hear...
Tenang, ini bukan cerita roman picisan kok, bahkan bukan roman sama sekali :D
Kalau ditanya, apa yang paling berharga buat diri anda? Harta benda? kekasih? anak/saudara/keluarga? Banyak jawabannya.
Kalau pertanyaannya diganti, apa yang paling harus didahulukan dan dibahagiakan? Apakah jawabannya akan sama dengan yang diatas? Buat penggemar setia CLAMP, pertanyaan ini ada dalam salah satu komik mereka. Jawabannya, yang harus dipentingkan, didahulukan dan dibahagiakan pertama adalah diri sendiri. Perlu di note bahwa didahulukan etc disini bukan berarti kita boleh semena-mena seenaknya sendiri (me important, saya penting!), justru harus berusaha mendahulukan diri sendiri demi orang/barang yang berharga buat kita...
Logikanya adalah, kalau kita tidak bahagia, bagaimana bisa membahagiakan orang lain? Kalau kita tidak menjaga diri, bagaimana bisa menjaga orang lain? Ini tampak irasional memang, dimana-mana first thing's first, dahuluin yang utama. Namun coba deh berpikir dengan logika ini. Berusaha menyenangkan pacar yang minta ditemenin jalan-jalan padahal badan lagi sakit, akhirnya besoknya beneran ambruk dan ga sanggup nolongin dia saat benar-benar perlu. Berusaha bersikap royal (dan loyal) sama keluarga padahal ga ada budget, akhirnya malah susah sendiri dan ga bisa ngasi saat bener-bener butuh, atau lebih buruk lagi, akhirnya malah balik minta bantuan keluarga. Susah kan kalau terlalu "ga egois" begini??
Coba juga berpikir, kalau kita segitu sayangnya sama sesuatu (atau seseorang) sampai kita ga pengen dia sakit/menderita, bukankah wajar bila ada orang yang merasa seperti itu juga terhadap kita? Saya menyadari hal ini saat saya baru putus dengan kekasih saya. Teman baik saya, melihat saya zombie-mode yang dipasangin keran air yang (nangis melulu), tiba-tiba memeluk saya dan menangis lebih sedih lagi, "Dayu ga boleh begini, aku sedih ngeliat Dayu begini...". Saat itu saya benar-benar sadar, saya bukan hanya milik diri saya sendiri dan Tuhan. Saya juga milik orang-orang yang menyayangi saya. Dan ya, ga adil kalau saya drama mode dan histeris dan membuat mereka jadi panik/sedih juga.
Saya berusaha mengutamakan diri saya sendiri, karena bila terjadi sesuatu terhadap saya maka saya pun tak bisa menjaga orang-orang yang saya cintai. Akan ada masa dimana saya harus mengambil risiko dan melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan diri saya, namun hanya bila itu adalah satu-satunya cara, dan saya tahu ada yang bisa menjaga mereka dengan lebih baik. Maybe I'm crazy, tapi saya ga bisa dan ga mau melihat orang yang saya cintai terluka, dan yeah, mereka akan terluka bila saya terluka. So yeah, take good care of yourself, folks!
No comments:
Post a Comment