AdSense Page Ads

Friday, May 27, 2011

Dan Hasil Tes Saya Adalah....

Adakah diantara para pembaca budiman yang sudah melakukan tes HIV? Eits, tunggu dulu. Sebelum anda menutup jendela blog dengan emosi sambil ngomel "Saya bukan gay atau pemakai! Ga pernah seks bebas juga!", mungkin ada baiknya ngeh kalau HIV bisa kena ke siapa saja lho, termasuk tenaga medis dan orang yang "bersih". Tapi tenang, tesnya gampang kok :)



Waktu saya membulatkan hati untuk mengikuti VCT (konseling dan tes HIV sukarela) rasanya berat banget. Padahal wajar banget saya tes, karena saya pun pernah di bidang medis dan dengan demikian memiliki resiko terkena HIV tersebut. Bolak-balik saya berpikir, lebih baik pura-pura nggak tahu atau mending nekat cari tahu. Lalu saya memutuskan, saya tidak mau nanti keluarga saya tahu belakangan dari dokter atau surat kematian saya (lebay.com), jadilah saya mencari konseling.

Saat saya mencari konseling pun saya merahasiakannya benar-benar. Mulai dari e-mail yang saya buat khusus, nomor telepon yang saya beli khusus, sampai mengganti nama saya. Entah kenapa saya parno sekali dan tidak bisa lepas dari pikiran "Orang HIV/AIDS itu dianggap 'kotor'". Karena satu dan lain hal, saya terus tidak bisa melakukan konseling face-to-face, cuma bisa lewat telepon dan e-mail. Ini ga berguna sama sekali, pikir saya. Namun dengan berkat Tuhan saya akhirnya bertemu dengan konselor yang tepat. Yipeee!



Konselor saya menjelaskan bahwa tertular HIV dan terkena AIDS bukanlah akhir segalanya. Beliau menjelaskan bahwa AIDS memang penyakit yang mematikan dan membuat kita tergantung pada obat, namun bukankah diabetes atau kanker juga hal yang sama? Saya terdiam. It all makes sense. Saya pribadi pun lebih takut memiliki anak di luar nikah daripada AIDS, karena tanggung jawabnya baik ke Tuhan maupun keluarga akan lebih berat. Konselor saya lalu menjelaskan tentang kehidupan setelah didiagnosa tertular HIV, yang sebenarnya sama saja dengan kehidupan normal namun lumayan drug dependent, jadi ga ada bedanya dengan diabetes atau kanker.

Konseling normal biasanya berlangsung beberapa kali pertemuan, sampai klien merasa benar-benar siap. Terlepas dari fakta mengenai HIV/AIDS, orang tetap menganggap HIV/AIDS sebagai musibah, 'kotor', 'hukuman Tuhan', dan stigma ini yang sebenarnya lebih memberatkan dari penyakit itu sendiri. Karena saya sudah mengerti semua yang dipaparkan konselor saya, dan saya berpikir tidak ada bedanya saya tes sekarang atau 3 tahun lagi, jadilah saya dites hari itu juga. Saya siap, batin saya. (walaupun sempat terlintas berbagai rencana absurd/fantastis untuk menghilangkan jejak penyakit saya, termasuk kabur ke pedalaman pulau terpencil saat penyakit saya sudah parah agar tidak diketahui keluarga saya. Yeah, saya terlalu banyak baca buku LOL)

Keesokan paginya saya duduk manis di depan konselor saya, sementara jantung saya rasanya ingin melompat keluar dari dada saya. Beliau tersenyum dan membuka kertas tersebut. Hasilnya adalah..... positif.

Yup, saya positif tidak terkena HIV alias hasil tes saya adalah negatif ;). Maaf agak drama hehehe. Namun saya tetap diminta menjalani tes yang kedua 3 bulan kemudian, untuk meyakinkan bahwa saya benar-benar bersih.

3 bulan kemudian konselor saya mengucapkan selamat tinggal pada saya, karena hasil tes saya yang kedua pun negatif sehingga saya sudah dianggap "bersih". Saya nyengir bodoh dan berkata pada beliau, "Semoga saya akan bertemu dengan ibu lagi, namun tidak di ruang konsultasi ini." I've learn my lesson.

Kenapa saya repot-repot menceritakan ini pada anda? Karena saya ingin lebih banyak orang yang tahu bahwa tes HIV itu luar biasa mudah. Ini penting karena anda sangat mungkin tertular HIV. Dengan tingginya tingkat hubungan seksual dewasa ini (baik dibawah umur maupun dewasa,pacar/pasangan resmi atau HTS atau TTM atau dengan pekerja seks laki-laki dan perempuan); serta rendahnya tingkat kesetiaan (terimakasih untuk sinetron dan lagu yang tidak mendidik), risiko seseorang terkena HIV menurut saya lumayan besar. Itu baru dari soal hubungan, belum lagi dari pemakaian narkoba, dari transfusi darah/organ, dari ibu melahirkan, dari berbagai faktor sebenarnya.



Paling aman tentunya bersikap setia pada pasangan, dan jujur pada diri masing-masing, plus melakukan tindakan pengamanan yang diperlukan. Bila merasa pernah memiliki faktor risiko (relawan untuk rehabilitasi narkoba, tenaga medis di pusat HIV, etc - ga cuma yang jelek jelek aja lho hehehe),lakukan tes HIV tersebut bersama-sama, dan ulangi lagi 3 bulan kemudian, lalu bila keduanya negatif jauhi faktor risiko tersebut. Ini bukan hanya demi anda sendiri, namun juga bagi orang lain. Bila anda tidak sadar terkena HIV, pasangan adna atau orang lain bisa tertular juga lho. FYI, ada kasus dimana seorang pasien tertular HIV dari organ yang didonorkan padanya. Ternyata donor organnya waktu dites memang HIV negatif, namun 10 bulan sebelum mendonorkan ia sempat melakukan kegiatan risiko tinggi dan tidak mengetes ulang. Menyeramkan sekali bukan?

Buat pembaca Denpasar yang ingin melakukan VCT, bisa menghubungi klinik Merpati di RSUD Wangaya, ataupun di RSUD Sanglah. Di tiap RSUD biasanya ada klinik VCT ini, atau coba kontak ke kantor BKKBN terdekat. Yang saya rasakan, kerahasiaan benar-benar terjamin dan kita memiliki hak untuk mundur dari terapi (bila anda merasa tidak cocok dengan konselor anda). Yang penting sih menurut saya kejujuran dari dalam diri kita sendiri, untuk menerima bilamana kita memang punya faktor risiko. Karena dalam kasus HIV/AIDS yang serba tertutup, penyebaran diam-diam ini jauh lebih membahayakan. Jadi kuatkan diri anda, dan selamat mencoba :)

Campaign poster by http://nicoledhughes.blogspot.com/
2015 awareness poster from Flickr.com
Aldoxtina campaign from adland.tv

Monday, May 23, 2011

Aturan 10,000 Jam

"The key to success in any field is, to a large extent, a matter of practicing a specific task for a total of around 10,000 hours."

Apa persamaan Beatles (band super terkenal dari Inggris) dan Bill Gates (pendiri Microsoft)? Selain sama-sama sukses dan sama-sama luar biasa kaya, dan sama-sama dianggap "dewa" di bidangnya?
Mereka sama-sama berjuang dan berlatih selama lebih dari 10,000 jam di bidangnya. Hal ini yang kemudian menentukan kesuksesan mereka dan tentunya, kekayaan mereka yang melimpah ruah.
Waktu belum terkenal, The Beatles bermain di Hamburg, Jerman selama lebih dari 1200 kali, selama kurang lebih 8 jam sekali manggung. Bill Gates sudah mulai memprogram komputer dari umur 13 tahun dengan komputer SMP nya, dan saat dia dropout kuliah untuk mendirikan Microsoft dia sudah mengerjakan program komputer selama 10,000 jam.



Ini boleh dipercaya atau tidak, namun sementara mari kita beranggapan bahwa ini benar adanya. Seperti kata pepatah, practice make perfect.
Bila kita berasumsi ini benar, maka apa yang bisa kita lakukan untuk menjadi master/ahli/sukses dibidang kita? Ya itu tadi, mengerjakan hal yang sama selama 10,000 jam. Berarti untuk jadi sales yang baik perlu 10,000 jam melayani customer, untuk jadi fotografer/videografer yang hebat perlu 10,000 jam menggunakan kamera, untuk jadi editor handal perlu 10,000 jam mengedit.

Kedengarannya banyak ya? Sebenarnya nggak juga. Andaikan kerja selama 8 jam perhari, 25 hari per bulan, maka hanya dibutuhkan waktu 4 tahun lebih sedikit untuk menjadi ahli di bidang pekerjaan anda sekarang.
Ok, mungkin anda tidak terlalu suka dengan pekerjaan anda yang sekarang karena lebih suka pekerjaan sebagai pesulap (misalnya). Tidak ada larangan bagi Anda bisa berlatih menjadi pesulap, dan saat mendekati 10,000 jam saya yakin anda sudah (nyaris) menjadi pesulap handal. Tapi bila anda masih stuck dengan pekerjaan anda skarang, kenapa tidak melakukannya dengan maksimal? Dalam 4 tahun lebih sedikit anda bisa menjadi ahli dan (sangat mungkin) sukses di bidang tersebut, plus ahli dalam bidang sulap (bila anda juga berlatih 8 jam/hari, 25 hari/bulan). Double Success ceritanya.

Sebaliknya, 10,000 jam melakukan hal yang "sedang-sedang" saja maka akan melakukan hasil yang "sedang-sedang" saja. 10,000 jam mengasah kemampuan bersantai anda maka akan menghasilkan "ahli bersantai" (terdengar seperti Nobita nya Doraemon hehehe). Jadi kenapa tidak melakukan yang terbaik di bidang pekerjaan anda dan mendapatkan hasil maksimal? Think big, aim high. Berpikirlah hal-hal yang besar, dan incarlah sesuatu yang hebat. Toh anda ga rugi apa-apa. Semakin ahli anda maka semakin mudah pekerjaan anda, dan semakin berharga "nilai diri" anda. Percaya deh, mutu kehidupan pun akan meningkat ;)

Seperti dalam General Meeting terakhir, anda "besok" adalah anda "sekarang", karena "besok" pada hari nya akan menjadi "sekarang". Jadi jangan buang waktu lagi. Mulai target 10,000 jam anda sekarang :).

NOTE: Many thanks to HRD kantor saya yang sudah mengijinkan saya share salah satu "internal employment motivation note" ini. It's a gem!

*Picture taken from acus.org

Monday, May 16, 2011

Perang (Komen) di Dunia Maya? Hare Gene...

Pernah ga balas-balasan komen sama orang yang anda ga kenal di twitter atau FB? Pasti pernah kan :)

Teman saya post status yang cukup mengundang untuk dikomentari. Ada yang pro, ada yang kontra (atau lebih tepatnya menganjurkan untuk tidak berpihak). Entah kenapa malah jadi panjang komen-komennya dan ketiga kubu (pro, kontra, tidak memihak)sibuk serang satu sama lain. Padahal yang komen (hampir) ga saling kenal sama sekali. Bingung? Oke, anggap anda teman kantor saya, anda pasti tidak kenal teman SMA saya, ataupun temannya pasangan saya. Tapi kalian semua berdebat (dengan komen) di status saya. Terdengar aneh kan?



Pasti ada beberapa yang bilang ini normal. Nggak juga sih, karena saya yakin kalau semua "teman" berkumpul, dan saya mengajukan pendapat yang, erm, provokatif, belum tentu "teman" saya akan berani menyatakan pendapatnya. Bukan ga mungkin, tapi lebih kecil kemungkinannya dan pasti akan dipikirkan dengan baik-baik daripada salah ngomong dan jadi ga enak akhirnya. Terus (sebenarnya) apa bedanya kalau menyatakan pendapat di internet?

Ini bukan hanya terjadi di status teman saya sih, saya juga pernah mendapat serangan dan cercaan di sebuah tweet saya yang cukup menusuk, walhasil saya dimaki-maki sama mbak-mbak yang saya ga kenal. Buat orang lain mungkin Internet dianggap "membebaskan" karena mereka jadi bebas menyatakan pendapat, buat saya it's plain chicken. Jangan pernah komen sesuatu yang ga akan sanggup anda katakan secara langsung/face to face.

Yang bikin saya jengah juga saling serangnya, kaya kenal aja. Pihak A terus menyatakan pendapatnya dan terang-terangan menuding pihak lain salah, pihak-pihak lainnya juga ikutan menuding dan seterusnya. Jadi perang deh. Jujur, saya sampai sempet menyesal ikutan komen. Kita kan sama-sama menyatakan pendapat, kenapa harus maksain bahwa pendapat mereka yang benar? "Benar" itu relatif lho, kalau ga percaya baca buku sejarah yang berubah tergantung siapa yang nulis. Cuma Tuhan yang tau benar atau salah yang mutlak. Lagipula, yang "benar" pun ga dapat hadiah kok, ga menang jalan-jalan keliling dunia, terdengar aneh untuk maksain hal itu :D.



Terkadang saya merasa pake Internet sucks karena saya harus dealing sama hal ini: Komen-komen atau status-status yang ga jelas dan belum tentu berani dipertanggungjawabkan. Postingan-postingan negatif yang belum tentu ada maknanya (jadi buat apa di share coba??). Bener lho, saat saya merayakan Nyepi dan saat saya kehabisan pulsa merupakan saat yang amat membebaskan buat saya, karena saya tidak perlu melihat komen/status/postingan yang berpotensi merusak hari saya (walau tidak ditujukan buat saya). Tapi 90% teman saya cuma bisa saya kontak di FB, so be it :'(

Bukankah menyenangkan ya kalau kita bisa pakai Internet sebagaimana di dunia nyata. Kita akan bisa berinteraksi dengan lebih aman (kalau kita ga mau diajak ngobrol 2-3 jam oleh orang ga dikenal di dunia nyata, kenapa kita mau melakukannya di chatting?); Kita akan bisa berinteraksi dengan lebih beradab (kalau kita ga akan menyebut seorang wanita JELEK di depannya langsung, kenapa kita bisa melakukan hal itu di FB?); Kita akan bisa berinteraksi dengan lebih nyata (kalau kita mau menoba membaca bahasa tubuh lawan debat kita agar mengerti apa yang ia bicarakan, kenapa harus membabibuta tak mau mendengar penjelasan di forum internet?)

Kayanya yang paling aman buat saya adalah saya ga usah ikutan komen/post/share apapun lagi kalau berpotensi bikin orang ga enak dan/atau ga berguna bagi yang membaca. Easier said than done sih, bahkan bila saya post announcement tentang playboy berbahaya pasti banyak orang yang tetap akan tersinggung (e.g. pacar-pacarnya atau keluarganya). Saya cuma bisa berpikir masak-masak sebelum saya menulis/share sesuatu di Internet, dan berpikir lagi dengan matang sebelum saya menekan tombol "sent/share/post" tersebut. Dunia mungkin tempat yang menyebalkan, tapi bukan berarti saya harus ikutan menyebalkan kan?

*berharap postingan ini pun tidak (terlalu banyak) menyinggung orang dan sepenuhnya bisa berguna.

NOTE: cartoon image from http://www.cartoonstock.com, girl image from http://www.rebelliousarabgirl.net/2008/04/16/silent-until-further-notice/

Search This Blog