A little bit of this, a little bit of that, and all the things the cat sees along her way
AdSense Page Ads
Thursday, October 19, 2017
Bukan Salah Anda
Tuesday, October 17, 2017
Me, Too
Thursday, October 12, 2017
Cinta Dalam Sepotong Beha
Saya tuh paling hobi belanja daleman. Terutama beha, apalagi disini kalau lagi sale bisa cuma $8. Biar saya belanja merk Victoria Secret atau La Senza, nggak pernah seingat saya beli yang harganya diatas $15. Model dan warnanya pun beragam, mulai yang biasa, yang ceria, sampai yang siap tarung (#aww).
Tapi saya nggak selalu seperti ini. Waktu masih di Indonesia punya satu dua jeroan yang seksi, tapi hampir semua 'normal'. Sesuai budget dan sesuai kebutuhan, titik. Setelah di Amerika pun, karena masih bergantung pada si mantan, tahu diri nggak minta macam-macam. Cukup yang ada saja. Toh nggak ada yang lihat.
Namun setelah saya berpisah dengan si mantan, saya memberanikan diri melirik VS. Belanja pertama masih polos, barang yang dibeli nggak diskon-diskon amat dan tampilan masih "normal". Belanja-belanja berikutnya perlahan menggila, renda dan tali saling silang dimana-mana hahaha. Sekali beli cuma 1-2 potong, tapi karena sale nya bisa 2-3 bulan sekali...
Tapi ini lebih dari sekedar beha. Walau nggak terlihat, namun secarik kain ini memberikan rasa nyaman dan kepercayaan diri untuk saya. Ini lho saya. Saya yang kuat. Saya yang seksi. Saya yang menarik. Baju luar boleh cuek, tapi isi dalam sangat 'saya'. Untuk pertama kalinya saya menerima diri saya apa adanya. Dan ya, mulai mencintai diri saya sendiri.
Langkah berikutnya: baju. Mulailah saya membeli baju-baju yang saya sukai. Lalu makeup. Mulailah saya merias diri. Lebih cermat memperharum diri. Seiring dengan perkembangan kepercayaan diri saya, saya terlihat semakin menarik, dan lebih mampu memilih dan memilah calon pasangan. Saya bukan yang dulu lagi. Saya tidak keberatan jomblo sampai mendapat yang sesuai standar saya.
Dan semua ini terjadi karena beha.
Tiap orang punya sesuatu yang mendefinisikan dirinya, sesuatu yang sangat ia sukai sehingga walau besok kiamat pun ia akan oke saja selama ia masih memiliki benda itu. Buat saya, beha. Buat teman saya, karir menarinya. Teman yang lain, meditasinya. Ada yang 'pegangan'nya sepatu atau tas. Ada yang senang gelang atau per-akik-an.
Semua orang punya benda seperti ini, tapi tidak semua orang tahu atau ngeh benda apa yang dimaksud. Kadang nafsu juga disalah artikan sebagai zona nyaman, yang mengkoleksi barang hanya agar bisa berkata: "Gue mampu lohhh..." Atau sebaliknya, menolaknya karena merasa ada yang lebih penting.
Hidup itu... Berat. Kalau ringan namanya gulali. Dalam ketergesaan dan ke-stres-an kita dalam hidup, tak jarang kita menafikan bagian dari diri kita, apalagi ditambah tekanan masyarakat yang "Loe harusnya..." Lalu di penghujung hari kita merasa tersesat, merasa bingung, merasa tak tahu arah. Bagaimana kita bisa menavigasi di dunia yang riuh, bila kita sendiri tak tahu siapa diri kita, tak nyaman dengan siapa kita?
Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, dan kita tidak mencari sekedar pelipur lara laksana alkohol dan candu. Yang kita cari adalah sesuatu yang sangat 'anda', sesuatu yang membuat anda nyaman dan mencintai diri anda sendiri, sesuatu yang akan menjadi jangkar kokoh anda disaat lautan mengganas agar anda tak lagi kehilangan diri anda.
Kepercayaan diri dan rasa nyaman dengan diri sendiri adalah investasi yang terbaik yang bisa anda berikan untuk diri anda dan orang-orang disekitar anda. Selama anda mampu, tidak ada salahnya memiliki sesuatu yang membuat anda nyaman dan pede, untuk mengingatkan diri anda: "You are worth it". Nggak ada operasi plastik yang bisa menyamai binar di wajah seseorang yang sadar dirinya berharga.
Hidup ini rumit. Kadang lebih gampang setel mode otomatis dan menurut apa kata orang. Tapi kita kan bukan sapi atau bebek yang tinggal ikut apa kata gembala. Kita manusia yang memiliki naluri untuk maju, untuk berkembang. Kita bukan sekedar bunga dandelion yang terlupakan di halaman rumah, kita adalah mawar yang merona ganas, melati yang harum semerbak, anggrek indah nan eksotis.
Dunia terus berputar, dan perubahan terus terjadi. Apakah yang kita inginkan dari dunia? Apakah yang kita inginkan dari diri kita sendiri? Karena diam bukan lagi sebuah pilihan. Anak cucu kita bergantung pada kita untuk memberikan mereka dunia yang aman dan baik untuk mereka. Kita pun harus berani bertanggung jawab untuk memajukan diri kita sendiri.
Carilah 'cinta' itu didalam diri, carilah jangkar yang akan melabuhkan anda. Pupuk bibit itu lalu rangkullah diri anda sendiri. Dan mekarlah, pembaca tersayang. Mekarlah dengan sempurna dan percantik dunia yang begitu menakutkan ini. Jadilah oasis penyegar di bumi yang panas ini. Bagaimana anda bisa mencintai orang lain dan dunia bila anda tidak mencintai diri anda sendiri? Bersinarlah, pembaca-pembaca saya. Bersinarlah.
Monday, October 9, 2017
On The Altar of God I Kneeled
Sunday, October 8, 2017
Bukan Cinta
Thursday, October 5, 2017
Ibunda Dan Ayahanda
Tuesday, October 3, 2017
Dear, Mantan Tersayang
ini ceritanya, jadi saya tuh punya buku. Bikin buku. Well, sebenarnya tim penerbit dari Grasindo yang membuat bukunya, tugas saya memasukkan dan menyusun transkripnya. Berkat kinerja kita bersama (#Jyahhh) jadilah buku ini yang cantik, warna-warni, seru, enak dibaca, dan yang paling penting: Bermanfaat!
Seriusan. Walau judulnya "Dear, Mantan Tersayang", memang anda pikir saya cuma bakalan nyampah menghina-dina mantan saya? Ish… Kalau iya dari awal kan saya nyampah aja ya, seperti banyak 'seleb' sosmed yang beken karena tulisannya yang (uhuk-uhuk) sakit. Tapi ini bukan soal nyampah. Ini bukan soal "Liat gue, kasihanin gue". Ini tentang move on, tentang lepas dari masa lalu. Ini tentang kemampuan untuk bersuara.
Waktu tulisan saya viral, banyak lho yang mengingatkan saya: "Jangan buka aib". Sampai sekarang buku ini terbit, lebih heboh teman-teman saya disini (yang nggak bisa baca bukunya karena nggak ngerti Bahasa Indonesia) daripada mayoritas teman-teman saya di Indonesia. Beberapa teman dan satu-dua keluarga malah pura-pura nggak ngeh buku ini terbit. Pas saya curhat, jawabannya selalu sama: "Yah mungkin karena isinya" . Wait, tapi isinya itu self-improvement…
Kalau kata orang jangan menilai buku dari covernya, mungkin ini kasus yang lumayan telak hahaha. Padahal isi buku saya itu bagaimana mencintai diri sendiri, bagaimana mencintai seseorang dengan sepantasnya, bagaimana mendapatkan/membina hubungan yang sehat, dan sebagainya. Bukan karena saya jadi viral berkat menulis tentang selingkuhan suami saya lalu itu saja yang saya tulis. Yang rajin mantengin/baca tulisan saya di Fesbuk pasti tahu, karena saya membahas berbagai hal.
Disisi lain, inilah wajah sebenarnya di Indonesia, dimana perceraian dan (atau) kegagalan hubungan dianggap tabu dibicarakan, dianggap memalukan. Setelah tulisan saya viral, sekian banyak orang mendadak menghubungi di social media dan curhat syalala. Yang bisa saya bantu, saya bantu lho. Namun saya tetap shock. Ternyata sebegitu perlunya sosok seseorang yang mau mendengarkan dan tidak menghakimi. Gimana nggak, saat sepupu laki-laki saya membeli buku ini si mbak SPG toko buku mesem-mesem melihatnya. Udahan kali menghakiminya.
Buku ini peluk erat saya bagi semua orang yang sedang atau pernah dirundung kesedihan dalam hubungan. You are worth it. Kamu itu berharga. Kegagalan dalam hubungan bukanlah akhir dunia. Baca buku saya dan mengerti kalau kamu itu, kalau setiap orang itu sangat spesial. Jangan terus menunduk kebawah dan meneteskan airmata. Dongakkan kepala dan tersenyumlah untuk dunia. Bukan pilihanmu ini semua terjadi.
Buku ini salam jari tengah saya bagi semua pencibir dan penyinyir yang sibuk menghakimi dibelakang. Diselingkuhi itu bukan sesuatu yang memalukan. Ada juga yang selingkuh yang harusnya malu. Hubungan kandas pun bukan sebuah aib. Baca buku saya agar mengerti berbagai faktor penyebab perselingkuhan itu terjadi. Kalau anda masih melihat buku saya (atau orang yang membeli buku saya) dengan tatapan sinis, anda bagian dari permasalahan ini. Lho, iya dong. Selingkuh itu marak karena tekanan terhadap si korban (dan sang selingkuhan) lebih kuat daripada tekanan terhadap si pelaku. Dubes Norwegia untuk Indonesia ditarik pulang tahun ini karena dituduh melakukan 'Perbuatan tidak terpuji' (baca: selingkuh), sementara perempuan Indonesia yang diselingkuhi malah diingatkan "Jangan buka aib!"
Buku ini tamparan dan pe-er besar buat saya, yang masih malu-malu kucing (baca: nggak pede) sama hasil karya saya. Yang masih menganggap ini bukan apa-apa makanya promosinya juga malu-malu kucing. Kalau kata presiden Amrik terkini: This is huge. Ini besar banget. Saya nggak bikin buku ini demi saya, agar saya tenar. Saya menulis buku ini untuk berkoneksi dengan sekian pembaca diluar sana yang selama ini hanya mampu merasa dalam diam. Saya berhak dan harus bangga dengan diri saya, dengan karya saya, walau sejuta suara diluar sana menentang saya. Kalau saya nggak bangga dengan siapa saya, bagaimana saya bisa memotivasi orang lain untuk bangga dengan diri mereka?
Jadi begitulah.
- Kalau anda seseorang yang ingin mengenal lebih jauh tentang diri anda dan berusaha mendapatkan plus membina hubungan yang sehat, beli buku saya.
- Kalau anda sedang terpuruk dan ingin keluar dari lubang gelap kesedihan anda dan move on, beli buku saya.
- Kalau anda merasa pihak yang diselingkuhi pada khususnya, dan para wanita pada umumnya, berhak didengar suaranya, beli buku saya.
- Kalau anda merasa perasaan anda valid dan sudah penat mendengar kata-kata: "Jangan bikin malu!", beli buku saya.
Karena kita berhak bersuara. Kita berhak merasakan apa yang kita rasakan. Kita berhak mencintai diri kita. Kita berhak tahu bahwa kita berhak mendapatkan yang lebih baik.
Dan situ-situ yang merasa saya adalah contoh perempuan yang memalukan dan tidak seharusnya berada di Bumi Indonesia dan kalau perlu kewarganegaraannya dicabut, beli buku saya. Jangan cuma satu, tapi pastikan semua grup arisan dan peserta grup WA anda kebagian satu-satu. Bedah buku deh rame-rame, agar semua waspada bahaya laten orang yang menolak tahu malu. Kalau beli via manajer saya di Jakarta dapat bonus postcard yang ada tanda tangan saya lho.
Terimakasih banyak yang sudah membeli buku saya. Terimakasih banyak tim Grasindo yang sudah membuat buku ini seindah mungkin, dan tak kenal lelah mempromosikannya. Terimakasih manajer dadakan saya Mbak Ayu yang percaya pada saya dan karya saya. Kita semua berhak bersuara. Kita semua berhak merasa. Dan nggak, kita nggak memalukan. Peluk erat!
- "Dear, Mantan Tersayang" bisa didapatkan di berbagai toko buku besar, Grasindo online, atau kontak Ayu di 0817 816 341 (sama Mbak Ayu kayanya masih ada stok postcard + tanda tangan saya-