Kita perempuan sebenarnya apa sih?
Hari ini membaca berita tentang perempuan yang dicambuk 100x di Aceh karena berzina, sementara pasangannya dicambuk 15x. Sekarang gini. Kalau yang si perempuan salah karena sudah bersuami, yang mengajak zina bukannya lebih salah? Kalau si perempuan dianggap milik suami, berarti bukannya si pengajak zina ini maling gitu? Sudah tahu hak milik orang kok disambet juga?
Sebelumnya membaca IG story seorang komikus cerita keluarga yang mengadakan QA tentang bagaimana lama di ranjang. Jujur vagina saya langsung ngilu membacanya, membayangkan disodok-sodok ketimun atau bahkan wortel sekian lama tanpa ada kepuasan yang saya bisa nikmati. Mending self-service lah daripada cuma jadi lubang ulekan orang.
Saya jadi terpikir sekian banyak anak muda di Indonesia yang Sabtu nan cerah ini bersiap berbuat maksiat (jyaaaah) atau baru melaksanakannya pulang kerja Jumat kemarin. Saya terpikir sekian banyak wanita yang melakukan dengan beban di pikiran bahwa kalau ada apa-apa mereka yang akan menanggung sendiri. Enak cuma segitu saja sengsaranya pol. Kok kesian sih?
Jawabannya bukan jangan melakukan, karena perkosaan dan pemerasan seksual masih marak terjadi. "Kamu berarti tidak cinta" konon katanya. Nyet, mungkin elu kalau cinta justru jangan minta? Jawabannya juga bukan lelaki jangan minta. Realistis saja, saat ini banyak lelaki di Indonesia masih kekanakan dan tidak akan bisa menahan diri.
Jawabannya adalah perlindungan dari pemerintah. Sudah saatnya pemerintah Indonesia melihat wanita sebagai warga negara yang setara dan punya hak yang sama dengan para pria. Pencambukan tidak adil di Aceh harusnya diprotes dan dihentikan oleh pemerintah pusat, karena tidak adil. Segala bentuk pelecehan seksual harus ditanggapi dan ditindak serius. Bahkan hak anak harus dilindungi dan orang tua wajib menafkahi anak sampai berumur 18 tahun, walau mereka bercerai atau kawin lagi.
Tanpa perlindungan dan keberpihakan pemerintah, wanita di Indonesia ya tetap akan menjadi bulan-bulanan. Contoh nyata dari dampak keberpihakan pemerintah yang saya lihat di Amerika/daerah saya tinggal adalah sedikitnya pelecehan seksual terhadap pekerja. Pelecehan seksual adalah salah satu momok yang amat sangat bisa membuat seseorang dipecat dan di blacklist dari bidangnya. Wajar semua orang berhati-hati. Ini juga berarti wanita bisa bekerja dengan tenang tanpa takut dilecehkan.
Orang-orang yang terjerat kasus pelecehan seksual banyak yang berasal dari negara yang juga kurang menghargai wanita, misalnya Asia dan Amerika Latin. Atau dari daerah di Amerika yang agak 'terbelakang' soal kesetaraan hak. Kesimpulannya adalah kalau kita mau berubah, kita yang harus menfasilitasi perubahan itu. Kita yang harus saling menjaga.
Dampak positifnya adalah kemajuan. Kita mau maju nggak sih? Mau jadi "Macan Asia" nggak sih? Perempuan adalah aset bangsa. Kesian banget kan kalau hanya lelaki yang harus berjuang. Perempuan juga yang mengandung anak, yang mana bibit bangsa. Bagaimana mau maju kalau perempuan hidup dalam ketakutan, hidup tanpa dianggap?
Sudahkah kamu menghargai perempuan hari ini? Apapun jenis kelaminnya ya, karena kadang perempuan lebih buas kepada sesama perempuan. Atau mungkin lebih tepat bila saya bertanya: sudahkah kamu menjadi manusia hari ini?
No comments:
Post a Comment