AdSense Page Ads

Saturday, November 21, 2015

Zara vs Jilbab: Sebuah Perenungan

Ini wara-wiri di timeline saya, dan ini MISINFORMASI. Kejadiannya cuma di satu toko saja dan manager+security guard yang terlibat langsung dipecat. Zara pun langsung minta maaf dan mengeluarkan statement di Facebook.

Stop mensharing berita yang tidak berdasar atau misinformasi. Stop membuat perusahaan terlihat begitu jahat hanya karena perbuatan satu dua pegawainya (sounds familiar?). Kecuali ada bukti tertulis bahwa memang peraturan mereka diskriminatif, tolong jangan menyebarkan kebohongan.

FYI, Muslim di dunia berjumlah banyak dan merupakan kekuatan ekonomi yang harus diperhitungkan. Bodoh sekali berpikir perusahaan seperti Zara nekat menetapkan aturan diskriminatif anti Muslim padahal mereka berani punya toko di Indonesia. Kalaupun iya, hukuman sosial masyarakat akan jauh lebih dahsyat karena masyarakat Barat tidak menyetujui diskriminasi. Sebuah salon di Inggris yang pemiliknya terang-terangan menyatakan tidak mau melayani umat Islam langsung dihujani negative review dan diciduk polisi karena dianggap menebar kebencian. Itu masuk berita dan salonnya pun tutup.

Mungkin banyak dari kita sudah lupa bahwa pada awalnya pun kita orang Indonesia risih dan gerah melihat orang berjilbab. Saya ingat pada waktu saya SD beredar isu bahwa wanita berjilbab berlengan panjang itu suka menaburkan bubuk narkotik/racun ke gelas minum anak-anak. Padahal saya tinggal di daerah Bekasi yang semuanya Muslim. Saat SMA pun teman-teman sering berkelakar, menertawai teman lain yang berjilbab. Kita sindir kadar keimanan tergantung panjang jilbab. Ini yang bilang yang Muslim juga ya dan in good humour, nggak ada tuh benci2an agama lain seperti sekarang.

Dari curiga dan waswas sekarang kita cuek dan bahkan merangkul Jilbab. Semua butuh waktu. Dan sebagaimana jaman dulu, bukan Jilbabnya yang dicurigai tapi perbedaannya. Sama seperti kalau kulit anda gelap/wajah anda lokal plus terlihat kere, banyak bar/nightclub di Bali yang tidak bisa anda kunjungi. Atau dilihatin dan diikutin satpam saat masuk ke gerai baju mahal di Jakarta. Kenapa didiskriminasi begitu? Karena terlihat berbeda. Karena dicurigai akan melakukan tindakan tidak pantas. Karena pengunjung asli yang dasarnya orang-orang ignorant yang tidak mau bersentuhan dengan kelas bawah macam anda.

Kita bisa dengan tegas menolak diskriminasi, dan kita harus menolak diskriminasi apapun bentuknya. Namun kita juga harus berhenti sejenak dan berpikir, apa dasar diskriminasi itu. Dasar diskriminasi adalah ketidaktahuan dan perbedaan. Saat anda ditolak masuk karena Jilbab anda, bukan jilbab dan agama anda yang diserang, namun perbedaan anda. Saat anda ditolak masuk karena terlihat Timur Tengah, bukan agama anda yang diserang, tapi fisik anda. Agama mah nggak ada urusannya. Apa iya orang akan menolak masuk Muhammad Ali sang juara dunia tinju? Nggak mungkin, dia terlihat seperti orang barat kulit hitam lainnya kok. Nggak berbeda. Padahal dia pemeluk Islam. Fyi cuma di Indonesia yang rempong nanyain agama orang apa.

Mau tetap berkeras Islam diserang, didiskriminasi etc ya silakan. Tapi itu cuma menambah minyak ke api. Pihak 'lawan' anda pun mengatakan hal yang serupa tentang Islam. Donald Trump mengusulkan #muslimid, nanti di negara yang mayoritas Muslim akan mengusulkan #christianid dan seterusnya. Teruslah kita berperang sampai akhir jaman.

The world is changing, makin banyak orang yang simpatik pada orang lain, yang anti diskriminasi dan membela orang-orang yang tertindas. Mereka-mereka ini adalah orang-orang yang mampu melihat manusia lain sebagaimana adanya, terlepas dari kepercayaan atau penampilan fisik mereka. Bagaimana mungkin, menurut mereka, saya bisa menyakiti anda kalau saya dan anda sama, kalau saya bisa merasakan sakit yang anda rasakan?

You can stay in the hateful mode, fueled by hatred poured by people who just want to use you to gain power and control; or you can be the breeze that soothes this ailing world with your understanding. Choose wisely.

No comments:

Post a Comment

Search This Blog