AdSense Page Ads

Thursday, May 24, 2018

Pelajaran di Kapal Pesiar



Kemarin saya 'pulang kampung'. Resminya sih tur di kapal pesiar, tapi berhubung banyak banget kru kapal pesiarnya orang Indonesia, berasa seperti di Indonesia hahaha. Bedanya hanya saya nggak diliatin saat pakai bikini dan ganjen kanan kiri. Paling nggak sampai mereka lihat nama di kartu kamar saya. Ups.

Waktu saya di Indonesia dulu, kru kapal pesiar identik dengan uang cepat dan kelakuan yang syalala. Konotasinya kadang suka jelek, apalagi untuk yang perempuan. Berapa kali ditawari teman untuk kenalan dengan kru kapal pesiar, saya yang malas.

Tapi di pesiar ini pandangan saya berubah. Para kru ini ramah dan baik banget sama saya. Nggak tahu apa karena saya kebetulan tamu, atau karena pada syok saya dengan manis menyapa mereka kanan-kiri dengan Bahasa Indonesia. Orang rumah, gitu. Jadi bikin kangen rumah.

Apapun alasannya, untuk pertama kalinya saya sadar bahwa pekerjaan mereka sangat berat. Jam kerja yang panjang, tempat kerja yang sempit dan terbatasi, belum lagi tamu yang kadang minta dijitak. Pengalaman cruise/pesiar saya nyaris tak bercela, yang berarti para kru ini bekerja semaksimal mungkin.

Hebat kan? Saya beruntung bisa punya kesempatan untuk mengamati mereka seperti itu. Tapi bukan hanya mereka. Coba anda pikir, semua lapangan pekerjaan apapun mungkin terlihat berbeda bilamana anda mau membuka hati dan pikiran anda. Melihat apa yang mereka capai dan mampu lakukan.

Di Bali akan segera Galungan dan Kuningan. Umat Muslim pun segera menyambut Lebaran. Saat kita duduk bertemu sanak saudara dari berbagai lapangan pekerjaan, terutama yang bekerja jauh dan/atau yang berkelebihan, apa yang kita pikirkan? Atau yang pekerjaannya menurut kita nggak banget?

Pada akhirnya, apa yang kita lakukan adalah cerminan diri kita sendiri. Apakah kita akan melihatnya sebagai dompet berjalan, apakah kita akan melihatnya sebagai orang rendahan, itu semua cerminan diri kita. Dan di hari raya ini, nggak ada saat yang lebih tepat untuk merenungkan hal ini. 

Bukan berarti orang-orang ini nggak mungkin brengsek ya. Semua orang pada dasarnya brengsek. Percaya deh, saya 100% sadar kalau saya mondar-mandir di Indonesia tanpa kesebut 'tinggal di Los Angeles' kebanyakan orang nggak akan peduli sama saya. Padahal menurut saya saya lumayan keren lho.

Begitu pula orang-orang ini. Mereka nggak keren karena mendadak bisa beli mobil atau mentraktir sekampung ke bar. Mereka nggak nista juga karena bukan bekerja sebagai teller/kasir wangi di bank atau kerja kantoran lainnya. Mereka berani mengambil kesempatan yang ada, dan itu saja sudah luar biasa lho.

Mungkin kita perlu belajar melihat orang dari apa yang ia capai, dari perjalanan yang ia lalui, dari siapa dia. Biar Tuhan yang menilai salah-benar atau suci-tidaknya seseorang, dan ingat apa yang ia miliki sebenarnya pinjaman dari Nasib yang bisa diambil kapan saja. Kita cukup melihat mereka sebagai sesama manusia.

Tahun ini saya mungkin belum bisa pulang ke Indonesia, tapi saya sudah mendapatkan sepotong Indonesia di perjalanan saya. Dan saya bahagia. Makasih ya para kru kapal pesiar. Di hari raya ini, mari berusaha untuk menjadi lebih manusiawi. Karena kita memang hanya manusia. Salam rindu dari Los Angeles.

No comments:

Post a Comment

Search This Blog