AdSense Page Ads

Wednesday, August 25, 2021

Suara Untuk Afghanistan



Hari ini saya mengirimkan e-mail kepada Representative distrik saya, dan kepada kedua senator untuk California. Intinya saya memohon mereka bersuara untuk mendesak pemerintah pusat/kepresidenan mengevakuasi pengungsi Afghanistan, terutama yang telah membantu Amerika/dianggap melawan Taliban dan berada dalam 'Kill List' mereka.

Saya tahu banyak orang yang bilang Amerika begini Amerika begitu. Amerika songong. Amerika jahat. Tapi disini di Amerika barulah saya punya kesempatan untuk perduli orang lain. Nggak akan kepikiran saya ikutan GoFundMe penggalangan dana evakuasi orang-orang di Afghanistan. Dan boro-boro saya menggantungkan harapan ke representatif di Indonesia kalau dana bansos saja dikorupsi.

Amerika bukanlah negara terbaik di dunia dan saya bukan mau menjual "Hidup Amerikahhhh!". Negara terbaik itu selalu relatif tergantung kita sendiri. Saya hanya ingin bertanya sih sama orang-orang di Indonesia: apa iya yang ada di Indonesia sudah 'terbaik' menurut kita?

Kadang saya melihat rakyat Indonesia seperti seseorang yang hidup dalam hubungan yang abusive, yang toxic. Yang saat disiksa verbal/dikata-katai, bilangnya "Sudah bagus tidak main fisik." Yang saat kena fisik bilangnya "Sudah bagus tidak mati." Yang kalau mati bilangnya "Yah nasib. Kasihan ya." Dan saat ada yang lantang menentang, diumpat dan dibilang "Elu jangan bikin hidup gue susah kenapa?!!"

Apa ini benar yang kalian maui? Yang dana bansos dikorupsi tanpa malu. Yang ketimpangan beragama tak lagi tertutupi. Yang glorifikasi kekerasan dan ketidakpedulian semakin membabibuta. Yang disaat masyarakat megap-megap berusaha bertahan hidup antara covid dan ppkm, pejabat malah perang baliho. Termasuk anak presiden yang konon merakyat.

Tidak heran kita menjadi bangsa yang getir. Yang menggosipkan orang lain dengan kejam adalah sesuatu yang biasa. Kita jadi bulan-bulanan penguasa, maka penting kita membulan-bulani orang lain agar kita tetap eksis. Penting untuk menginjak orang lain agar kita tidak menjadi yang terakhir diinjak. Ini bukan kejam, ini hanya sekedar taktik bertahan hidup.

Wajar juga kita tidak ada rasa welas asih pada orang lain. Di Amerika yang charity sudah sangat biasa, welas asih ini semakin terkikis dengan kehadiran like follow subscribe ala social media. Yang penting tenar. Di Indonesia yang duit dan kuasa adalah segalanya, apalagi. Boro-boro memperlakukan orang kecil setara, jijay bajay tralala kalau sampai bersinggungan. Eike kan famous bo'.

Pemimpin itu manusia. Rakyat yang memilih. Pemimpin harusnya takut sama rakyat, bukan sebaliknya. Dan karena pemimpin itu asalnya dari rakyat, tugas pertama untuk menjadi 'baik dan benar' itu berawal dari kita sendiri. Bagaimana bisa ada pohon tegar menaungi kalau bibitnya alang-alang?

Apa sih yang kita inginkan? Sedekah untuk kaum dhuafa, misalnya. Pemerintahan yang baik akan berusaha menyetarakan income masyarakat agar yang dhuafa mampu berdikari dan tak lagi dhuafa. Atau mendesak perlindungan untuk Palestina, contohnya. Boro-boro didengar soal Palestina, masih banyak orang yang berpikir Indonesia hanya negara cimot nggak penting dan bukannya negara terbesar populasinya no. 4 di dunia.

Ada kepuasan tersendiri saat tahu suara saya akan didengar. Apakah representative/senator saya akan melakukan yang saya harapkan? Mungkin tidak. Tapi ada harapan disitu. Ada kemungkinan bahwa bilamana ada cukup banyak yang bersuara maka sesuatu akan terjadi, bukannya hanya bisa pasrah karena tahu yang terjadi akan hanyalah suka-suka penguasa.

Dan ini, om tante mbak mas saudara saudari sekalian, adalah bagaimana harusnya hidup bernegara yang sehat. Hidup jadi tenang dan bisa menolong orang lain, yang mana bagi para pengejar pahala harusnya wow banget. Saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik karena saya merasa aman dan 'dilihat'.

Sekali lagi, semua ini berawal dari kita. Masyarakat yang peduli orang lain akan membuahkan pemimpin yang peduli semua orang. Masyarakat yang malu saat ketahuan memanfaatkan orang lain akan memastikan si pemimpin takut memanfaatkan orang lain. Kita tidak bisa terus berharap akan Satria Piningit serba sempurna. Kita tidak bisa terus malas dan wateperlah.

Kita bisa menjadi macan Asia, bahkan lebih dari itu. Saat ini jumlah penduduk kita hampir sama dengan Amerika. Bayangkan bila semua penduduk Indonesia teredukasi, alangkah menakutkannya Indonesia di mata dunia. Yuk jadi lebih baik agar Indonesia lebih maju. Kita pasti bisa.

Wednesday, August 18, 2021

Afghanistan



I will be waiting at the shore
Where the quiet reign
And the river flow ever so gently
Beckons you to come

One by one you have come
Then in tens
Then in drove
Lost faces and anguished heart

Let your tears wet my cloth
Let my arms embrace your pain
Let yourself be released
From all your grief and your fear

The ferryman is patiently waiting
To take you to the peaceful place
He saw my worry and he gently smiles
"They will be alright."

"They will rest without fear.
They will spend time without pain.
They will no longer be unhuman.
They will know peace."

I took your callous, worry hand
Guiding you to the ferry
I kiss your cheeks and whisper a prayer
And a promise to meet you again

One by one you enter
Each more scared than the last
Unknown future, unseen worry
For fate has not been kind

But I will be there by the shore
Smiling at you
And you will see that death is kind
And calm. Very calm.

Not until your ferry is out of sight
Will I shed my tears and weep
A promise I have made for you
A promise I will keep

For your kin to be safe
For your kin to find peace
For your kin to be well
Until it's their time to go to shore

The blame game is buzzing loud
The ignorant is deafening
But all I can hear is 
The wind howling through your mountain

Peace be unto you my lost people
In the sad, in the grief, in the anguish
In the fear, in the anger, in the desperation
Peace be unto you

And I will be waiting for you
Standing with you
Loving and shielding you
Until it's time to go to shore

Peace be unto you.

Monday, August 9, 2021

Rome



The dance floors are empty. The halls are quiet. There's only whispers where music used to flow. Only few places remained to dance, and almost all are too far from me.

Rome wasn't built in a day. Neither does it built by one person only. Swing dancing happenings are the same. It was built by the event organizers, musicians, dance teachers, performers. It's a labor of love spanning on many dedicated years.

As the restrictions fall yet again, they are fretting. So much for their livelihood as another round of cancellation looming and uncertainty reign. Me, a common dancer, shared none of their concerns. It's unfortunate that I can't dance, but the restrictions doesn't bother my livelihood.

For them, they are stuck between the rock and hard place. Even with vaccination requirement, it may still be not the best idea to be in close contact with rotating random strangers. Even when they did their best to accommodate the dancers, they are still getting blasted on both ends.

"They should keep the dancers safe!" What an entitled thing to say. I agree that everyone's safety, including the dancers, should be a priority. Yet, can we not be more graceful? More compassionate, perhaps? 

At the end of the day, I can always dance. I can put on songs from my library or stream some music. I can have a little party with people I know. For them, there could be no next time. Two consecutive years of little to no income can destroy decades of hard work on building their businesses.

I know things are tough and many dancers are in an equally precarious state. Financial donations are always welcome, but at the very least keep them in your thoughts. At the very least remember the joy they have brought you. 

Thank you event organizers for the space and music to dance.
Thank you musicians for the rhythm that twirl and turn me off my feet.
Thank you dance teachers for the steps and tricks and how to move with the rhythm.
Thank you performers for the spices in our night and admiration that we felt.

Thank you all for precious nights and wonderful afternoons.
Thank you all for breathtaking dances and overflowing laughter.
Thank you all for making my life meaningful.
I hope to see you all again. 
Thank you. Thank you. Thank you.

Search This Blog